tag:blogger.com,1999:blog-75947802656126619742024-02-20T16:35:22.981-08:00D4ffMox3Do not think small if you want to be great .....daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.comBlogger37125tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-68258871441018357202011-04-25T00:07:00.000-07:002011-04-25T00:09:28.233-07:00Asuhan Keperawatan KolostomiPengertian Colostomi<br /><br />Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).<br /><br />Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal.<br /><br />Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara.<br />Indikasi Colostomy<br /><br />Indikasi colostomy yang permanen<br /><br />Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada colon.<br />Komplikasi Colostomy<br /><br /> Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.<br /><br />Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium<br /><br />Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan<br /><br />Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor Peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.<br /><br />lritasi Kulit<br /><br />Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.<br /><br />Diare<br /><br />Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya normal.<br /><br />Stenosis Stoma<br /><br />Kontraktur lumen è terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal feses.<br /><br />Hernia Paracolostomy<br /><br />Pendarahan Stoma<br /><br />Eviserasi<br /><br />Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui celah<br /><br />lnfeksi luka operasi<br /><br />Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna<br /><br />Sepsis dan kematian<br /><br />Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.<br />HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA PASIEN KOLOSTOMI<br /><br />>Keadaan stoma :<br /><br />Warna stoma (normal warna kemerahan)<br /><br />Tanda2 perdarahan (perdarahan luka operasi)<br /><br />Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese)<br /><br />Posisi stoma<br /><br />Apakah ada perubahan eliminasi tinja :<br /><br />Konsistensi, bau, warna feces<br /><br />Apakah ada konstipasi / diare<br /><br />Apakah feces tertampung dengan baik<br /><br />Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri<br /><br />Apakah ada gangguan rasa nyeri :<br /><br />Keluhan nyeri ada/tidak<br /><br />Hal-hal yang menyebabkan nyeri<br /><br />Kualitas nyeri<br /><br />Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang)<br /><br />Apakah pasien gelisah atau tidak<br /><br />Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi<br /><br />Tidur nyenyak/tidak<br /><br />Apakah stoma mengganggu tidur/tidak<br /><br />Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur<br /><br />Adakah faktor psikologis mempersulit tidur<br /><br />Bagaimana konsep diri pasien Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri,harga diri,ideal diri,gambaran diri & peran<br /><br />Apakah ada gangguan nutrisi :<br /><br />Bagaimana nafsu makan klien<br /><br />BB normal atau tidak<br /><br />Bagaimana kebiasaan makan pasien<br /><br />Makanan yang menyebabkan diarhe<br /><br />Makanan yang menyebabkan konstipasi<br /><br />Apakah pasien seorang yang terbuka ?<br /><br />Maukah pasien mengungkapkan masalahnya<br /><br />Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan<br /><br />setelah tahu bag tubuhnya diangkat<br /><br />Kaji kebutuhan klien akan kebutuhan seksual :<br /><br />Tanyakan masalah kebutuhan seksual klien<br /><br />Isteri/Suami memahami keadaan klien<br /><br />Prioritas Perawatan Ditujukan Kepada:<br /><br />Pengkajian mengenai penyesuaian psikologis<br /><br />Pencegahan terhadap komplikasi<br /><br />Pemberian dukungan untuk rnerawat diri sendiri<br /><br />Menyediakan informasi<br />Kriteria Keberhasilan<br /><br />Adanya perasaan penyesuaian yang aktual<br /><br />Komplikasi dapat dicegah<br /><br />Klien memenuhi kebutuhan sendiri<br /><br />Adanya dukungan pelaksanaan pengobatan, mengetahui potensial terjadinya komplikasi<br /><br />Dx. Keperawatan yg mungkin pada Colostomy<br /><br />Potensial terjadinya gangguan eliminasi tinja (konstipasi atau diare) s.d kemungkinan diet yang tidak balans yang ditandai, dengan ….<br /><br />Gangguan rasa nyaman nyeri s.d gangguan mekans kulit akibat tindakan operasi, ditandai dengan ….<br /><br />Gangguan rasa nyaman s.d BAB yang tidak terkontrol, yang ditandai dengan ….<br /><br />Gangguan istirahat dan tidur s.d adanya rasa takut pada keadaan stoma, ditandai dengan ….<br /><br />Potensial gangguan nutrisi sehubungan dengan ketidaktahuan terhadap kebutuhan makanan<br /><br />Gangguan konsep diri (gambaran diri, peran) s.d belum dapat beradaptasi dengan stoma dan perubahan anatomis, yang ditandai dengan ….<br /><br />Potensial ggn integritas kulit s.d terkontaminasinya kulit dengan feces, ditandai dengan ….<br /><br />Disfungsi seksualitas s.d perubahan struktur tubuh, yang ditandai dengan ….<br /><br />Potensial terjadinya infeksi s.d adanya kontaminasi luka dengan feces, yang ditandai dengan ….<br /><br />Cemas s.d takut terisolasi dari orang lain ….<br /><br />Keterbatasan aktifitas s.d klien merasa takut untuk melakukan aktifitas karena stoma.<br />Tujuan dan Intervensi<br /><br />Agar pasien dapat BAB dengan teratur :<br /><br />Hindari makan makanan berefek laksatif<br /><br />Hindari makan makanan yang menyebabkan konstipasi (makanan yang keras)<br /><br /> Kolaborasi dengan ahli gizi masalah menu makanan<br /><br /> Kontrol makanan yang dibawa dari rumah<br /><br /> Berikan minum yang cukup (2-3 1t/hari)<br /><br /> Pola makan yang teratur (3 kali sehari)<br /><br />Agar rasa nyeri dapat berkurang :<br /><br />Catat pemberian medikasi pada saat intra operatif<br /><br />Evaluasi rasa nyeri dan karakteristiknya<br /><br />Beri pengertian pada klien agar rasa nyeri diterima sebagai suatu yang wajar dlm batas tertentu<br /><br />Berikan analgetik sebagai tindakan kolaborasi<br /><br />Agar klien dapat tidur/istirahat yang cukup :<br /><br />Jelaskan, stoma tidak akan terbuka pada saat tidur<br /><br />Amati faktor lingkungan yang mempersulit tidur<br /><br />Amati faktor psikologis yang mempersulit tidur<br /><br />Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi :<br /><br />Bekerja sama dengan ahli gizi untuk menu makanan<br /><br />Berikan gizi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan<br /><br />Berikan motivasi agar tidak merasa takut menghabiskan makanannya<br /><br />Agar tidak terjadi gangguan konsep diri :<br /><br />Berikan dorongan semangat yang membesarkan hati<br /><br />Hindari sikap asing pada keadaan penyakit pasien<br /><br />Arahkan agar klien mampu merawat diri sendiri<br /><br />Beri penjelasan agar klien dapat menerima keadaan dan beradaptasi terhadap stomanya<br /><br />Hindarkan perilaku yang membuat pasien tersinggung (marah, jijik, dll)<br /><br />Agar kebutuhan seksualitas dapat terpenuhi :<br /><br />Beri penjelasan bahwa klien boleh melakukan hubungan seksual dengan wajar<br /><br />Agar tidak terjadi gangguan integritas kulit :<br /><br />Lakukan teknik perawatan baik (bersih)<br /><br />Lindungi kulit dengan pelindung kulit (vaselin / skin barier) disekitar stoma<br /><br />Letakan alas (kasa) yang dapat menyerap aliran feces<br /><br />Untuk menghindari infeksi sekunder :<br /><br />Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada stoma<br /><br />Ajarkan klien tentang personal hygiene dan perawatan stoma<br /><br />Untuk menghindari rasa cemas :<br /><br />Berikan keyakinan bahwa klten mampu beradaptasi dengan lingkungan (masyarakat)<br /><br />Agar klien tidak takut melakukan aktifitas<br /><br />Berikan penjelasan masalah aktifitas yang tidak boleh dilakukan (olah raga sepak bola, lari)<br /><br />Bila akan melakukan aktifitas kantong stoma diberi penyangga (ikat pinggang)<br />Evaluasi<br /><br />Kebersihan stoma dan sekitarnya terjaga dengan baik :<br /><br />Tidak ada tanda-tanda infeksi<br /><br />Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit<br /><br />Stoma tidak mengalami penurunan<br /><br />Klien dapat BAB dengan teratur dan lancar :<br /><br />Frekuensi BAB teratur (1-2 kali sehari)<br /><br />Pola BAB teratur<br /><br />Tidak ada diare/konstipasi<br /><br />Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi :<br /><br />–>KIien dapat tidur tenang (6-8 jam sehari)<br /><br />Tidak ada faktor lingkungan dan psikologis yang mempersulit tidur<br /><br />Klien kelihatan segar (tidak mengantuk)<br /><br />Rasa nyeri dapat diantisipasi oleh klien sendiri<br /><br />a.Tidak ada keluhan rasa nyeri<br /><br />b. Wajah tampak ceria<br /><br />5. Nutrisi dapat terpenuhi<br /><br />Klien mau menghabiskan makanan yang diberikan<br /><br />Tidak ada penyulit makan<br /><br />BB seimbang<br /><br />Tidak terjadi gangguan integritas kulit :<br /><br />Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit<br /><br />(lecet)<br /><br />Kebutuhan seksual terpenuhi<br /><br />a. Isteri/Suami mau mengerti keadaan klien<br /><br />b. Klien memahami dengan cara yang disarankan dalam melakukan hubungan seksual<br /><br />8.lnfeksi tidak terjadi<br /><br />Tidak ada tanda-tanda infeksi (rnerah, nyeri,<br /><br />bengkak, panas)<br /><br />9.Klien tidak cemas :<br /><br />Klien terlihat tenang dan memahami keadaanya<br /><br />10. Aktifitas klien tidak terganggu<br /><br />Klien dapat melakukan aktifitas yang dianjurkan<br /><br />PERAWATAN KOLOSTOMI (MENGGANTI KANTONG KOLOSTOMI)<br /><br />Persiapan alat:<br /><br /> Sarung tangan<br /><br /> Handuk mandi<br /><br /> Air hangat<br /><br /> Sabun mandi<br /><br /> Tissue<br /><br /> –>Kantong colostomy<br /><br /> Bengkok/plastik keresek untuk tempat sampah<br /><br /> Kassa<br /><br /> Vaselin<br /><br /> Spidol<br /><br /> Plastik untuk guide size (mengukur stoma)<br /><br /> Gunting<br /><br />Pelaksanaan<br /><br /> Dekatkan alat-alat ke klien<br /><br /> Pasang selimut mandi<br /><br /> Dekatkan bengkok ke dekat klien<br /><br /> Pasang sarung tangan<br /><br /> Buka kantung lama<br /><br /> Bersihkan stoma dan kulit sekitar stoma dengan sabun atau air hangat<br /><br /> Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kassa<br /><br /> Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces yang keluar lagi tidak mengotori kulit yang sudah dibersihkan<br /><br /> Ukur stoma dengan guide size untuk memilih kantung stoma yang sesuai<br /><br /> Pasang kantong stoma<br /><br /> Pastikan kantong stoma merekat dengan baik dan tidak bocor<br /><br /> Buka sarung tangan<br /><br /> Bereskan alat-alat<br /><br /> Cuci tangandaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-534854004539462812011-04-25T00:05:00.000-07:002011-04-25T00:07:36.682-07:00KOSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWAAda 6 macam model :<br /><br /> 1. Psikoanalisa<br /> 2. Interpersonal<br /> 3. Social<br /> 4. Existensial<br /> 5. Supportive therapy<br /> 6. Medical<br /><br />Model psikoanalisis (Freud, Ericson)<br />Gangguan jiwa terjadi akibat :<br /><br /> * Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan seseorang ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat masa lalu<br /><br /> * Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi karena seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik, sehingga muncul ketidakpuasan<br /><br /> * Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)<br /><br />Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan kecemasan dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi<br />Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang psikologi<br />Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia<br /><br />Proses terapi<br />Asosiasi bebas<br />Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal<br /><br />Analisa mimpi<br />Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan diselesaikan<br /><br />Transferen<br />Untuk memperbaiki traumatik masa lalu<br />Peran pasien dan perawat<br />Klien mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya<br />Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa orang tua, diperkosa pada masa kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan komunikasi traumatic setelah terjalin trust (saling percaya)<br /><br />Interpersonal Model<br /><br />(Sullivan, Peplau)<br /><br /><br />Gangguan jiwa bias muncul karena adanya ancaman, ancaman menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal)<br /><br />Perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang disekitarnya misalnya : unwanted child<br /><br />Proses terapi<br />Build Feeling Security<br /><br /> * Berupaya membangun rasa aman bagi klien<br /> * Trusting relationship and interpersonal satisfaction<br /> * Menjalin hubungan saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.<br /><br /><br />Peran pasien dan perawat<br />Klien melakukan share anxieties (sharing kepada perawat tentang apa – apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain)<br />Perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa – apa yang dirasakan klien. Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain<br /><br />Social Model<br />(Caplan, Szasz)<br /><br />Gangguan jiwa/penyimpangan perilaku karena banyaknya factor social dan factor lingkungan yang memicu munculnya stress pada seseorang<br />Akumulasi stressor yang ada dilingkungan (bising, macet, iklim sangat dingin/panas dll) akan mencetuskan stress pada individu<br />Stressor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan social (misalkan : anak nakal, atasan galak, istri cerewet dll)<br /><br />Proses terapi<br />Environment manipulation and social support<br />Modifikasi lingkungan dan adanya dukungan social missal : rumah harus bersih, teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, penataan alat dan perabot yang teratur<br /><br />Peran pasien dan perawat<br />Klien menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami istri<br />Perawat berupaya menggali system social klien seperti suasana rumah, kantor, sekolah, masyarakat atau tempat kerja<br /><br />Existensial model<br />(Ellis, Roger)<br /><br />Gangguan jiwa atau gangguan perilaku terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya, individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body imagenya<br />Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi kabur<br /><br />Individu tidak bisa menjawab pertanyaan<br />- siapakah saya ini sebenarnya?<br />- Apa tujuan saya lahir ke dunia ini?<br />- Apa kelebihan dan kekurangan saya?<br />- Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya?<br />- Apa pegangan hidup saya?<br />- Norma mana yang saya anut?<br /><br />Proses terapi<br />Experience in relationship<br />Mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dianggap bias menjadi panutan<br /><br />Self assessment<br />Memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi<br /><br />Conducted in group<br />Bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan<br /><br />Encourage to accept self and control behavior<br />Mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain<br /><br />Peran pasien dan perawat<br />Klien berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok<br />Perawat berusaha memperluas kesadaran diri klien melalui feedback, kritik, saran atau reward dan punishment<br /><br />Supportive therapy model<br />Wermon, Rockland<br /><br />Gangguan jiwa disebabkan oleh factor biopsikososial dan respon maladaptive terhadap stressor saat ini<br />Aspek biologis : sering sakit maag, migraine, batuk –batuk<br />Aspek psikologis : mudah cemas, kurang percaya diri, pemarah, perasaan bersalah<br />Aspek social : susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, tidak mampu mendapat pekerjaan<br />Stressor saat ini : PHK, test masuk kerja<br /><br />Manifestasi gangguan jiwa muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah – masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya maksimal, menyebabkan individu menjadi stress.<br /><br />Proses terapi<br />Menguatkan respon koping adaptif individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan dirinya dan kekuatan mana yang bias dipakai alternative pemecahan masalahnya.<br /><br />Peran pasien dan perawat<br />Klien terlibat dalam identifikasi koping yang dimiliki dan biasa dipakai klien<br />Perawat berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan koping klien yang adaptif.<br /><br />Medical model<br />(Meyer, Kraeplin)<br /><br />Gangguan jiwa muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi : aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor social<br />Focus penatalaksanaan harus lengkap meliputi pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal<br />Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang<br />Terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan jenis pendekatan terapi yang dilakukan.daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-28469242388637303862011-04-24T23:52:00.000-07:002011-04-24T23:53:15.361-07:00ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TINDAKAN HEMODIALISAI. KONSEP DASAR TINDAKAN<br /><br />A. Pengertian<br /><br />Dialisis adalah proses difusi partikel larut dari satu kompartemen ke kompartemen lain melewati membran semipermeabel.<br /><br />Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang diluar tubuh ke ginjal buatan, dimana dilakukan pembuangan kelebihan zat terlarut dan cairan. Frekuensi hemodialisa bervariasi dari 2 – 3 x/minggu.<br /><br />Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin mengalir kedalam ginjal buatan (dialiser), tempat akan bertemu dengan dialisat yang tidak mengandung urea dan kreatinin. Aliran berulang darah melalui dialiser pada rentang kecepatan 200 – 400 ml/jam, lebih dari 2 – 4 jam, diharapkan dapat mengurangi kadar produk sisa ini menjadi keadaan yang lebih normal.<br /><br /><br />B. Tujuan<br /><br />1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.<br /><br />2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat.<br /><br />3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.<br /><br />4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.<br /><br /><br />C. Indikasi<br /><br />1. Gagal ginjal akut<br />2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit<br />3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l<br />4. Ureum lebih dari 200 mg/dl<br />5. PH darah kurang dari 7,1<br />6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari<br />7. Intoksikasi obat dan zat kimia<br />8. Sindrom Hepatorenal<br /><br /><br />D. Bentuk / Gambaran Peralatan Yang Digunakan<br /><br />1. Dialiser atau Ginjal Buatan<br />Terdiri dari membran semi permeabel yang memisahkan kompartemen darah dan dialisat.<br /><br />2. Dialisat atau Cairan Dialisis<br />Yaitu cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan bahan kimia saring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeabel yang besar, maka air untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik komersildan umumnya digunakan oleh unit kronis.<br /><br />3. Sistem Pemberian Dialisat<br />Yaitu alat yang mengukur pembagian proporsi otomatis dan alat mengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.<br /><br />4. Aksesori Peralatan<br /><br />a. Perangkat Keras, terdiri dari :<br />1) Pompa darah, pompa infus untuk mendeteksi heparin<br /><br />2)Alat pemonitor suhu tubuh apabila terjadi ketidakamanan konsentrasi dialisat, perubahan tekanan udara dan kebocoran darah.<br /><br />b. Perangkat Disposibel yang digunakan selain ginjal buatan :<br /><br />1) Selang dialisis yang digunakan untuk mengalirkan darah antara dialiser dan pasien.<br /><br />2) Transfer tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan terhadap darah.<br /><br />3) Kantong cairan garam untuk membersihkan sistem sebelum digunakan.<br /><br />5. Komponen Manusia/Pelaksana<br /><br />Tenaga pelaksana hemodialisa harus mempunyai keahlian dalam menggunakan teknologi tinggi, tercapai melalui pelatihan teorits dan praktikal dalam lingkungan klinik.<br /><br />Aspek yang lebih penting adalah pemahaman dan pengetahuan yang akan digunakan perawat dalam memberikan asuhan pada pasien selama dialisis berlangsung.<br /><br /><br />E. Persiapan Pra Dialisis<br /><br />Tingkat dan kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien dan tergantung pada beberapa variabel. Untuk itu sebelum proses hemodialisa, perlu dikaji terlebih dahulu tentang :<br />- Diagnosa penyakit<br />- Tahap penyakit<br />- Usia<br />- Masalah medis lain<br />- Nilai laboratorium<br />- Keseimbangan cairan dan elektrolit<br />- Keadaan emosi<br /><br /><br />F. Persiapan Peralatan<br /><br />1. Jarum arteri<br />2. Selang normal saline<br />3. Dialiser<br />4. Bilik drip vena<br />5. Detektor<br />6. Port pemberian obat<br />7. Pemantau tekanan arteri<br />8. Pompa darah<br />9. Sistem pengalir dialiser<br />10. Pemantau tekanan vena<br />11. Jarum vena<br />12. Penginfus heparin<br /><br /><br />G. Prosedur Tindakan<br /><br />Akses ke sistem sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: vistula atau tandur arteriovenosa (AV), atau kateter hemodialisis dua lumen.<br /><br />Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial”, keduanya untuk membedakan darah yang masuk kedalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan anastomosis AV pada fistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal saline yang diklep selalu disambungkan ke sirkuit tetap sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal saline yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.<br /><br />Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir kedalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati kondektor udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialisis diberikan melalui port obar-obatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun, bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya sampai dialisis selesai kecuali memang diperintahkan harus diberikan.<br /><br />Darah yang telah melewati dialisis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang Posdialiser. Setelah waktu tindakan yang dijadwalkan, dialisis diakhiri dengan mengklem darah dari pasien, membuka slang cairan normal saline, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang, meskipun program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.<br /><br />Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialisis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib digunakan oleh tenaga pelaksana hemodialisa.<br /><br /><br />H. Interpretasi Hasil<br /><br />Hasil hemodialisa dapat dinilai dengan mengkaji jumlah cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa.<br /><br /><br />I. Komplikasi<br /><br />1) Ketidakseimbangan Cairan<br />a. Hipervolemia<br />Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti tekanan darah naik, peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan vena sentral, dispnea, batuk, edema, penambahan BB berlebih sejak dialysis terakhir<br /><br />b. Hipovolemia<br />Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD, peningkatan frekuensi nadi, pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan penurunan haluaran urine. Riwayat kehilangan banyak cairan melalui lambung yang menimbulkan kehilangan BB yang nantinya mengarah ke diagnosa keperawatan kekurangan cairan.<br /><br />c. Ultra filtrasi<br />Gejala ultrafiltarasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala hipotensi, mual muntah, berkeringat, pusing dan pingsan.<br /><br />d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)<br />Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah hipertensi, gagal jantung kongestif, edema paru dan komplikasi lain yang berhubungan dengan kelebihan cairan seringkali dibatasi oleh toleransi pasien untuk memanipulasi volume intravaskular.<br /><br />e. Hipotensi<br />Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia, ultrafiltrasi berlebihan, kehilangan darah ke dalam dialiser, inkompatibilitas membran pendialisa, dan terapi obat antihipertensi<br /><br />f. Hipertensi<br />Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom disequilibrium, respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansites.<br /><br />g. Sindrome disequilibrium dialisis<br />Dimanifestasikan olehh sekelompok gejala yang diduga disfungsiserebral dengan rentang dari mual muntah, sakit kepala, hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan kejang.<br /><br />2) Ketidakseimbangan Elektrolit<br />Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan magnesium.<br /><br />3) Infeksi<br />Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama kematian pada pasein uremik.<br /><br />4) Perdarahan dan Heparinisasi<br />Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari seperti ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah obat pilihan karena pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan dengan cepat, dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan protamin.<br /><br /><br />J. Permasalahan Yang Sering Dihadapi<br /><br />1. Masalah peralatan<br />a) Konsentrasi dialisat<br />Perubahan mendadak atau cepat dalam konsentrasi dialisat dapat mengakibatakan kerusakan sel darah dan kerusakan serebral. Gejala ringan seperti mual muntah, dan sakit kepala. Pada kasus berat dapat mengakibatkan koma, kekacauan mental dan kematian.<br /><br />b) Aliran dialisat<br />Aliran yang tidak mencukupi tidak akan membahayakn pasien tetapi akan mengganggu efisiensi dialysis.<br /><br />c) Temperatur<br />Suhu harus dipertahankan pada 36,7 – 38,3 C<br /><br />d) Aliran darah<br />Faktor yang mempengaruhi adalah tekanan darah, fistula dan fungsi kateter, serta sirkuit ektrakoporeal.<br /><br />e)Kebocoran darah<br /><br />f) Emboli udara<br /><br /><br />II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ( Diambil dari Doenges, Marillyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta; EGC, 1999 )<br /><br /><br />DIAGNOSA KEPERAWATAN: CEDERA, RESIKO TINGGI TERHADAP, KEHILANGAN AKSES VASKULER<br /><br />Faktor Resiko Meliputi : Pembekuan; perdarahan karena lepasnya sambungan secara tidak sengaja<br /><br />Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual)<br /><br />Tujuan / Kriteria Hasil : Mempertahankan jalan masuk vaskuler paten<br /><br />TINDAKAN / INTERVENSI<br /><br />Mandiri:<br />Pembekuan:<br />1. Awasi potensi aliran AV internal pada interval sering : Palpasi getaran distal ;<br />RASIONAL: Getaran disebabkan oleh turbulen darah arterial tekanan aliran yang masuk ke sistem tekanan vena yang lebih rendah dan harus dipalpasi di atas sisi keluarnya vena.<br /><br />2. Auskultasi untuk desiran;<br />RASIONAL: Desiran adalah bunyi yang yang disebabkan oleh turbulen aliran darah yang masuk ke sistem vena dan harus terdengar dengan stetoskop, meskipun mungkin sangat redup.<br /><br />3. Perhatikan warna darah dan / atau pemisahan sel dan Serum sebelumnya.<br />RASIONAL: Perubahan warna dari merah sedang sampai merah gelap keunguan menunjukan aliran darah lembam / pembekuan dini. Pemisahan dalam selang indikatif pembekuan. Darah merah gelap kemudian cairan kuning jernih menunjukan pembentukan bekuan lengkap.<br /><br />4. Palpasi kulit pirau untuk kehangatan.<br />RASIONAL: Penurunan aliran darah akan mengakibatkan “ kedinginan” pada pirau.<br /><br />5. Beritahu dokter dan / atau lakukan prosedur penghilangan pembekuan bila terdapat bukti kehilangan potensi pirau.<br /><br />RASIONAL: Intervensi cepat dapat mengamankan jalan masuk; namun penghilangan pembekuan harus dilakukan oleh petugas berpengalaman.<br /><br />6. Evaluasi keluhan nyeri, kebas / kesemutan; perhatikan pembengkakan ekstremitas distal pada jalan masuk.<br />RASIONAL: Mengindikasikan ketidak adekuatan suplai darah. Menurunkan risiko pembekuan / pemutusan.<br /><br />7. Hindari trauma pada pirau ; contoh menangani selang dengan perlahan, pertahankan posisi kanula. Batasi aktivitas ekstremitas. Hindari mengukur TD atau mengambil darah dari ekstremitas yang ada pirau. Instruksikan pasien tidak tidur atau membawa beban, buku, dompet pada ektremitas yang sakit.<br />RASIONAL: Dari beberapa bukti yang didapati pada pemeriksaan, dapat dengan segera tindakan/intervensi penanggulangan selanjutnya.<br /><br />Perdarahan:<br />8. Pasang dua klem kanula pada balutan pirau, sediakan torniket. Bila kanula terpisah, klem pertama pada arteri kemudian kanula vena. Bila selang lepas dari vena, klem kanula yang masih ditempatnya lakukan tekanan langsung pada sisi perdarahan. Pasang torniket diatasnya atau kembangkan balon pada tekanan diatas TD sistolik pasien.<br />RASIONAL: Mencegah kehilangan darah masif bila kanula terpisah atau pirau berubah posisi sambil menunggu bantuan medik.<br /><br />Infeksi :<br />9. Kaji kulit sekitar akses vaskuler, perhatikan kemerahan, pembengkakan, hangat lokal, eksudat, nyeri tekan.<br />RASIONAL: Tanda infeksi lokal, dapat menjadi sepsis bila tak diatasi.<br /><br />10. Hindari kontaminasi pada sisi akses. Gunakan teknik aseptik dan masker bila memberikan perawatan pirau, mengganti balutan, dan bila melakukan proses dialisa.<br />RASIONAL: Tanda infeksi / sepsis yang memerlukan intervensi medik cepat<br /><br />11. Awasi suhu. Perhatikan adanya demam, mengigil, hipotensi.<br />RASIONAL: Menentukan adanya patogen.<br /><br />Kolaborasi:<br />12. Contoh kultur sisi/ darah sampel sesuai indikasi.<br />RASIONAL: Infus pada sisi arterial filter untuk mencegah pembekuan pada filter tanpa efek samping sistemik.<br /><br />13. Berikan obat sesuai indikasi, contoh : Heparin (dosis rendah); Antibiotik (sistemik dan / atau topikal)<br />RASIONAL: Pengobatan cepat infeksi dapat mengamankan jalan masuk, mencegah sepsis<br /><br /><br />DIAGNOSA KEPERAWATAN: KEKURANGAN VOLUME CAIRAN, RISIKO TINGGI TERHADAP<br /><br />Faktor Resiko Meliputi : Ultrafiltrasi, Pembatasan cairan; kehilangan darah aktual (heparinisasi sistemik atau pemutusan aliran)<br /><br />Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual)<br /><br />Tujuan / Kriteria Hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh berat badan dan tanda vital stabil, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada perdarahan<br /><br />TINDAKAN / INTERVENSI<br /><br />Mandiri:<br />1. Ukur sama sumber pemasukan dan pengeluaran. Lakukan ini tiap hari.<br />RASIONAL: Membantu mengevaluasi status cairan, khususnya bila dibandingkan dengan berat badan. Catatan : Haluaran urine adalah evaluasi tidak akurat dari fungsi ginjal pada pasien dialisa. Beberapa orang menunjukan haluaran urine dengan sedikit klirens toksin ginjal, yang lain menunjukan oliguria atau anuria.<br /><br />2. Timbang tiap hari sebelum/ sesudah dialisa dilakukan.<br />RASIONAL: Penurunan berat badan waktu pengukuran dengan tepat adalah pengukuran ultrafiltrasi dan pembuangan cairan.<br /><br />3. Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik bila tersedia selama dialisa.<br />RASIONAL: Hipotensi, takikardia, penurunan tekanan hemodinamik menunjukan kekurangan cairan.<br /><br />4. Pastikan kontinuitas kateter pirau / akses.<br />RASIONAL: Terputusnya pirau / akses terbuka akan memungkinkan eksanguinasi.<br /><br />5. Lakukan balutan eksternal pirau. Jangan izinkan suntikan pada pirau.<br />RASIONAL: Meminimalkan stres pada pemasukan kanula untuk menurunkan perubahan posisi yang kurang hati-hati dan perdarahan pada sisi tersebut.<br /><br />6. Tempatkan pasien pada posisi telentang / trandelenburg sesuai kebutuhan.<br />RASIONAL: Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi.<br /><br />7. Kaji adanya perdarahan terus menerus atau perdarahan besar pada sisi akses, membran mukosa, insisi / luka. Hematemesis / guaiak feses, drainase gaster.<br />RASIONAL: Heparinisasi sistemik selama dialisa meningkatkan waktu pembekuan dan menempatkan pasien pada resiko perdaahan, khususnya selama 4 jam pertama setelah prosedur.<br /><br />Kolaborasi:<br />8. Awasi pemerikasaan laboratorium sesuai indikasi :<br /><br />- Hb/Ht ;<br />RASIONAL: Menurun karena anemia , hemodilusi, atau kehilangan darah aktual.<br /><br />- Elektrolit serum dan pH;<br />RASIONAL: Ketidakseimbangan dapat memerlukan perubahan dalam cairan dialisa atau tambahan pengganti untuk mencapai keseimbangan.<br /><br />- Waktu pembekuan, contoh ACT. PT/PTT, dan jumlah trombosit.<br />RASIONAL: Penggunaan heparin untuk mencegah pembekuan pada aliran darah dan hemofilter mengubah koagulasi dan potensial perdarahan aktif.<br /><br />9. Berikan cairan IV (contoh garam faal) / volume ekspander (contoh albumin) selama dialisa sesuai indikasi:<br />RASIONAL: Cairan garam faal / dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam sisi vena hemofolter CAV bila kecepatan ultra filtrasi tinggi digunakan untuk membuang cairan ekstraseluler dan cairan toksik. Volume ekspander mugkin dibutuhkan selama / setelah hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-tiba/ nyata.<br /><br />10. Darah / kemasan SDM bila diperlukan.<br />RASIONAL: Destruksi SDM (hemolisis) oleh dialisa mekanika, kehilangan perdarahan, menurunkan produksi SDM dapat mengakibatkan anemia berat/progresif.<br /><br />11. Penurunan kecepatan ultrafiltrasi selama dialisa sesuai indikasi.<br />RASIONAL: Menurunkan jumlah air selama dibuang dan dapat memperbaiki hipotensi/hipovolemia.<br /><br />12. Berikan protamin sulfat bila diindikasikan.<br />RASIONAL: Mungkin dilakukan untuk mengembalikan waktu pembekuan ke normal atau bila terjadi pelepasan heparin (sampai 16 jam setelah hemodialisasi).<br /><br /><br />DIAGNOSA KEPERAWATAN: VOLUME CAIRAN, KELEBIHAN, RISIKO TINGGI TERHADAP<br /><br />Faktor Resiko Meliputi : Pemasukan cairan cepat /berlebihan ; IV, darah, plasma ekspande, garam faal diberikan untuk mendukung TD selama dialisa.<br /><br />Kemungkinan dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).<br /><br />Tujuan / Kriteria Hasil : Mempertahankan “berat badan kering “ dalam batas normal pasien edema,” bunyi nafas jelas dan kadar natrium dalam batas normal.<br /><br />TINDAKAN / INTERVENSI<br /><br />Mandiri:<br />1. Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran. Timbang dengan rutin.<br />RASIONAL: Membantu mengevaluasi status cairan khususnya bila dibandingkan dengan berat badan. Peningkatan berat badan antara pengobatan harus tidak lebih dari 0,5 kg/hari.<br /><br />2. Awasi TD, nadi.<br />RASIONAL: Hipertensi dan takikardia antara hemodialisis dapat diakibatkan oleh kelebihan cairan dan / atau gagal jantung.<br /><br />3. Perhatikan adanya edema perifer/sakral. Pernapasan gemericik, dispnea, ortopnea, distensi vena leher, perubahan EKG menunjukan hipertrofi ventrikel.<br />RASIONAL: Kelebihan cairan karena tidak efisennya dialisa atau hipervolemia berulang diantara pengobatan dialisa apat menyebabkan /eksaserbasi gagal jantung, seperti diindikasi oleh tanda / gejala kongesti vena sistemik dan / atau pernafasan.<br /><br />4. Perhatikan perubahan mental.<br />RASIONAL: Kelebihan cairan /hipervolemia, berpotensi untuk edema serebral (sindrom disekuilibrium).<br /><br />Kolaborasi:<br />5. Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.<br />RASIONAL: Kadar natrium tinggi dihubungkan dengan kelebihan cairan, edema, hipertensi, dan komplikasi jantung,<br /><br />6. Batasi pemasukan peroral cairan indikasi, pemberian jangka waktu memungkinkan cairan sepanjang periode 24 jam.<br />RASIONAL: Hemodialisa intermiten mengakibatkan retensi /kelebihan cairan antara prosedur dan dapat memerlukan pembatasan cairan. Jarak cairan membantu mengurangi haus.daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-22308800573088231262011-04-24T23:48:00.000-07:002011-04-24T23:49:24.940-07:00PBNU Diminta Perhatikan HadrohJombang, NU Online<br />Pengurus Organisasi Nahdlatul Ulama dari ranting sampai pusat (PBNU) diminta memberikan perhatian lebih terhadap perkembangan seni hadroh dilingkungan warga nahdliyin. Meski sampai saat ini ikatan seni hadroh NU (ISHARI) tetap bertahan dan mandiri, namun perhatian lebih para pengurus NU kepada ISHARI berarti NU memberikan perhatian serius terhadap perkembangan kesenian yang bernuansa tradisional dan religius.<br /><br />Hal itu disampaikan Rois ’Aam Majelis ISHARI KH. Abdul Hadi dan Rois Tsani H. Mahmud Tsani di sela-sela acara lailatul hadroh (malam hadroh ISHARI) dalam rangka memperingati Haul ke-34 Kiai Wahab Chasbullah di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang, (10/12). Lailatul hadroh dihadiri sekitar 1.600 anggota Ishari dari Jawa Timur, antara lain Kediri, Pare, Mojokerto, Pasuruan, Surabaya, Sidoarjo, dan Jombang sendiri.<br /><br />”Mereka datang sendiri, nyewa truk sendiri. Disini Cuma dikasih makan, itu pun harus rodat (manggung:red) dulu. Kami minta Pengurus NU terutama PBNU-nya untuk memperhatikan ISHARI, soalnya ISHARI adalah anak NU seperti IPNU atau Fatayat, Misalnya PBNU mendirikan kantor lah!. Soalnya, kegiatan ISHARI dilaksanakan hampir tiap hari, lebih sering dibanding kegiatan NU sendiri. Atau paling tidak membantu pembuatan seragam anggota ISHARI, karena rata-rata anggota ISHARI kalangan ekonomi menengah kebawah,” kata Rois Tsani ISHARI H. Mahmud Tsani.<br /><br />Ikatan Seni Hadroh Indonesia (ISHARI) adalah salah satu badan otonom yang berada di bawah organisasi NU, disahkan pada 1959. pengorganisasian dan nama ISHARI diusulkan oleh salah seorang pendiri NU yakni Kiai Wahab Chasbullah. Sebelum ISHARI diresmikan, bahkan sebelum organisasi NU berdiri pada 1926, sebenarnya perkumpulan hadrah dilingkungan warga pesantren sudah ada, hanya saja belum terorganisir secara rapi.<br /><br />”Mbah Wahab orangnya seneng hadroh, bahkan kalau sedang diam tangan beliau suka memukul-mukulkan tangan sebagai isyarat memukul terbang (hadroh: red) sambil melagukan bacaan sholawat. Lalu, karena beliau senang berorganisasi akhirnya kelompok hadroh diusulkan untuk membikin perkumpulan dibawah organisasi NU dan beliau sendiri yang memberi nama ISHARI atau Ikatan Seni Hadroh Republik Indonesia. Makanya, kalau anggota ISHARI ndak ingat Mbah Wahab ya kebangeten,”kata Gis Hasib, putra Kiai Wahab Chasbullah saat membuka acara lailatul hadroh.<br /><br />ISHARI, kata Rois’Aam Majelis Hadinya KH. Abdul Hadi, bercita-cita menjalankan tradisi keagamaan warga pesantren yakni pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, sembari mengembangkan kesenian asli warga pesantren. ”ISHARI itu ya Ibadah yang punya seni,” katanya. (nam)daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-43035757526266493062011-04-24T23:47:00.000-07:002011-04-24T23:48:04.402-07:00Membaca Shalawat untuk NabiMembaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.<br /><br />Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.<br /><br />Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.<br /><br />Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.<br /><br />Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam.<br /><br />Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)<br /><br />Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:<br /><br />وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ – وَفِيْ رِوَايَةٍ – مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ – سَبْعِيْنَ مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا – إلى أنْ قال – وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ – كَذَا فِيْ النزهَةِ<br /><br />Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.<br /><br />Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).<br /><br />Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.<br /><br />Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)<br /><br />KH Munawwir Abdul Fattah<br />Pengasuh Pesantren Krapyak, Yogyakartadaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-38181933717433087982011-04-24T23:46:00.000-07:002011-04-24T23:47:20.939-07:00Definisi dan Keutamaan Membaca ShalawatKita senantiasa memanjatkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Rasulullah:<br /><br />وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ<br /><br />Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad Rasulullah<br /><br />Allah SWT berfirman:<br /><br />إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما<br /><br />Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawat salamlah kepadanya. (QS Al-Ahzab 33: 56)<br /><br />Shalawat dari Allah berarti rahmat. Bila shalawat itu dari Malaikat atau manusia maka yang dimaksud adalah doa.<br /><br />Sementara salam adalah keselamatan dari marabahaya dan kekurangan.<br /><br />Tidak ada keraguan bahwa membaca shalawat dan salam adalah bagian dari pernghormatan (tahiyyah), maka ketika kita diperintah oleh Allah untuk membaca shalawat -yang artinya mendoakan Nabi Muhammad- maka wajib atas Nabi Muhammad melakukan hal yang sama yaitu mendoakan kepada orang yang membaca shalawat kepadanya. Karena hal ini merupakan ketetapan dari ayat:<br /><br />فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا<br /><br />Maka lakukanlah penghormatan dengan penghormatan yang lebih baik atau kembalikanlah penghormatan itu. (QS. An Nisa’: 86)<br /><br />Doa dari Nabi inilah yang dinamakan dengan syafaat. Semua ulama telah sepakat bahwa doa nabi itu tidak akan ditolak oleh Allah. Maka tentunya Allah akan menerima Syafaat beliau kepada setiap orang yang membaca shalawat kepadanya.<br /><br />Banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan membaca shalawat kepada Nabi. Diantaranya:<br /><br />مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ<br /><br />Barangsiapa berdoa (menulis) shalawat kepadaku dalam sebuah buku maka para malaikat selalu memohonkan ampun kepada Allah pada orang itu selama namaku masih tertulis dalam buku itu.<br /><br />مَنْ سَرَّهُ أنْ يُلْقِى اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ رَاضٍ فَلْيُكْثِرْ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ<br /><br />Barangsiapa yang ingin merasa bahagia ketika berjumpa dengan Allah dan Allah ridlo kepadanya, maka hendaknya ia banyak membaca shalawat kepadaku (Nabi).<br /><br />مَا أكْثَرَ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ فِيْ حَيَاتِهِ أَمَرَ اللهُ جَمِيْعَ مَخْلُوْقَاتِهِ أنْ يَسْتَغْقِرُوا لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ<br /><br />Barangsipa membaca shalawat kepadaku di waktu hidupnya maka Allah memerintahkan semua makhluk-Nya memohonkan maaf kepadanya setelah wafatnya.<br /><br />مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ ثُمَّ تَقًرَّقُوْا مِنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللهِ وَصَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ إلَّا قَامُوْا عَنْ أنْتَنَ مِنْ حِيْفَةٍ<br /><br />Mereka yang berkumpul (di suatu majlis) lalu berpisah dengan tanpa dzikir kepada Allah dan membaca shalawat kepada nabi, maka mereka seperti membawa sesuatu yang lebih buruk dari bangkai.<br /><br />Para ulama sepakat (ittifaq) diperbolehkannya menambahkan lafadz 'sayyidina' yang artinya tuan kita, sebelum lafadz Muhammad. Namun mengenai yang lebih afdhol antara menambahkan lafadz sayyidina dan tidak menambahkannya para ulama berbeda pendapat.<br /><br />Syeikh Ibrahim Al-Bajuri dan Syeik Ibnu Abdis Salam lebih memilih bahwa menambahkan lafadz sayyidina itu hukumnya lebih utama, dan beliau menyebutkan bagian ini melakukan adab atau etika kepada Nabi. Beliau berpijak bahwa melakukan adab itu hukumnya lebih utama dari pada melakukan perintah (muruatul adab afdholu minal imtitsal) dan ada dua hadits yang menguatkan ini.<br /><br />Yaitu hadits yang menceritakan sahabat Abu Bakar ketika diperintah oleh Rasulullah mengganti tempatnya menjadi imam shalat subuh, dan ia tidak mematuhinya. Abu bakar berkata:<br /><br />مَا كَانَ لِابْنِ أَبِيْ قُحَافَةَ أَنْ يَتَقَدَّمَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُوْلِ اللهِ<br /><br />Tidak sepantasnya bagi Abu Quhafah (nama lain dari Abu Bakar) untuk maju di depan Rasulullah.<br /><br />Yang kedua, yaitu hadits yang menceritakan bahwa sahabat Ali tidak mau menghapus nama Rasulullah dari lembara Perjanjian Hudaibiyah. Setelah hal itu diperintahkan Nabi, Ali berkata<br /><br />لَا أمْحُو إسْمَكَ أَبَدُا<br /><br />Saya tidak akan menghapus namamu selamanya.<br /><br />Kedua hadits ini disebutkan dalam kitab Shahih Bukhori dan Muslim.Taqrir (penetapan) yang dilakukan oleh Nabi pada ketidakpatuhan sahabat Abu Bakar dan ali yang dilakukan karena melakukan adab dan tatakrama ini menunjukkan atas keunggulan hal itu.<br /><br /><br />KH Abd. Nashir Fattah<br />Rais Syuriah PCNU Jombang<br />Dihimpun oleh Sholehuddin SH dari pengajian Kitab Qurratul Ain Bimuhimmatid Din di masjid baiturrahman Jlopo Tebel Bareng yang diikuti oleh Pengurus MWCNU dan Ansor Kecamatan Barengdaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-69488883528652274002011-04-24T23:45:00.000-07:002011-04-24T23:46:23.713-07:00Thoriqoh An-Nadliyah Harus Gandeng IshariOrganisasi tarekat Nahdlatul Ulama atau Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyah (Jatman) Jawa Timur, berharap pada semua warga tarekat untuk menghidupkan sekaligus menggandeng kelompok Ishari (Ikatan Seni Hadrah Indonesia) dalam setiap kali mengadakan kegiatan.<br /><br />Ketua Idaroh Wustho Jatman Jatim, KH Martain Karim, mengungkapkan hal itu, saat menghadiri haul Maulid Nabi Muhammad SAW 1428, Haul Akbar Muassis Thoriqoh, Manaqib Kubro, sekaligus memperingati Hari Jadi Kota Surabaya ke-714, di Masjid Kemayoran Jl Indrapura Surabaya, Sabtu malam lalu.<br /><br />“Sesuai dengan amanat hasil Muktamar NU di Solo beberapa waktu lalu, Jatman harus untuk ikut serta membina Ishari. Karena selama ini Jam’iyyah Thoriqoh an-Nahdliyah selam berjalan bersama-sama dengan Ishari,” ujar Kiai Martain.<br /><br />Untuk itu, ia mengingatkan pada semua Jatman NU se Jatim, setiap kali mengadakan kegiatan jangan jampai tidak mengikutsertakan Ishari. Pasalnya, organisasi kesenian hadrah NU itu telah berjuang dan mengembangkan sholawat Rasul, dengan ungkapan, pujian dan rasa cinta kepada Rasulullah SAW.<br /><br />“Cinta kepada rasul adalah amal yang amat mulia. Jika ini diterapkan insyaallah kelak kita akan bisa bersama-sama dengan Rasul, karena semasa hidupnya selalu mengumandangkan pujian pada rasulullah SAW,” ungkap Kiai asal Malang ini.<br /><br />Bersamaan dengan acara haul akbar muassis thoriqoh yang diikuti sekitar 25 thoriqoh se-Jatim ini, Kiai Martain mengungkapkan istighotsah dan manaqib kurbo Jatman Jatim akan dijadikan sebagai agenda rutinan, enam bulan sekali.<br /><br />“Insyallah, kalau tidak ada halangan. Enam bulan yang akan datang kita akan menggelar acara seperti ini di Tuban daerah makam waliyullah Sunan Bonang,” katanya.<br /><br />Hadir dalam acara haul akbar muassis dan manaqib kubro di Masjid Kemayoran, selain Kiai Muchit Murtadlo (Kembangkuning Surabaya), KH Ali Masadi (Mojosari), KH Faqih Utsman (Kota Mojokerto), KH Abdul Wahib (Pujon Malang), KH Kholil Arfafi (Mojokerto), KH Syakur (Surabaya), KH Ahmad Said Ali, KH Jauhar Nehru (Kencong Pare) dan KH Sulham Mahmud (Surabaya). (duta)daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-26059517086101986862011-04-24T23:44:00.000-07:002011-04-24T23:45:16.575-07:00NU dan Keberagamaan KonstitutifOleh Syarif Hidayat Santoso<br /><br />Satu persoalan penting yang selalu mengemuka dalam setiap perdebatan mengenai hubungan Nahdlatul Ulama (NU) dengan negara, adalah sah atau tidak Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menurut kacamata hukum Islam. Pasalnya, membicarakan UUD 1945, Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hampir pasti melibatkan NU dalam perdebatan tersebut. Wajar karena NU berpendirian bahwa Pancasila dan NKRI merupakan bentuk final dari cita kenegaraan umat Islam Indonesia.<br /><br />NU pula yang pertama kali menerima Pancasila sebagai azas tunggal. Sebaliknya, kelompok fundamentalisme Islam yang menggurita pascareformasi, justru menunjukkan resistensi tinggi terhadap UUD tersebut. Kita masih ingat beberapa tahun silam, ketika komunitas fundamentalis radikal berdemontrasi mendukung Piagam Jakarta saat Sidang Istimewa MPR. Mereka juga menyuguhkan diskursus bahwa agama tidak selayaknya terlimitasi institusi negara.<br /><br />Komunitas ini juga agresif menyuarakan isu khilafah plus solidaritas Islam tingkat dunia. Berbagai persoalan yang menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia memotivasi penguatan terhadap isu ini. Kemapanan negara bangsa yang membingkai komunitas muslim kontemporer dituding penyebab teralienasinya superioritas peradaban Islam.<br /><br />Apologi historis yang disuguhkan adalah bahwa kekuatan muslim lokal harus memiliki orientasi politik internasional yang sama, meskipun harus memarjinalkan kontekstualitas produk domestik. Efeknya, terjadi penisbian terhadap produk-produk negara terutama konstitusi. Bagi kalangan Islam militan, UUD 1945 dituduh secara massif telah menceraikan kaum muslim dari identitas syariatnya. Berbagai upaya digunakan untuk mengembalikan tujuh kata ala Piagam Jakarta. Konstitusi yang lebih dulu ada sebelum arus wacana Timur Tengah melanda Indonesia ikut-ikutan dikritik sebagai barikade keberagamaan kontemporer.<br /> <br />Padahal, sejujurnya, UUD 1945 sendiri merupakan produk dari para intelektual muslim sendiri. Muhammad Hatta, dalam buku Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 (1969), menyajikan fakta bahwa salah satu tokoh populer Syarikat Islam, almarhum KH Agus Salim bahkan menolak usulan kalimat “Presiden adalah orang Indonesia asli dan beragama Islam. Barisan tokoh Islam yang mayoritas ulama mulai dari KH Wahid Hasyim (NU), A. Kahar Muzakkir (Muhammadiyah) dan juga Agus Salim sendiri sebagai cerminan sayap politik Islam (PSII) kompak menandatangani UUD 1945 pada 18 Agustus 1945.<br /><br />Kalau dicermati, konstitusi bukanlah penghalang aplikasi keberagamaan publik. Kosntitusi tidaklah merelatifkan apalagi menabrak pakem substansi ajaran kitab suci. Hal ini didasari pandangan bahwa Islam universal harus mentransformasikan dirinya dalam kancah lokal. Sir Hamilton A.R. Gibb (1910) mengatakan: “Islam is not system theology but a complete civilitation”. Di sini, Islam memiliki kompleksitas dalam pengaturan kehidupan kemanusiaan. Namun, perlu diingat bahwa kompleksitas itu tetaplah sebuah interpretasi integralistik dalam relasinya dengan lokalitas di mana ia berada. Bagi NU, sejauh apa pun jangkauan universalitas Islam, tetaplah ia berwajah primordial sebagai akibat pergumulannya dengan tradisi pribumi. Maka, ketika UUD 1945 dipandang tanpa nuansa lokalitas, ia akan dituding secara rigid parsial sebagai anti-Islam. Lebih parah lagi, terdapat tudingan pengkhianatan terhadap para tokoh Islam nasional termasuk juga tokoh-tokoh NU yang menggagas UUD 1945 dan Pancasila, sebagaimana sering disampaikan dalam wacana kaum fundamentalis.<br /><br />Kita memerlukan sebuah keberagamaan konstitutif, sebuah keberagamaan yang mampu memandang kapasitas eksoteris Islam tanpa harus meributkan otentisitas UUD 1945, relevan atau tidak dengan kitab suci. Keberagamaan konstitutif memandang bahwa konstitusi bukan barikade religiositas, tapi sebuah citra khas tradisi bernegara. Menurut Ali Harb (1985), kebenaran agama maupun negara merupakan hal relatif. Negara dengan tafsir tunggal dapat menjadi lembaga hegemonik. Sementara, agama, jika berjalan dengan satu tafsir dapat menghilangkan sisi gelap agama bersangkutan, karena menutup keragaman pintu protes.. Konstitusi 1945 adalah mitra imbangan kitab suci dalam menjaga nilai universal Islam tetap pada koridor keindonesiaan. Hal yang kita butuhkan bukanlah keterpisahan Islam dengan negara, tapi kebersamaan otonom otoritatif antarkeduanya, sehingga memudahkan protes resiprokal guna pencerahan negara sendiri.<br /><br />Jika relasi Islam dan negara tanpa dikawal konstitusi, ia akan terjebak pada “penafsiran asing” yang mungkin tak cocok dengan iklim nasional. Akan tergiring pula pada teokrasi semu yang sering memoles kebenaran dalam eufimistikasi struktural (bahasa kekuasaan) yang sering menggunakan idiom syariah yang terkadang multitafsir karena sifat mutasyabihat-nya. Bukankah meski kaya dengan aneka natijah (konklusi) dalam memaknai ayat, Islam tetap harus memilih satu tafsir saja di antara sekian tafsir. Jika ini dipraktikkan rezim otoriter, maka wacana kitab suci menjadi monopolistik, ahistoris dan bias kepentingan kelompok dominan dalam kekuasaan. Oposisi akan dengan mudah didudukkan sebagai pelanggar kedaulatan Tuhan. Padahal, elemen apapun dalam negara adalah aktor sah khalifatullah, inspirator fitri kedaulatan yang bukan subordinat, pelestari atau pemberi restu sebuah rezim beragama mana pun.<br /><br />Keberagamaan konstitutif akan mematriks tujuan agama secara lebih jelas, apakah telah sampai pada rule of the game yang digariskan. Islam Indonesia tanpa penerjemahan UUD 1945, ia akan menjadi agama langit dalam simplifikasi sakralitas semata. Bagi NU, UUD 1945 adalah indigenisasi Islam di era modern Indonesia. Dan, ia harus dihijrahkan pula dalam keberagamaan publik muslim. Bagi NU, hal ini bukan berarti relatifikasi kitab suci, tapi spesialisai Islam dalam ruang keindonesiaan. Adanya peluang amandemen merupakan posibilitas bagi Islam sendiri untuk berkreasi di dalamnya, tentunya dalam koridor kebersamaan. Kita butuh sebuah tradisi bernegara yang mandiri, bebas dari importisasi keberagamaan regional lain.<br /><br />Penulis adalah pemerhati masalah keagamaan, alumnus Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Jember, Jawa Timurdaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-41417818757989094472011-04-24T23:43:00.000-07:002011-04-24T23:44:42.738-07:00Menginovasi Syair Al-BarzanjiDi Indonesia, peringatan Maulid Nabi (orang Jawa menyebutnya Muludan) sudah melembaga bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional. Setiap memasuki Rabi’ul Awwal, berbagai ormas Islam, masjid, musholla, institusi pendidikan, dan majelis taklim bersiap memperingatinya dengan beragam cara dan acara; dari sekadar menggelar pengajian kecil-kecilan hingga seremoni akbar dan bakti sosial, dari sekadar diskusi hingga ritual-ritual yang sarat tradisi (lokal).<br /><br />Di antara yang berbasis tradisi adalah: Sekaten di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, Gerebeg Mulud di Demak, Panjang Jimat di Kasultanan Cirebon, Mandi Barokah di Cikelet Garut, dan sebagainya.<br /><br />Tradisi lain yang tak kalah populer adalah pembacaan Kitab al-Barzanji (lisan Jawa menyebutnya ‘Berjanji’ atau ‘Berjanjen’). Membaca Barzanji seolah menjadi sesi yang tak boleh ditinggalkan dalam setiap peringatan Maulid Nabi. Pembacaannya dapat dilakukan di mana pun, kapan pun dan dengan notasi apa pun, karena memang tidak ada tata cara khusus yang mengaturnya.<br /><br />Al-Barzanji adalah karya tulis berupa prosa dan sajak yang isinya bertutur tentang biografi Muhammad, mencakup nasab-nya (silsilah), kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga menjadi rasul. Selain itu, juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimilikinya, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan manusia.<br /><br />Judul aslinya adalah 'Iqd al-Jawahir (Kalung Permata). Namun, dalam perkembangannya, nama pengarangnyalah yang lebih masyhur disebut, yaitu Syekh Ja'far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad al-Barzanji. Dia seorang sufi yang lahir di Madinah pada 1690 M dan meninggal pada 1766 M.<br /><br />Relasi Berjanji dan Muludan<br />Ada catatan menarik dari Nico Captein, seorang orientalis dari Universitas Leiden, dalam bukunya yang berjudul Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW (INIS, 1994). Menurutnya, Maulid Nabi pada mulanya adalah perayaan kaum Syi’ah Fatimiyah (909-117 M) di Mesir untuk menegaskan kepada publik bahwa dinasti tersebut benar-benar keturunan Nabi. Bisa dibilang, ada nuansa politis di balik perayaannya.<br /><br />Dari kalangan Sunni, pertama kali diselenggarakan di Suriah oleh Nuruddin pada abad XI. Pada abad itu juga Maulid digelar di Mosul Irak, Mekkah dan seluruh penjuru Islam. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang menolak memperingati karena dinilai bid’ah (mengada-ada dalam beribadah).<br /><br />Adapun Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi yang dikenal sebagai perintis peringatan Maulid, sebenarnya hanya berperan menghidupkan kembali atau merevitalisasi Maulid yang pernah ada pada masa Dinasti Fatimiyah. Tujuannya, membangkitkan semangat jihad (perjuangan) dan ittihad (persatuan) tentara Islam melawan crusaders (Pasukan Salib) yang saat itu memang memerlukan keteguhan dan keteladanan. Dari itulah muncul anggapan, Shalahuddin adalah penggagas dan peletak dasar peringatan Maulid Nabi.<br /><br />Adapun historisitas al-Barzanji berawal dari lomba menulis riwayat dan puji-pujian kepada Nabi yang diselenggarakan Shalahuddin pada 580 H/1184 M. Dalam kompetisi itu, karya indah Syekh Ja`far al-Barzanji tampil sebagai yang terbaik. Sejak itulah Kitab Al-Barzanji mulai disosialisasikan.<br /><br />Di Indonesia, tradisi Berjanjen bukan hal baru, terlebih di kalangan Nahdliyyin (sebutan untuk warga NU). Berjanjen tidak hanya dilakukan pada peringatan Maulid Nabi, namun kerap diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, pada upacara kelahiran, akikah dan potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Bahkan, pada sebagian besar pesantren, Berjanjen telah menjadi kurikulum wajib.<br /><br />Selain al-Barzanji, terdapat pula kitab-kitab sejenis yang juga bertutur tentang kehidupan dan kepribadian Nabi. Misalnya, kitab Shimthu al-Durar karya al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi. Ada pula al-Burdah karya al-Bushiri dan al-Diba’ karya Abdurrahman al-Diba’iy. Namun, yang masyhur di masyarakat adalah al-Barzanji dan al-Diba’.<br /><br />Inovasi Baru<br />Esensi Maulid adalah penghijauan sejarah dan penyegaran ketokohan Nabi sebagai satu-satunya idola teladan yang seluruh ajarannya harus dibumikan. Figur idola menjadi miniatur dari idealisme, kristalisasi dari berbagai falsafah hidup yang diyakini. Penghijauan sejarah dan penyegaran ketokohan itu dapat dilakukan kapan pun, termasuk di bulan Rabi’ul Awwal.<br /><br />Kaitannya dengan kebangsaan, identitas dan nasionalisme seseorang akan lahir jika ia membaca sejarah bangsanya. Begitu pula identitas sebagai penganut agama akan ditemukan (di antaranya) melalui sejarah agamanya. Dan, dibacanya Kitab al-Barzanji merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan esensial itu, yakni ‘menghidupkan’ tokoh idola melalui teks-teks sejarah.<br /><br />Permasalahannya sekarang, sudahkah pelaku Berjanjen memahami bait-bait indah al-Barzanji sehingga menjadikannya ispirator dan motivator keteladanan? Barangkali, bagi kalangan santri, mereka dapat dengan mudah memahami makna tiap baitnya karena (sedikit banyak) telah mengerti bahasa Arab. Ditambah kajian khusus terhadap referensi penjelas (syarh) dari al-Barzanji, yaitu kitab Madarij al-Shu’ud karya al-Nawawi al-Bantani, menjadikan pemahaman mereka semakin komprehensif.<br /><br />Bagaimana dengan masyarakat awam? Tentu mereka tidak bisa seperti itu. Karena mereka memang tidak menguasai bahasa Arab. Yang mereka tahu, kitab itu bertutur tentang sejarah Nabi tanpa mengerti detail isinya. Akibatnya, penjiwaan dan penghayatan makna al-Barzanji sebagai inspirator dan motivator hidup menjadi tereduksi oleh rangkaian ritual simbolik yang tersakralkan.<br />Barangkali, kita perlu berinovasi agar pesan-pesan profetik di balik bait al-Barzanji menjadi tersampaikan kepada pelakunya (terutama masyarakat awam) secara utuh menyeluruh. Namun, ini tidaklah mudah. Dibutuhkan penerjemah yang andal dan sastrawan-sastrawan ulung untuk mengemas bahasa al-Barzanji ke dalam konteks bahasa kekinian dan kedisinian. Selain itu, juga mempertimbangkan kesiapan masyarakat menerima inovasi baru terhadap aktivitas yang kadung tersakralkan itu.<br /><br />Inovasi dapat diimplementasikan dengan menerjemahkan dan menekankan aspek keteladan. Dilakukan secara gradual pasca-membaca dan melantunkan syair al-Barzanji. Atau mungkin dengan kemasan baru yang tidak banyak menyertakan bahasa Arab, kecuali lantunan shalawat dan ayat-ayat suci, seperti dipertunjukkan W.S. Rendra, Ken Zuraida (istri Rendra), dan kawan-kawan pada Pentas Shalawat Barzanji pada 12-14 Mei 2003 di Stadion Tennis Indoor, Senayan, Jakarta.<br /><br />Sebagai pungkasan, semoga Barzanji tidak hanya menjadi ‘lagu wajib’ dalam upacara, tapi (yang penting) juga mampu menggerakkan pikiran, hati, pandangan hidup serta sikap kita untuk menjadi lebih baik sebagaimana Nabi. Dan semoga, Maulid dapat mengentaskan kita dari keterpurukan sebagaimana Shalahuddin Al-Ayubi sukses membangkitkan semangat tentaranya hingga menang dalam pertempuran.<br /><br />Penulis adalah Staf pada Pondok Pesantren Darul-Hikmah, Yogyakartadaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-89302505749852159542011-04-24T23:41:00.000-07:002011-04-24T23:42:48.144-07:00erkataan 4 Imam Madzhab di Dalam Mengikuti Sunnah Muhammad SAWOleh : Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullah-<br /><br />Kiranya sangat bermanfaat untuk disajikan di sini sedikit atau sebagian perkataan mereka, dengan harapan, semoga di dalamnya terdapat pelajaran dan peringatan bagi orang yang mengikuti mereka, bahkan bagi orang yang mengikuti selain mereka yang lebih rendah derajatnya dari taqlid buta, dan bagi orang yang berpegang teguh kepada madzab-madzab dan perkataan-perkataan mereka, sebagaimana kalau madzab-madzab dan perkataan-perkataan itu turun dari langit. Allah Subhanahu Wa Taala, berfirman: "Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya)". (QS. Al-Araf :3)<br /><br />I. ABU HANIFAH<br /><br />Yang pertama-tama diantara mereka adalah Imam Abu Hanifah An-Numan bin Tsabit. Para sahabatnya telah meriwayatkan banyak perkataan dan ungkapan darinya, yang semuanya melahirkan satu kesimpulan, yaitu kewajiban untuk berpegang teguh kepada hadits dan meninggalkan pendapat para imam yang bertentangan dengannya.<br /><br />1. "Apabila hadits itu shahih, maka haits itu adalah madzhabku." (Ibnu Abidin di dalam Al-Hasyiyah 1/63)<br />2. "Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya". (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Intiqau fi Fadha ilits Tsalatsatil Aimmatil FuqahaI, hal. 145)<br />3. Dalam sebuah riwayat dikatakan: "Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku".<br />4. Di dalam sebuah riwayat ditambahkan: "sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari".<br />5. "Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah dan kabar Rasulullah salallahu alaihi Wa Sallam, maka tinggalkanlah perkataanku". (Al-Fulani di dalam Al-Iqazh, hal. 50)<br /><br />II. MALIK BIN ANAS<br /><br />Imam Malik berkata:<br /><br />1. "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan kitab dan sunnah, ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan sunnah, tinggalkanlah". (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami, 2/32)<br />2. "Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Salallhu Alaihi Wasallam". (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)<br />3. Ibnu Wahab berkata, "Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang menyelang-nyelangi jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, "tidak ada hal itu pada manusia. Dia berkata. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya. Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu, maka dia berkata: Apakah itu? Aku berkata: Al-Laits bin Saad dan Ibnu Lahiah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al-Maafiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, "Aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menunjukkan kepadaku dengan kelingkingnya apa yang ada diantara jari-jari kedua kakinya. Maka dia berkata, "sesungguhnya hadist ini adalah Hasan, Aku mendengarnya hanya satu jam. Kemudian aku mendengarnya, setelah itu ditanya, lalu ia memerintahkan untuk menyelang-nyelangi jari-jari. (Mukaddimah Al-Jarhu wat Tadil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)<br /><br /><br /><br />III. ASY-SYAFII<br /><br />Adapun perkataan-perkataan yang diambil dari Imam Syafii di dalam hal ini lebih banyak dan lebih baik, dan para pengikutnya pun lebih banyak mengamalkannya. Di antaranya:<br /><br />1. "Tidak ada seorangpun, kecuali dia harus bermadzab dengan Sunnah Rasulullah dan menyendiri dengannya. Walaupun aku mengucapkan satu ucapan dan mengasalkan kepada suatu asal di dalamnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang bertentangan dengan ucapanku. Maka peganglah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Inilah ucapanku." (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir, 15/1/3)<br />2. "Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena untuk mengikuti perkataan seseorang." (Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal. 68)<br />3. "Apabila kamu mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka berkatalah dengan sunnah rasulullah Salallahu alaihi Wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan." Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam, 3/47/1)<br />4. "Apabila Hadist itu Shahih, maka dia adalah madzhabku." (An-Nawawi di dalam Al-Majmu, Asy-Syarani, 10/57)<br />5. "kamu (Imam Ahmad) lebih tahu dari padaku tentang hadist dan orang-orangnya (Rijalu l-Hadits). Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, akan bermadzhab dengannya." ( Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-SyafiI, 8/1)<br />6. "Setiap masalah yang didalamnya kabar dari Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam adalah shahih bagi ahli naqli dan bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku meralatnya di dalam hidupku dan setelah aku mati." (Al-Harawi, 47/1)<br />7. "Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya shahih, maka ketahuilah, sesungguhnya akalku telah bermadzhab dengannya." (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Muaddab)<br />8. Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari nabi salallahu alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu mengikutiku." (Aibnu Asakir, 15/9/2)<br /><br /><br />IV. AHMAD BIN HAMBAL<br /><br />Imam Ahmad adalah salah seorang imam yang paling banyak mengumpulkan sunnah dan paling berpegang teguh kepadanya. Sehingga ia membenci penulisan buku-buku yang memuat cabang-cabang (furu) dan pendapat Oleh karena itu ia berkata:<br /><br />1. "Janganlah engkau mengikuti aku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafii, Auzai dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil." (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-Ilam, 2/302)<br />2. "Pendapat AuzaI, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar." (Ibnul Abdl Barr di dalam Al-Jami, 2/149)<br />3. "Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi kehancuran." (Ibnul Jauzi, 182).<br /><br />Allah berfirman:<br />"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (An-Nisa:65),<br />dan firman-Nya:<br />"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nur:63).<br /><br />Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata: "Adalah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang telah sampai kepadanya perintah Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Sallam dan mengetahuinya untuk menerangkannya kepada umat, menasehati mereka dan memerintahkan kepada mereka untuk mengikuti perintahnya.<br /><br />Dan apabila hal itu bertentangan dengan pendapat orang besar diantara umat, maka sesungguhnya perintah Rasulullah salallahu alaihi wa Sallam itu lebih berhak untuk disebarkan dan diikuti dibanding pendapat orang besar manapun yang telah bertentangan dengan perintahnya di dalam sebagian perkara secara salah. Dan dari sini, para sahabat dan orang-orang setelah mereka telah menolak setiap orang yang menentang sunnah yang sahih, dan barangkali mereka telah berlaku keras dalam penolakan ini. Namun demikian, mereka tidak membencinya, bahkan dia dicintai dan diagungkan di dalam hati mereka. Akan tetapi, Rasulullah Salallahu alaihi wa Sallam adalah lebih dicintai oleh mereka dan perintahnya melebihi setiap makhluk lainnya.<br /><br />Oleh karena itu, apabila perintah rasul itu bertentangan dengan perintah selainnya, maka perintah rasul adalah lebih utama untuk didahulukan dan diikuti. Hal ini tidak dihalang-halangi oleh pengagungan terhadap orang yang bertentangan dengan perintahnya, walaupun orang itu mendapat ampunan. Orang yang bertentangan itu tidak membenci apabila perintahnya itu diingkari apabila memang ternyata perintah Rasulullah itu bertentangan dengannya. Bagaimana mungkin mereka akan membenci hal itu, sedangkan mereka telah memerintahkan kepada para pengikutnya, dan mereka telah mewajibkan mereka untuk meninggalkan perkataan-perkataan yang bertentangan dengan sunnah."<br /><br />(Di sadur dari Mukaddimah Kitab Shifatu Shalatiin Nabii SAW, karya Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullah).daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-67406903297748255202011-04-24T23:40:00.000-07:002011-04-24T23:41:50.766-07:00AJARAN YESUS (TAUHID) vs AJARAN PAULUS (KRISTEN)AJARAN YESUS:<br /><br />1. Yesus adalah utusan Tuhan (Yesus tidak meminta dirinya untuk disembah dan dipuja).<br />Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. (Matius 10:5-6) Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (Matius 15:24) Aku (Yesus) tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 11:42) Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3) Aku (Yesus) berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya....Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia (Bapa) yang mengutus Aku. (Yohanes 13:16,20)Kamu telah mendengar, bahwa Aku (Yesus) telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. (Yohanes 14:28)<br /><br />2. Yesus tidak membatalkan hukum Taurat.<br />"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku (Yesus) datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (Matius 5:17) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:18) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:19) Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:20)<br /><br />3. Penggenapan (nasakh) Yesus terhadap beberapa hukum Taurat.<br />Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (Matius 5:29) Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. (Matius 5:30) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, (Matius 5:34)<br /><br />4. Yesus disunat pada usia delapan hari sesuai perintah Tuhan.<br />Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. (Lukas 2:21) Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; (Kejadian 17:10) haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. (Kejadian 17:11) Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. (Kejadian 17:12) Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. (Kejadian 17:13) Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku." (Kejadian 17:14) Kemudian Abraham menyunat Ishak, anaknya itu, ketika berumur delapan hari, seperti yang diperintahkan Allah kepadanya. (Kejadian 21:4)<br /><br />5. Tidak ada dosa waris dalam ajaran Yesus.<br />Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. (Markus 10:14) Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. (Yehezkiel 18:20)<br /><br />6. Yesus memerintahkan banyak berwudlu apabila sedang berpuasa dan mengajarkan sujud serta berdoa ketika sedang sujud.<br />Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, (Matius 6:17) Maka Ia (Yesus) maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39) Musa dan Harun serta anak-anaknya membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya. Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan dan apabila mereka datang mendekat kepada mezbah itu, maka mereka membasuh kaki dan tangan--seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. (Keluaran 40:31-32) Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka. (Bilangan 20:6) Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak." Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: (Kejadian 17:2-3)<br /><br />7. Yesus melarang hidup mewah di dunia.<br />"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (Matius 6:19-20)<br /><br />8. Yesus meninggal dunia dibungkus kain kafan.<br />Dan Yusufpun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih, (Matius 27:59) Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. (Yohanes 19:40)<br /><br />9. Yesus tidak membatalkan hukum rajam.<br />Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu (Yesus) tentang hal itu?" (Yohanes 8:5) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya (Yesus), Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7)<br /><br />10. Yesus tidak membuat agama baru.<br />Lihat kembali pernyataan Yesus dalam Matius 5:17-20 (Butir 2 di atas).<br /><br />AJARAN KRISTEN:<br /><br />1. Yesus adalah Tuhan sesuai pernyataan Paulus.<br />Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (1 Korintus 8:6) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (Roma 10:9) NB:Paulus berusaha mendoktrin orang lain bahwa hanya dengan meyakini Yesus sebagai Tuhan dan percaya Yesus telah bangkit dari antara orang mati, maka ia akan diselamatkan.Dalam ajaran Paulus/Kristen, Yesus lebih dipromosikan sebagai Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Allah/Bapa. Bandingkan dengan pernyataan-pernyataan Yesus yang lebih menonjolkan Allah/Bapa sebagai Tuhan Yang Esa.<br /><br />2.Kristen mengutuk hukum Taurat sesuai pernyataan Paulus.<br />Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. (Galatia 2:16) NB:Hukum Taurat merupakan bagian dari ajaran Yesus yang wajib dilaksanakan oleh umatnya (Matius 5:19).<br /><br />3. Kristen membangkang penggenapan (nasakh) Yesus dan menggantinya dengan ajaran baru dari Paulus.<br />Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. (Roma 10:4) NB: Kristen sama sekali menolak hukum cungkil mata dan potong tangan sebagaimana diperintahkan Yesus (Matius 5:29-30).<br /><br />4. Kristen tidak mewajibkan sunat sesuai pernyataan Paulus.<br />Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih. (Galatia 5:6) Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. (1 Korintus 7:19) NB:Sunat adalah manifestasi perjanjian yang kekal antara Allah dengan Abraham dan keturunannya, yang tidak bisa dibantah oleh siapapun!<br /><br />5. Kristen mengajarkan adanya dosa warisan dari Adam sesuai pernyataan Paulus.<br />Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang (Adam), dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. (Roma 5:12)<br /><br />6. Kristen mengajarkan bernyanyi di gereja sesuai perintah Paulus.<br />dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. (Efesus 5:19) Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. (Kolose 3:16) NB:Menyanyi di gereja bukanlah ajaran Yesus, tetapi ajaran Paulus (Efesus 5:19).<br /><br />7. Tidak ada larangan hidup mewah dalam ajaran Kristen sesuai pernyataan Paulus.<br />"Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan." (Efesus 4:28)<br /><br />8. Umat Kristen meninggal dunia diberi pakaian rapi dan dibungkus peti mati.<br />Misalnya, meninggalnya Paus Yohanes Paulus II, penyanyi Broery Marantika, dan mantan Menko Ekuin Radius Prawiro. Ketiganya diberi pakaian rapi dan dibungkus peti mati sebelum dikubur.<br /><br />9. Tidak ada hukum rajam dalam ajaran Kristen.<br />Ajaran Kristen menolak hukum rajam, karena ia adalah bagian dari hukum Taurat. Lihat kembali pernyataan Paulus dalam Galatia 2:16 (butir 2 di atas). NB:Kristen sama sekali menolak hukum rajam kepada para pelaku zinah, yang tentu saja ini bertentangan dengan perintah Yesus kepada umatnya (Yohanes 8:7).<br /><br />10. Kristen adalah agama baru yang lahir pada masa Paulus (setelah masa Yesus).<br />Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. (Kisah Para Rasul 11:26)daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-70069979403063546222011-04-24T23:39:00.001-07:002011-04-24T23:39:59.051-07:00Wirid / Doa Setelah Sholat FardluSetelah Sholat fardhu sebaiknya kita membaca wirid/doa sehingga pahala kita bertambah banyak dan dosa-dosa kita insya allah diampuni. Selanjutnya apabila kita dipanggil olehNya, maka kita sudah bersih dari dosa-dosa dan dimasukkan ke dalam golongan yang beruntung yaitu yang mendapat surga (jannah) sebagai balasan dari Alloh SWT.<br /><br />Wirid ini tergolong wirid panjang tetapi apabila kita baca setiap hari maka kita akan hapal dengan sendirinya.<br /><br />Wiridnya adalah sbb:<br /><br />Astaghfirullohhal adziim li wali wali dayya wali ashabil khuquq ala wal jamiil mu'minin wal mu'minat wal muslimiina wal muslimat al akhyaa 'i minhum wal amwaat (3x)<br /><br /> lebih kurang artinya : aku mohon ampun ya Alloh dzat yang Maha Agung, juga ampuni kedua orang tuaku dan orang-orang yang punya kewajiban pada aku, dan semua mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat yang hidup maupun yang sudah meninggal.<br /><br /><br />Laa Ilaaha Illalloh wahdahu laasyariikalah lahulmulku walahulhamdu yuhyii wayumiitu wahuwa alaa kulli syaiin qadiir (3x)<br /><br /> Tidak ada Tuhan selain Alloh, dzat yang Maha Esa (satu), tidak ada sekutu untukNya (tidak ada yang menyamai), dzat yang mempunyai kerajaan dan semua pujian. Dzat yang menghidupkan dan mematikan, dan berkuasa atas segala sesuatu.<br /><br />Allohumma antassalam, waminkassalam, wa ilaika ya'uudussalam, fahayinaa Robbana bissalam, wa adkhilnal jannata darossalam, tabarokta Robbanaa wata a'laita yaa dzaljalali wal ikraam<br /><br /> Ya Alloh dzat yang mempunyai keselamatan, keselamatan adalah dari Engkau, dan keselamatan berpulang kepadaMU, dalam hidupku berilah keselamatan, masukkan aku kedalam sorga Darossalam, Tuhanku Engkaulah yang maha luhur dan maha agung, dzat yang maha luhur dan maha mulya.<br /><br />Audzubillahiminassyaithonirrojiim, Bismillahirrohmanirrokhiim<br />teruskan dengan membaca : Al Fatehah , kemudian<br /><br />Wa ilahukum ilahu wakhid , La ilaahailla huwarrohmaanurrokhiim<br /><br /> hai kamu semua, Tuhanmu itu hanya satu, tidak ada Tuhan selain 'Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang'.<br /><br />teruskan dengan membaca 'ayat Kursi' sebagaimana dibawah ini,<br /><br />Allohu Laa iaaha illaa huwalkhoyyul qoyuum, laa ta' khudzuhuu sinatuw walaa naum, lahu maa fiissamaawaati wa maa fil ardhi, mandzaalladzii yasyfa'u 'indahuu illaa biidznih, ya'lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum, wa laa yukhithuuna bisyai'in min 'ilmihi illa bi maasyaaa'i, wasi'a kursiyyuhussamaawaati wal ardho, waa ya'uduhuu khifzuhumaa wahuwal a'liyul a'zhiim.<br /><br />kemudian teruskan dengan beberapa ayat dari Al Qur'an dibawah ini,<br /><br />Syahidallohu annahu La ilaa ha ila huwa walmalaikatu wa ulul ilmi qoiman bil qisthi La ilaa ha illa huwal aziizul hakiim<br /><br />Inna diina i'ndallohil islam<br /><br />Qulillohumma malikulmulki, tu'tilmulka man tasyaa', wa tanziulmulka miman tasyaa' wa tu'izu man tasyaa' wa tudzillu man tasyaa' biyadikal khoir Innaka alaa kulli syaiin qodiir. Tuulijullaila finnahaari wa tuulijunnaaharo fillaili, Wa tukhrijul hayya minal mayyiti wa tukhrijulmayyita minal hayyi, Wa tarzuqu man tasyaa' bi ghoiri hisaab<br /><br />Subhanalloh (33x) , Alhamdulillah (33x) , Allohuakbar (33)<br /><br />Allohu Akbar Kabiirau wasubhanallohi bukrotau waashiilla<br /><br />La ilaaha illallohu wahdahuu la syariikalah lahulmulku wa lahulhamdu yuhyi wa yumiitu wahuwa alaa kulli syaiin qodiir<br /><br />La khaula wala quwata illa billahil a'liyil aziim<br /><br />Allohumma sholli wasallim alaa sayyidinaa Muhammad a'bdika wa rosuulika nabiyyil ummiyyi wa a'laa aalihii wa shohbihii wasallim<br /><br />Wa hasbunaallohu wani'mal wakiil<br /><br />La khaula wala quwata illa billahil a'liyil aziim, Astaghfirullohhal adziim<br /><br />Doa<br /><br />Alhamdulillahirobbil a'lamiin, hamdan yuuafii ni'mah wa yukafii maziidah<br />yaa Robbanaa lakalhamdu kamaa yanbaghi lijalali wajhikal kariim wa aziim sulthonik<br /><br />Allohumma Sholli wasalim alaa sayidinaa Muhammad, sholatan tunjinaa bihaa min jami'il ahwaali wal afaat, wa taqdhilanaa bihaa min jami'il hajaat, wa tuthohirunaa bihaa min jami'is sayi'at, wa tarfa'unaa bihaa 'indaka a'laa ddarojaat, wa tubalighunaa bihaa aghsol ghoyat min jami'il khoirot fil hayaati wa ba'dal mamaati.<br /><br />Allohumma inna nasa'luka luthfa fimaa jarot bihil maqoodiir<br /><br />Allohumma inna nasa'luka min khoiri masa'alaka, minhu sayyidunaa wa nabiyyuna muhammad 'abduka wa rosuuluka, wa na'udzubika min syarri masta'adzaka, minhu sayyidunaa wa nabiyyuna muhammad 'abduka wa rosuuluka<br /><br />Allohumma inna nasa'luka muujibaati rohmatika, wa azaa'ima maghfirotika,<br />wa ssaalamatan min kulli istmin, wal ghoniimatan min kulli birrin, wal fauza bil jannah, wan najaata mina nnaar, wal a'fwa 'indalhisaab<br /><br />Robbanaa laa tuzig quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wa hablana miladunka rohmah, innaka antal wahhaab<br /><br />Robbanaghfirlanaa wali walidiina kamaa robayanaa shoghiiroo, wal jamiil mu'minin wal mu'minat wal muslimiina wal muslimat al akhyaa' i minhum wal amwaat<br /><br />Robbanaa aaatinaa fiddunyaa khasanah, wa fil aakhiroti khasanah, wa qinaa 'adzabannaar.<br /><br />Wa shollallohu alaa sayidinaa muhammad wa alaa aalihii wa shohbihii wa sallim, walhamdulillahi robbil 'alamiin.<br /><br />Amiin.daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-9082749361893998732011-04-24T23:37:00.000-07:002011-04-24T23:39:05.572-07:00Dzkir, Wirid dan Doa Sesudah ShalatAda sebagian muslim bilamana selesai mengerjakan sholat lima waktu langsung meninggalkan tempat sholatnya lalu berdiri untuk segera kembali meneruskan kesibukan duniawinya. Mereka tidak menyempatkan diri untuk berhenti sejenak membaca wirid ataupun bacaan-bacaan yang sesungguhnya dianjurkan dan dicontohkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.<br /><br />Dianjurkan sesudah selesai shalat supaya membaca dzikir-dzikir (wirid-wirid) sebab sangat besar faedahnya.<br /><br />Di bawah ini adalah Dzikir-dzikir sesudah shalat:<br /><br />Astaghfirullaahal ‘adhiimalii waliwalidayaa wali ash-habil huquuqi ‘alayya walijamii’il mu’miniina walmukminaati wal muslimiina wal muslimaatil ahyaa-I minhum wal amwaati 3x<br /><br />Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumiitu wahuwa ‘ala kulli syai-in qadiirun 3x<br /><br />Allaahumma antas salaam waminkas salaamu wailaika ya’uudus salaamu fahayyinaa rabbanaa wata’aalaita yaadzal jalaali wal ikraami.<br /><br />Membaca surat Al Fatihah<br /><br />Membaca ayat kursi (1:255)<br /><br />Shaidallaahu innahu laa ilaaha illa huwa wa-ulul’ilmi waa iman bil qisthi laa ilaaha illa huwal ‘aziizul hakiimu innaddiina ‘indallaahil islaamu.<br /><br />Qulillahumma maalikal mulki tuktil mulkaman tasyaa-u watanzi’ul mulka miman tasyaau watuizzu man tasyaa-u watudzillu man tasyaa-u biyadikal khairu innaka ‘ala kulli syai-in qadiirun<br /><br />Tuulijul laila fin nahaari watuulijun nahaara fil laili watukhrijul hayya minal mayyiti watukhrijul mayyita minal hayyi watar zuqu man tasyaa-u bighairi hisaabin.<br /><br />Subhanallaah 33x<br /><br />Alhamdulillaahi 33x<br /><br />Allaahu Akbar 33x<br /><br />Allaahu Akbar kabiiran walhamdu lillaahi katsiiran wasubhaanallaahi bukratan wa ashiilan.<br /><br />Laa ilaaha illallaahu wah dahu laa syarikalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyi wamiitu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiirun<br /><br />Laa haula walaa quwwata illa billaahil ‘aliyil ‘adhiimi<br /><br />Dilanjutkan dengan doa:<br />Doa Setelah Sholat Fardhu 1<br /><br />Allaahumma laa maani’a lima a’thaita walaa mu’thi limaa mana’ta walaa haadiya limaa adl-lalta walaa mubaddila limaa hakamta walaa rad dalimaa qadlaita walaa yanfa’u dzaljaddi minkal jaddu laa ilaaha illa anta<br /><br />Allaahumma shali ‘alaa sayyidina muhammadin ‘abdika warusuulikan nabiyyil ummiyi wa’alaa aalihi wa ashabihi wasallim.<br /><br />Wahasbunallaahu wani’mal wakiilu walaa haula walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adhiimi.<br /><br />Astaghfirullaahal ‘adhiima.<br />Doa Setelah Sholat Fardhu 2<br />Bismillaahirrahmaanirrahiim.Alhamdulillaahi Rabbil ‘alaamiin.<br /><br />Hamdan yuwaafii ni’amahu wa yukaafi maziidahu.<br /><br />Yaa rabbanaa lakal hamdu kamaa yan baghii lijalaali wajhika wa ‘azhiimi sulthaanika.<br /><br />Allaahumma shali’alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad.<br /><br />Allaahumma rabbanaa taqbbal minna shalaatanaa washiyaamanaa wa rukuu’anaa wa sujuudanaa wa qu’uudanaa wa tadharru’anaa wa takhasy-syu’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim taqshiiranaa ya Allaahu ya Rabbal ‘alaamiina.<br /><br />Rabbanaa zhalamnaa anfusa-naa wa in lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lana kuunannaa minal khasiriina.<br /><br />Rabbanaa wa laa tahmil ‘alaina israh kamaa hamaltahu ‘alalladziina min qablinaa.<br /><br />Rabbanaa laa tauzigh quluubanaa ba’da idz hadaitana wa hablanaa min ladunka rahmatan innaka antal wahhaabu.<br /><br />Rabbanaghfir lanaawali waalidiinaa wa lijamii’il muslimiina wal muslimaati wal mu’miniina wal mu’minaati al ahyaa-I minhum wal amwaati innaka ‘alaa kulli syai-in qadiirun.<br /><br />Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaabannaari.<br /><br />Allaahummaghfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir ‘annaa sayyi-aatinaa wa tawaffanaa wa-‘al abraari.<br /><br />Subhana Rabbika Rabbil ‘izzati ‘amma yashifuuna wa salaamun ‘alal mursaliina walhamdu lillaahi Rabbil aalamiin.<br /><br />Typed By Harris Noor Rabbasa<br /><br />———————————————————————————<br />Doa Sesudah Shalat Wajib<br /><br />Setelah shalat wajib lima kali sehari, kita melakukan dzikir dan wirid, kemudian memanjatkan doa.<br />Tidak ada ketentuan pasti, doa apa yang harus kita ucapkan ketika itu. Akan tetapi, dua-dao berikut ini barangkali dapat dipakai sebagai pegangan bagi yang ingin mempraktekkannya:<br />1. Mohon keteguhan iman di hati:<br /><br /> Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idzhadaitanaa wa hablanaa milladunka rahmatan innaka antal-wahhaab.<br /><br />Wahai Tuhan kami janganlah Engkau sesatkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.<br />2. Mohon kesabaran:<br /><br /> Rabbanaa afighh ‘alainaa shabran wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa ‘alal-qaumil-kaafiriin.<br /><br />Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi orang-orang kafir.<br />3. Mohon dimatikan dalam keadaan baik:<br /><br /> Rabbanaa innanaa sami’naa munaadiyan yunaadii lil-iimaani an aaminuu birabbikum fa-aamannaa. Rabbanaa faghfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir ‘annaa sayyi-aatinaa wa tawaffanaa ma’al abraar. Rabbanaa wa aatinaa maa wa’adtanaa ‘alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal-qiyaamati innaka laa tukhliful-mii’aad<br /><br />Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengan seruan orang yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu!” Maka kami pun beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbuat kebaktian. Wahai Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat kelak. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji.<br />4. Mohon terhindar dari siksa neraka:<br /><br /> Rabbanaa innaka man tudkhilinnaara faqad akhzaitah, wa maa lizhzhaalimiina min anshaar.<br /><br />Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka telah Engkau hinakan dia, dan tiada lagi penolong bagi orang-orang yang zalim.<br />5. Mohon terjau dari godaan setan:<br /><br /> Wa qurrabbi a’uudzu bika min hamazaatisy-syayaathiini wa a’uudzu bika rabbii ayaahdhuruun.<br /><br />Wahai Tuhan, aku berlindungan kepada-Mu dari godaan setan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kehadirannya.<br />6. Mohon dikaruniai keturunan yang baik:<br /><br /> Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyyaatinaa qurrata a’yuniw-waj’alnaa lil-muttaqiina imaamaa<br /><br />Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menggembirakan hati, dan jadikanlah kami sebagai panutan bagi orang-orang yang bertakwadaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-44227901881752970802011-04-24T23:36:00.000-07:002011-04-24T23:37:23.844-07:00Ukuran-ukuran dalam EpidemiologiUKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI<br /><br />Proporsi:<br /><br /> * Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut<br /> * Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi<br /><br />Rumus:<br /><br />Proporsi : x / (x+y) x k<br /><br />Contoh:<br /><br /> * Proporsi Mhs wanita =<br /><br />Jumlah Mahasiswa wanita<br />---------------------------------- k<br />Jumlah Mahasiswa wanita + pria<br /><br /> * Proporsi Mahasiswa berprestasi<br /> * Proporsi Mahasiswa hafal Al Qur’an<br /><br /><br />Ratio:<br /><br /> * Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung<br /> * Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian<br /><br />Rumus:<br /><br />Ratio: (x/y) k<br /><br /> * Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan<br /> * Ratio x : y = 1 : 2<br /><br />Contoh:<br /><br /> * Sex ratio =<br /><br />jumlah pria<br />--------------- k<br />jumlah wanita<br /><br />Pria : Wanita = x : y<br /><br /> * Dependency ratio =<br /><br />Juml usia (0 - <14th) + (>65 th)<br />---------------------------------- k<br />Jumlah usia (15 – 64 th)<br /><br />Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah masing2 mahasiswa?<br /><br />Rate<br /><br /> * Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian tersebut<br /> * Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat<br /><br />Rumus:<br /><br />Rate: (x/y) k<br /><br /> * X: angka kejadian<br /> * Y: populasi berisiko<br /> * K: konstanta (angka kelipatan dari 10)<br /><br /><br />Contoh:<br /><br /> * Campak → berisiko pada balita<br /> * Diare → berisiko pada semua penduduk<br /> * Ca servik → berisiko pada wanita<br /><br /><br />Contoh Soal:<br />Jumlah pasien di RS A = 150, dengan rincian pria = 90 dan wanita = 60<br /><br /> * Berapa proporsi pasien wanita?<br /> * Berapa sex ratio pasien di RS A?<br /><br /><br />PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS<br /><br />INCIDENCE RATE<br /><br /> * Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu<br /><br /><br />Incidence Rate (IR):<br /><br />Jumlah penyakit baru<br />-------------------------- k<br />Jumlah populasi berisiko<br /><br />PREVALENCE RATE<br /><br /> * Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu<br /> * PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate<br /> * PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate<br /><br /><br />Prevalence Rate (PR):<br /><br />Jumlah penyakit lama + baru<br />------------------------------- k<br />Jumlah populasi berisiko<br /><br />ATTACK RATE<br /><br /> * Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu<br /><br /><br />Attack Rate (AR):<br /><br />Jumlah penyakit baru<br />-------------------------- k<br />Jumlah populasi berisiko<br /><br />(dalam waktu wabah berlangsung)<br /><br />Contoh Soal:<br />Data desa Jombang pada tahun 2007 adalah sbb:<br />Jumlah penduduk = 2.000.000<br />Ratio pria : wanita = 2 : 3<br />Ratio balita : bukan balita = 2 : 8<br />Kasus lama/baru campak: Feb=2/10, Mar=5/20, Jun=4/15<br />Kasus lama/baru diare: Ags= 2/15, Sep=3/25, Okt=5/10<br />Kasus lama/baru ca servik: Apr=3/5, Jul=8/5<br /><br />Hitunglah:<br /><br /> * Incidence Rate Campak tahun 2007<br /> * Point Prevalence Rate Campak pada bulan Feb, Maret dan Juni?<br /> * Periode Prevalence Rate Campak pada tahun 2007?<br /> * Attack Rate Campak?<br /><br /><br />Hitunglah:<br /><br /> * Incidence Rate Diare tahun 2007<br /> * Point Prevalence Rate Diare pada bulan Ags, Sep dan Okt?<br /> * Periode Prevalence Rate Diare pada tahun 2007?<br /> * Attack Rate Diare?<br /><br /><br />Hitunglah:<br /><br /> * Incidence Rate Ca Servik tahun 2007<br /> * Point Prevalence Rate Ca servik pada bulan Apr dan Jul?<br /> * Periode Prevalence Rate Ca Servik pada tahun 2007?<br /><br /><br />PENGUKURAN MORTALITY RATE<br /><br />CRUDE DEATH RATE<br /><br /> * CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun<br /><br /><br />Rumus: CDR (Crude Death Rate)<br /><br />Jumlah semua kematian<br />------------------------- k<br />Jumlah semua penduduk<br /><br />SPECIFIC DEATH RATE<br /><br /> * SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun<br /><br /><br />Rumus: SDR (Specific Death Rate<br /><br />Jumlah kematian penyakit x<br />----------------------------- k<br />Jumlah semua penduduk<br /><br />CASE FATALITY RATE<br /><br /> * CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut<br /><br />CFR (Case Fatality Rate):<br /><br />Jumlah kematian penyakit x<br />----------------------------- x 100%<br />Jumlah kasus penyakit x<br /><br />MATERNAL MORTALITY RATE<br /><br /> * MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup<br /><br /><br />MMR (Maternal Mortality Rate):<br /><br />Jumlah kematian Ibu<br />------------------------ x 100.000<br />Jumlah kelahiran hidup<br /><br />INFANT MORTALITY RATE<br /><br /> * IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran hidup<br /><br /><br />IMR (Infant Mortality Rate):<br /><br />Juml kematian bayi<br />--------------------- x 1000<br />Juml kelahiran hidup<br /><br />NEONATAL MORTALITY RATE<br /><br /> * NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup<br /><br /><br />NMR (Neonatal Mortality Rate):<br /><br />Jumlah kematian neonatus<br />--------------------------- x 1000<br />Jumlah kelahiran hidup<br /><br />PERINATAL MORTALITY RATE<br /><br /> * PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup<br /><br /><br />PMR (Perinatal Mortality Rate):<br /><br />Jumlah kematian perinatal<br />--------------------------- -x 1000<br />Jumlah kelahiran hidup<br /><br />Contoh Soal:<br /><br /> * Penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1990 = 178.440.000 orang dengan jumlah kematian selama tahun 1990 = 17.308.680 orang. Berapa CDR tahun 1990?<br /> * Bila jumlah kematian karena tetanus pada tahun 1990 = 180.000 orang. Berapa SDR tetanus per 1000 penduduk?<br /> * Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di Singapura hanya 1 orang pada tahun 1990, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup sebanyak 49.864 orang. Berapa MMR pada tahun 1990?<br /> * Hasil sensus penduduk Jepang tahu 1990, dilaporkan jumlah kematian bayi <1 tahun sebanyak 5.616 orang, jumlah kematian bayi umur 4 minggu sebanyak 3.179 orang, jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari post partum sebanyak 7.001 orang.<br /><br /> * Jika jumlah kelahiran hidup 1.227.900 orang.<br /> * Berapa IMR tahun 1990?<br /> * Berapa PMR tahun 1990?<br /> * Berapa NMR tahun 1990?<br /><br /><br />Referensi<br /><br /> 1. Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta<br /> 2. Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta<br /> 3. Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta<br /> 4. Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta<br /> 5. Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti<br /> 6. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITBdaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-72133205683764710062011-04-24T23:34:00.000-07:002011-04-24T23:35:58.507-07:00Surveilens EpidemiologiKata Pengantar<br />Surveilanse adalah suatu kegiatan pengamatan terus menerus terhadap kejadian kesakitan dan faktor lain yang memberikan kontribusi yang menyebabkan seseorang menjadi sakit dan upaya tindakan yang diperlukan, dengan kegiatan mencakup:<br />• Mendiagnosis secara klinis atau laboratories<br />• Mengidentifikasi penyebab terjadinya sakit atau factor risiko terjadinya sakit<br />• Pencatatan hasil anamnese klinis dan identifikasi kasus menurut variable orang, tempat, dan waktu<br />• Analisis hasil identifikasi kasus<br />• Tindakan penanganan kasus (case management)<br />• Melakukan tindakan observasi di rumah kasus dan sekitar kasus dengan konsep wilayah satu kelompok Rukun Tetangga (RT) atau satu wilayah Posyandu.<br /><br />• Analisis hasil identifikasi kasus dan hasil obeservasi lapangan di wilayah kasus<br />• Rencana tindak lanjut penaggulangan kasus penyakit di suatu wilayah dengan melibatkan aparat/pamong setempat dan ibu-ibu PKK (pembina kesejahteraan keluarga) atau kader.<br />Surveilanse merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.<br />Surveilans didefinisikan juga sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.<br /><br />A. PENGERTIAN SURVEILANS DAN EPIDEMIOLOGI<br />Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan<br /><br />Jadi, surveilans epidemiologi.<br />• Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.<br />• Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.<br /><br />B. KEGUNAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI<br />Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.<br />Untuk mengukur kinerja upaya pelayanan pengobatan juga membutuhkan dukungan surveilans epidemiologi.<br />Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi yang akan dimanfaatkan dalam :<br />1. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan dan program kesehatan lainnya.<br /><br />2. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan keracunan serta bencana.<br /><br />3. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program Surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit, misalnya surveilans epidemiologi infeksi nosokomial, perencanaan di rumah sakit dsb.<br />Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan surveilans epidemiologi dapat diarahkan pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain :<br />a. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain–lain<br />b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya<br />c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi<br />d. Untuk memastikan keadaan–keadaan yang menyebabkan bisa berlangsungnya transmisi penyakit.<br />e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan<br />f. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara penularannya, distribusinya, dsb.<br /><br />LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI BERBASIS MASYARAKAT<br /><br />Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan persiapan internal dan persiapan eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:<br /><br />Persiapan<br />1. Persiapan Internal<br />Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan biaya pelaksanaan.<br /><br />a. Petugas Surveilans<br />Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat dibutuhkan tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas seyogyanya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas.<br /><br />Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman adanya KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim ini bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.<br /><br />b. Pedoman/Petunjuk Teknis<br />Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali buku-buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.<br /><br />c. Sarana & Prasarana<br />Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti : kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.<br /><br />d. Biaya<br />Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya diperlukan untuk bantuan transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk keperluan pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader surveilans.<br /><br />2. Persiapan Eksternal<br />Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka memahami dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan surveilans di desa siaga. Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat untuk kegiatan surveilans.<br /><br />Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa tersebut terdapat kelompok-kelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.<br /><br />3. Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri<br />Survei mawas diri (SMD) bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu mengidentifikasi penyakit dan masalah kesehatan yang menjadi problem di desanya. SMD ini harus dilakukan oleh masyarakat setempat dengan bimbingan petugas kesehatan. Melalui SMD ini diharapkan masyarakat sadar akan adanya masalah kesehatan dan ancaman penyakit yang dihadapi di desanya, dan dapat membangkitkan niat dan tekad untuk mencari solusinya berdasarkan kesepakatan dan potensi yang dimiliki. Informasi tentang situasi penyakit/ancaman penyakit dan permasalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD merupakan informasi untuk memilih jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang diselenggarakan di desa tersebut.<br /><br />4. Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans Tingkat Desa.<br />Kelompok kerja surveilans desa bertugas melaksanakan pengamatan dan pemantauan setiap saat secara terus menerus terhadap situasi penyakit di masyarakat dan kemungkinan adanya ancaman KLB penyakit, untuk kemudian melaporkannya kepada petugas kesehatan di Poskesdes. Anggota Tim Surveilans Desa dapat berasal dari kader Posyandu, Juru pemantau jentik (Jumantik) desa, Karang Taruna, Pramuka, Kelompok pengajian, Kelompok peminat kesenian, dan lain-lain. Kelompok ini dapat dibentuk melalui Musyawarah Masyarakat Desa.<br /><br />5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans<br />Setelah kelompok kerja Surveilans terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan kegiatan, meliputi :<br />a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh petugas kesehatan<br />b. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang dipantau.<br />c. Lokasi pengamatan dan pemantauan<br />d. Frekuensi Pemantauan<br />e. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemamtauan<br />f. Waktu pemantauan<br />g. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakat<br />h. dll.<br /><br />B. Tahap pelaksanaan<br />1. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa<br />1.a. Pelaksanaan Surveilans oleh Kelompok Kerja<br />Surveilans Desa.<br />Surveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans tingkat desa, dengan melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi penyakit/kesehatan masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus. Pemantauan tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap faktor risiko munculnya suatu penyakit. Pengamatan dan pemantauan suatu penyakit di suatu desa mungkin berbeda jenisnya dengan pemantauan dan pengamatan di desa lain. Hal ini sangat tergantung dari kondisi penyakit yang sering terjadi dan menjadi ancaman di masing-masing desa.<br /><br />Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala sesuai kesepakatan (per minggu/ per bulan/ bahkan setiap saat) ke petugas kesehatan di Poskesdes. Informasi yang disampaikan berupa informasi :<br />1). Nama Penderita<br />2). Penyakit yang dialami/ gejala<br />3). Alamat tinggal<br />3). Umur<br />4). Jenis Kelamin<br />5). Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita, dll.<br /><br />Flu Burung<br />a. Masyarakat kesulitan memperoleh air bersih<br />b. Masyarakat merasakan kekurangan jamban.<br />c. Lingkungan tidak bersih (pengelolaan sampah yang tidak baik).<br />d. Terlihat beberapa tetangga/famili terserang penyakit.<br /><br />a. Merasakan sebagian warganya masih kekurangan pangan.<br />b. Anak balita banyak yang tidak naik berat badannya.<br />c. Anak balita banyak yang belum mendapat Imunisasi dan Vitamin A.<br />d. Terlihat beberapa anak yang terserang campak.<br /><br />a. Masyarakat melihat dan merasakan banyak nyamuk di wilayahnya.<br />b. Masyarakat melihat dan merasakan banyak air yang tergenang.<br />c. Banyak kaleng-kaleng bekas yang tidak dikubur.<br />d. Banyak menemukan jentik pada tempat-tempat penampungan air.<br /><br />a. Melihat beberapa tetangga atau famili terserang demam.<br />b. Masyarakat melihat dan merasakan timbulnya kasus batuk pilek yang menjurus pada sesak nafas terutama pada anak-anak.<br />c. Terjadinya kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap dan mengganggu pernafasan.<br /><br />• Masyarakat melihat munculnya kasus diare, muntah-muntah ataupun pingsan dari beberapa orang sehabis menyantap makanan secara bersama-sama.<br /><br />a. Terdapat kematian unggas secara mendadak dalam jumlah banyak.<br />b. Ditemukan warga yang menderita demam panas ? 38 °C disertai dengan satu atau lebih gejala berikut : batuk, sakit tenggorokan, pilek dan sesak nafas/ nafas pendek yg sebelumnya pernah kontak dengan unggas yang mati mendadak.<br /><br />Apabila ditemukan faktor risiko seperti tersebut diatas, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan oleh masyarakat dan apabila ditemukan kondisi di luar dari biasanya, misalnya ditemukan jumlah kasus “penderita” meningkat atau ditemukan kondisi lingkungan sumber air yang memburuk maka diharapkan masyarakat melapor kepada petugas untuk bersama-sama mengatasi masalah tersebut.<br /><br />1.b. Pelaksanaan Surveilans oleh Petugas Surveilans Poskesdes<br />Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak lepas dari peran aktif petugas petugas kesehatan/surveilans Poskesdes. Kegiatan surveilans yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Poskesdes adalah :<br />1) Melakukan pengumpulan data penyakit dari hasil kunjungan pasien dan dari laporan warga masyarakat.<br />2) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dengan menggunakan data laporan tersebut diatas dalam bentuk data mingguan. Melalui PWS akan terlihat kecenderungan peningkatan suatu penyakit. PWS dibuat untuk jenis penyakit Potensial KLB seperti DBD, Campak, Diare, Malaria, dll serta jenis penyakit lain yang sering terjadi di masyarakat desa setempat.<br />PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini KLB yang dilaksanakannoleh Poskesdes. Sebaiknya laporan masyarakat tidak dimasukkan dalam data W2, karena dapat membingungkan saat analisis. Laporan masyarakat dapat dilakukan analisis terpisah. Setiap desa/kelurahan memiliki beberapa penyakit potensial KLB yang perlu diwaspadai dan dideteksi dini apabila terjadi. Sikap waspada terhadap penyakit potensial KLB ini juga diikuti dengan sikap siaga tim profesional, logistik dan tatacara penanggulangannya, termasuk sarana administrasi, transportasi dan komunikasi.<br />Contoh PWS Penyakit Diare dari data mingguan :<br /><br />3) Menyampaikan laporan data penyakit secara berkala ke Puskesmas (mingguan/bulanan).<br />4) Membuat peta penyebaran penyakit. Melalui peta ini akan diketahui lokasi penyebaran suatu penyakit yang dapat menjadi focus area intervensi.<br /><br />5) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa tentang situasi penyakit desa/kesehatan warga desa atau pada saat pertemuan musyawarah masyarakat desa untuk mendapatkan solusi permasalah terhadap upaya-upaya pencegahan penyakit.<br />6) Memberikan respon cepat terhadap adanya KLB atau ancaman akan terjadinya KLB. Respon cepat berupa penyelidikan epidemiologi/investigasi bersama-sama dengan Tim Gerak Cepat Puskesmas.<br />7) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit.<br /><br />2. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Puskesmas<br />Kegiatan surveilans di tingkat Puskesmas dilaksanakan oleh petugas surveilans puskesmas dengan serangkaian kegiatan berupa pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi data penyakit, yang dikumpulkan dari setiap desa siaga. Petugas surveilans puskesmas diharuskan:<br />1) Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya melakukan Pemantauan Wilayah Setempat dengan menggunakan data W2 (laporan mingguan). Melalui PWS ini diharapkan akan terlihat bagaimana perkembangan kasus penyakit setiap saat.<br />2) Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan terlihat daerah-daerah yang mempunyai risiko terhadap muncul dan berkembangnya suatu penyakit. Sehingga secara tajam intervensi program diarahkan ke lokasi-lokasi berisiko.<br />3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk memecahkan kan permasalah penyakit di wilayahnya.<br />4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon cepat jika terdapat laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di wilayahnya.<br />5) Melakukan pembinaan/asistensi teknis kegiatan surveilans secara berkala kepada petugas di Poskesdes.<br />6) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala (mingguan/bulanan/tahunan).<br /><br />PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)<br />A. Pengertian Wabah/KLB serta Kriteria KLB<br />1. Wabah<br />Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No.4, 1984). Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Menteri menetapkan dan mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.<br /><br />2. KLB<br />KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989). KLB penyakit menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah, atau dapat berkembang menjadi suatu wabah.<br /><br />3. Kriteria Kerja KLB<br />Kepala wilayah/daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah (KLB penyakit menular) di wilayahnya atau tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya, dengan bantuan unit kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah (UU 4, 1984 dan Permenkes 560/Menkes/Per/VIII/1989).<br /><br />Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sbb:<br />1. Timbulnya suatu penyakit/ menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.<br />2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu), seperti contoh berikut:<br /><br />3. Peningkatan kejoadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).<br />4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.<br />5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.<br />6. Case Fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.<br />7. Proportional Rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua atau lebih diabnding periode, kurun waktu atau tahun sebelumnya.<br />8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : kholera dan demam berdarah dengue<br />a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).<br />b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.<br />9. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan 1 (satu) kasus atau lebih sebagai KLB.<br />a. Keracunan makanan<br />b. Keracunan pestisida<br /><br />Kriteria-kriteria diatas dalam penggunaan sehari-hari harus didasarkan pada akal sehat atau ”common sense”. Sebab belum tentu suatu kenaikan dua kali atau lebih merupakan KLB. Sebaliknya suatu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti penyakit : poliomyelitis dan tetanus neonatorum, kasus dianggap KLB dan perlu penanganan khusus.<br /><br />B. Penyakit-penyakit Menular yang Berpotensi Wabah/KLB<br />Penyakit-penyakit menular yang wajib dilaporkan adalah penyakit-penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat yang merupakan penyakit-penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).<br /><br />Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:<br />1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting antara lain adalah:<br />• DHF<br />• Campak<br />• Rabies<br />• Tetanus Neonatorum<br />• Diare<br />• Pertusis<br />• Poliomyelitis<br /><br />2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang telah masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera:<br />• Malaria<br />• Frambosia<br />• Influenza<br />• Anthrax<br />• Hepatitis<br />• Typhus abdominalis<br />• Meningitis<br />• Keracunan<br />• Encephalitis<br />• Tetanus<br />4. Penyakit-penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting.<br />5. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan wabah dan KLB tetapi diprogramkan, ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui RR terpadu Puskesmas ke Kabupaten, dan seterusnya secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Penyakit-penyakit tersebut meliputi : Cacing, Lepra, Tuberculosa, Syphilis, Gonorhoe, Filariasis & AIDS, dll. Sehingga petugas Poskesdes diharapkan melaporkan kejadian-kejadian penyakit ini ke tingkat Kecamatan/Puskesmas jika.<br /><br />Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah/KLB secara rutin hanya yang termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang perlu dilaporkan secara mingguan. Bagi penyakit kelompok 3 dan kelompok 4 bersama-sama penyakit kelompok 1 dan 2 secara rutin dilaporkan bulanan ke Puskesmas.<br /><br />Jika peristiwa KLB atau wabah dari penyakit yang bersangkutan sudah berhenti (incidence penyakit sudah kembali pada keadaan normal), maka penyakit tersebut tidak perlu dilaporkan secara mingguan lagi. Sementara itu, laporan penyakit setiap bulan perlu dilaporkan ke Puskesmas oleh Bidan desa/petugas di Poskesdes.<br /><br />C. Laporan Kewaspadaan (dilaporkan dalam 24 jam)<br />Laporan kewaspadaan adalah laporan adanya penderita, atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Yang diharuskan menyampaikan laporan kewaspadaan adalah:<br />• Orang tua penderita atau tersangka penderita, orang dewasa yang tinggal serumah dengan penderita atau tersangka penderita, Kepala Keluarga, Ketua RT, RW, Kepala Desa.<br />• Dokter, petugas kesehatan yang memeriksa penderita, dokter hewan yang memeriksa hewan tersangka penderita.<br /><br />Laporan kewaspadaan disampaikan kepada Lurah atau Kepala Desa dan atau Poskesdes/unit pelayanan kesehatan terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita atau tersangka penderita (KLB), baik dengan cara lisan maupun tertulis. Kemudian laporan kewaspadaan tersebut harus diteruskan kepada Poskesdes untuk diteruskan ke Puskesmas setempat.<br />Isi laporan kewaspadaan antara lain:<br />1. Nama atau nama-nama penderita atau yang meninggal<br />2. Golongan Umur<br />3. Tempat dan alamat kejadian<br />4. Waktu kejadian<br />5. Jumlah yang sakit dan meninggal<br /><br />Diharapkan setelah adanya laporan kewaspadaan dari desa ke Puskesmas maka pihak Puskesmas dapat segera merespon dengan melaporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota dengan menggunakan format W1 (laporan KLB) selama kurang dari 24 jam dan ditindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan epidemiologi. Penyelidikan Epidemiologi dapat dilakukan oleh Tim Gerak Cepat (TGC) Puskesmas bekerjasama TGC Desa dan TGC Kabupaten. Bersamaan Penyelidikan Epidemiologi dilakukan juga upaya-upaya penanggulangan dengan melibatkan masyarakat setempat.<br /><br />KEPUSTAKAAN<br />1. David G. Kleinbaum, Lawrence L. Kupper, Hal Morgenstern. Epidemiologic Research, Lifetime Learning Publications, Van Nostrand Reinhold Company, New York, 1982.<br />2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Surveillans Epidemiologi Penyakit Menular, Ditjen PPM & PLP Dit. Epidemiologi dan Imunisasi, Januari 1994.<br />3. Departemen Kesehatan RI, Buku Pelajaran Epidemiologi I s/d IV, Ditjen PPM & PLP Dit. Epidemiologi dan Imunisasi, Subdit Surveilans, Januari 1994.<br />4. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 395/Menkes-Kesos/SKB/V/ 2001 < Nomor 19 tahun 2001, tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit.<br />5. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor: 17/KEP/M.PAN/II/ 2000 Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit.<br />6. Junadi Purnawan, Pengantar Analisis Data, Edisi Pertama, Depok, Agustus 1993,<br />7. Michael B. Rothman, Modern Epidemiology, New York Oxford, Oxford University Pres, 1996<br />8. William Halperin & Edward L. Baker Jr, Public Health Surveillance, Van Nostrand Reinhold, New York, 1992.<br />9. Pusdiklat Pegawai Depkes. RI, Modul Surveilans Epidemiologi, untuk Pelatihan Fungsional bagi Tenaga Surveilans di Puskesmas, Jakarta, 1997.<br />10. Center for Disease Control and Prevention (CDC), Principles of Epidemiology, second edition, Selft Study Course 3030-G, An Introduction to Applied Epidemiology and Biostatistics, Epidemiology Program Office, Georgia 30333, December, 1992.daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-20226877948824075952011-04-24T23:31:00.000-07:002011-04-24T23:34:10.031-07:00Askep Pada Anak Dengan Gangguan Sistem MuskuloskeletalBAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang<br />Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan. Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga berkurang.<br />Gangguaan pada sistem musculoskeletal bisa terjadi bukan hanya ada orang dewasa atau pada lansia namun bisa juga terjadi pada anak – anak bahkan pada bayi yang baru lahir misalnya CDH (Congenital Dislocation Of the Hip), selain itu gangguan pada tulang belakang seperti Scoliosis juga bisa diderita pada anak dan jika kondisi ini terus berlanjut maka akan mengakibatkan immobilisasi pada penderita Penanganan pada pasien anak- anak dengan gangguan sistem muskoluskeletal harus ditangani secara komprehensip, berdasarkan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk melihat lebih dalam terkait penanganan dengan pendekatan pada asuhan kemperawatan secara komprehensif.<br /><br />B. Tujuan Penulisan<br />1. Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang penyakit pada sistem musculoskeletal<br />2. Untuk mendapatkan informasi tentang asuhan keperawatan pada gangguan sistem musculoskeletal khususnya pada kasus CDH, Skoliosis, Immobilisasi.<br />3. Sebagai penugasan pada mata muliah Keperawatan anak<br /><br />BAB II<br />TINJAUAN KONSEP<br /><br />A. CDH (CONGENITAL DISLOCATION OF THE HIP)<br />a. Konsep Medis<br />1. Definisi<br />CDH adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran, Kondisi ini mengacu pada malformasi sendi pinggul selama perkembangan janin.<br /><br />2. Etiologi<br />Kondisi ini dapat disebabkan oleh cara kaki janin ditempatkan di dalam rahim. Hal ini lebih cenderung terjadi pada orang dengan riwayat keluarga dari kekacauan. Hal ini juga mempengaruhi anak perempuan lebih sering daripada anak laki-laki. Ini adalah tiga kali lebih mungkin terjadi di pinggul kiri dari kanan. Hal ini lebih umum setelah persalinan sungsang, di antara bayi besar dan pada anak kembar. Bawaan dislokasi hip sering dikaitkan dengan kondisi lain seperti spina bifida, torticollis M. sternomastoideus, atau sindrom Down.<br /><br />3. Klasifikasi<br />1) Sub luxsasi<br />Kaput femoris berada di acetabulum dan dapat mengalami dislokasi partial saat dilakukan pemeriksaan<br />2) Dislocatable<br />Pinggul dapat dislokasi seluruhnya dengan manipulasi tetapi berada pada lokasi normal pada saat bayi sedang istirahat<br />3) Dislocated<br />Pinggul berada dalam posisi dislokasi<br />4. Insiden<br />1) Dislokasi panggul congenital 1 : 1000 Kelahiran<br />2) Perempuan laki-laki: 7 : 1<br />3) Insiden meningkat pada kelahiran sungsang<br />4) Terjadi peningkatan pada saudara kandung anak yang terkena<br />5) Pinggul kiri lebih sering terkena dari pinggul kanan<br />6) Sering berhubungan dengan kondisi lain : spina bifida<br />7) Insiden terdapat pada kelompok tertentu<br /><br />5. Manifestasi Klinik<br />a. Bayi<br />– Mungkin tanpa gejala nyata karena pergeseran femur pada bayi minimal<br />– Lipatan gluteal asimetri<br />– Kaki yang terkena lebih pendek dari yang normal<br />– Adduksi pinggul terbatas pada sisi yang sakit<br />– Maneuver Barlow (+)<br />– Maneuver ortolani (+)<br />b. Anak Yang sudah Besar<br />– Gaya berjalan seperti bebek<br />– Condong ke sisi badan yang menahan beban<br />– Peningkatan lordosis lumbal saat berdiri<br />– Tanda Tredelenberg (+)<br /><br />6. Komplikasi<br />a. Displasia persisten<br />b. Dislokasi kambuhan<br />c. Nekrosis avaskular<br /><br />7. Uji Laboratorium<br />• Dibuat Ro foto anteroposterior pelvis<br /><br />8. Penatalaksanaan Medis<br />– Selama periode neonatal --. Mengembalikan dan mempertahankan pinggul pada posisi fleksi dan abduksi dengan menggunakan alat koreksi<br />– Usia 2 bulan dan 12 sampai 18 bulan traksi dilanjutkan dengan reduksi terbuka atau tertutup dan digunakan gips hip spica<br />b. Konsep Keperawatan<br />1. Pengkajian<br />– Pengkajian musculoskeletal<br />– Kaji tanda iritasi kulit<br />– Kaji respon anak terhadap traksi dan immobilisasi dalam balutan gips<br />– Pasca operasi kaji tanda vital dan drainase luka<br />– Kaji tingkat perkembangan anak<br />– Kaji kesiapan orang tua untuk merawat di rumah<br />2. Diagnosa Keperawatan<br />a. Hambatan mobilitas fisik<br />b. Resiko tinggi cedera<br />c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit<br />d. Resiko tinggi perubahan tumbuh kembang<br />e. Kurang pengetahuan<br />3. Intervensi<br />1. Ajarkan orang tua cara memelihara dan merawat alat :<br />a. Harness Pelvik<br /> Pertahankan pemakaian alat 3 – 6 bulan<br /> Lakukan perawatan kulit gunakan lotion/lubricant<br /> Ganti popok dengan sering<br />b. Brace adduksi<br /> Lakukan perawatan kulit<br /> Pantau adanya tanda iritasi pada kulit<br /> Ganti popok dengan sering<br />2. Jika anak di reduksi terbuka<br />• Siapkan orang tua untuk pelaksanaan pembedahan<br />• Pantau respon anak setelah operasi (tanda vital, tiap 2 jam à stabil --. Tiap 4 jam, pantau adanya drainase gips, lakukan pemeriksaan sirkulasi awal pasca bedah, kemudian setiap 4 jam)<br />• Beri obat pengurang rasa sakit bila perlu<br /><br />B. SKOLIOSIS<br />a. Konsep Medis<br />1. Defenisi<br />Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.<br />Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).<br />Kesimpulan, skoliosis mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping.<br /><br />Gambar. 1.1<br />2. Etiologi<br />Penyebab terjadinya skoliosis diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi. Pada skoliosis berat, perubahan progresif pada rongga toraks dapat menyebabkan perburukan pernapasan dan kardiovaskuler.<br />Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:<br />a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu<br />b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut:<br />1) Cerebral palsy<br />2) Distrofi otot<br />3) Polio<br />4) Osteoporosis juvenile<br />c. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.<br /><br />3. Klasifikasi<br />Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu<br />a. Skoliosis struktural<br />Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi dari tulang punggung. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.<br />Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :<br />1) Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :<br />a) Infantile : dari lahir - 3 tahun.<br />b) Anak-anak : 3 tahun - 10 tahun<br />c) Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yang paling umum )<br />2) Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra.<br />3) Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas.<br />b. Skoliosis nonstruktural ( Postural ):<br />Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung.. Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan di luar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.<br /><br />4. Tanda dan Gejala<br />Gejalanya berupa:<br />a.Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping<br />b. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya<br />c. Nyeri punggung<br />d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama<br />e. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 )<br />bisa menyebabkan gangguan pernafasan.<br />f. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.<br /><br />5. Patofisiologi<br />Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang, Skoliosis di turunkan, serta umumnya sudah terjadi sejak masa kanak-kanak. Penyebabnya tidak diketahui dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan postur tubuh, diet, olahraga, dan pemakaian backpack. Dan ternyata, anak perempuan lebih sering terkena ketimbang anak laki-laki. Penyebab lain dari skoliosis yaitu infeksi kuman TB daerah korpus vertebra ( spondiliatis ) dan terjadi perlunakan korpus.<br />Perubahan postural berupa lengkungan berbentuk S dan C terjadi pada tulang spinal atau termasuk rongga tulang spinal. Derajat lengkungan penting untuk di ketahui apakah terjadi penekanan pada paru-paru dan jantung. Umumnya sih, skoliosis tidak akan memburuk, dan yang terpenting adalah lakukan check up secara teratur (setiap 3 sampai 6 bulan). Catatan: Pada kondisi yang berat, bisa terjadi nyeri punggung, kesulitan bernapas, atau kelainan bentuk tubuh. Bisa jadi, anak perlu ‘brace’ (alat khusus) atau harus dioperasi. Tidak ada patokan baku untuk membantu membuat keputusan penanganan skoliosis, karena sangat dipengaruhi usia anak, derajat pembengkokan tulang punggung, serta prediksi tingkat keparahan sejalan dengan pertumbuhannya.<br /><br />6. Komplikasi<br />Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :<br />a. Kerusakan paru-paru dan jantung.<br />Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 700. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.<br />b. Sakit tulang belakang.<br />Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.<br /><br />7. Pemeriksaan Penunjang<br />Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.<br />Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.<br />Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:<br />a. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai.<br />Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut<br />b. Rontgen tulang belakang X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur. Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva sering bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke posteriormedial. Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam grade 0 sampai 5.<br />Derajat Risser adalah sebagai berikut :<br />Grade 0 : tidak ada ossifikasi,<br />grade 1 : penulangan mencapai 25%,<br />grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,<br />grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,<br />grade 4 : penulangan mencapai 76%<br />grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.<br />c. MRI ( jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen )<br />8. Penatalaksanaan<br />Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :<br />a. Observasi<br />Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <250 pada tulang yang masih tumbuh atau <500 pada tulang yang sudah berhenti pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saat usia 19 tahun.<br />Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <200 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >200.<br />b. Orthosis<br />Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :<br />1) Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 250<br />2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 250<br />Jenis dari alat orthosis ini antara lain :<br />a) Milwaukee<br />b) Boston<br />c) Charleston bending brace<br />Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara teratur 23 jam dalam sehari hingga masa pertumbuhan anak berhenti.<br />c. Operasi<br />Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada skoliosis adalah :<br />1)Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45o pada anak yang sedang tumbuh<br />2)Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis<br />3)Terdapat derajat pembengkokan >50o pada orang dewasa<br /><br />b. Konsep Keperawatan<br />1. Pengkajian<br />Pemeriksaan fisik meliputi :<br />a. Mengkaji skelet tubuh<br />Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.<br />b. Mengkaji tulang belakang<br />Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)<br />c. Mengkaji sistem persendian<br />Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.<br />d. Mengkaji system otot<br />Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk memantau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.<br />e. Mengkaji cara berjalan<br />Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).<br />f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer<br />Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema.Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.<br /><br />2. Analisa data<br />DS :<br />Pasien mengatakan nyeri punggung<br />Pasien mengatakan kelelahan di tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama<br />Pasien mengatakan kesusahan bernafas<br />DO :<br />Bahu yang tampak tidak sama tinggi<br />Tampak tonjolan skapula yang tidak sama<br />Tampak pinggul yang tidak sama<br /><br />3. Diagnosa Keperawatan<br />a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan nyeri<br />b. Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral<br />c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang<br />d. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh miring ke<br />lateral.<br /><br />4. Intervensi Keperawatan<br />a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru<br />1) Tujuan : Pola nafas efektif<br />2) Intervensi :<br />a) Kaji status pernafasan setiap 4 jam<br />b) Bantu dan ajarkan pasien melakukan nafas dalam setiap 1 jam<br />Rasional :<br />Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/mencegah atelektasis<br />c) Atur posisi tidur semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru<br />Rasional :<br />Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan<br />d) Pantau tanda vital setiap 1 jam<br />Rasional :<br />Indikator umum, status sirkulasi dan keadekuatan perfusi<br />b. Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral<br />1) Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang<br />2) Intervensi :<br />a) Kaji tipe, intensitas dan lokasi nyeri<br />Rasional :<br />Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi tingkat ansietas dapat mempengaruhi terhadap nyeri.<br />b) Ajarkan relaksasi dan tehnik distraksi<br />Rasional :<br />Untuk mengalihkan perhatian sehingga mengurangi nyeri<br />c) Ajarkan dan anjurkan pemakaian brace<br />Rasional :<br />Untuk mengurangi nyeri saat aktivitas<br />d) Kolaborasi dalam pemberian analgesi<br />Rasional :<br />Untuk meredakan nyeri.<br />c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang<br />1) Tujuan : Meningkatkan mobilitas fisik<br />2) Intervensi<br />a) Kaji tingkat mobilitas fisik<br />Rasional :<br />Mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi<br />b) Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang<br />Rasional :<br />Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi<br />c) Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif<br />Rasional :<br />Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi<br />d) Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri<br />Rasional :<br />Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada pasien<br />d. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral.<br />1) Tujuan : Meningkatkan citra tubuh<br />2) Intervensi :<br />a) Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya<br />Rasional :<br />Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup<br />b) Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk memudahkan pencapaian<br />Rasional :<br />Harapan yang tidak realistik menyebabkan pasien mengalami kegagalan dan menguatkan perasaan-perasaan tidak berdaya<br />c) Beri penghargaan untuk tugas yang di lakukan<br />Rasional :<br />Penguatan positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang di harapkan<br />d) Beri dorongan untuk merawat dari sesuai toleransi<br />Rasional :<br />Meningkatkan kemandirian<br />( Doenges, E Marilynn.1999 )<br /><br /><br />C. IMOBILISASI<br />a. Konsep Medis<br />1. Definisi<br />Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental.<br />Imobilisasi adalah terapi utama untuk cedera jaringan lunak, tulang panjang, ligament, vertebra dan sendi. Imobilisasi lama adalah untuk terapi atau karena sakit atau kelemahan, dapat menimbulkan komplikasi hebat, banyak dari komplikasi-komplikasi tersebut yang dapat dicegah.<br />Biasanya alasan immobilisasi pada anak atau pembatasan aktivitas pada anak tanpa disability adalah sakit atau injury. Bed rest atau penggunaan alat restraining mekanik merupakan tindakan yang paling sering dilakukan untuk penyembuhan dan pemulihan. Saat anak sakit mereka cenderung diam dan aktivitasnya berkurang. Anak terpaksa tidak active karena keterbatasan fisik/teraphy akan memberikan efek terhadap keterbatasan gerak.<br /><br />2. Etiologi<br />Alasan yang paling banyak untuk terjadinya immobilisasi antara lain:<br />1. Congenital defect (spina bifida)<br />2. Degenerative disorder (muscular dystropi)<br />3. Infeksi/injury pada system integument (luka baker)<br />4. Gangguan system musculoskeletal (fraktur/osteomielitis)<br />5. Gangguan neurologic system (spinal cord injury, polyneuritis, head injury)<br />6. Therapi (traksi, spinal fussion)<br /><br />3. Efek/akibat Imobilisasi<br />a. Efek fisiologi<br />1. Sistem Muskular<br />Otot yang tidak aktif akan mengalami kehilangan kekuatan 3% per hari, dan dalam hal ini tanpa defisit neuromuskular primer kadang-kadang memerlukan beberapa minggu/bulan untuk dapat berfungsi kembali. Streching dapat terjadi seperti kehilangan tonus otot atau seperti exessive strain (wirst drop/foot drop) dapat terjadi karena kerusakan jaringan/atropi otot. Pada atropi otot yang general → penurunan kekuatan otot dan kekakuan pada persendian.<br /><br />2. Sistem Skeletal<br />Kondisi skeletal sehari-hari akan dipertahankan antara aktivitas formasi tulang (Osteoblastic activity) dan resporsi tulang (osteoclastic actinity). Bila stressing pada tulang berkurang, aktivitas osteobalas menurun, akan dilanjutkan dengan destruksi tulang, calsium tulang akan berkurang, sedangkan serum nirogen dan phospor meningkat → deminralisasi tulang (osteopenia) → fraktur patologis dan peningkatan kalsium darah. Pada anak yang tidak dapat bergerak, seperti anak dengan penurunan kesadaran, pergerakan menjadi terbatas → kontrkator persendian. → Kontraktor paling sering di hip lutut, bahu, paintar kaki.<br />3. Sistem Cardio vascular<br />Ada tiga efek yang dapat terjadi pada system kardio vaskuler:<br />a. Hypotensi ortostatik<br />b. Peningkatan kerja jantung<br />c. Trombus formation<br />4. Sistem Respiratory<br />Basal Metabolisme Rate (BMR) menurun karena adanya penurunan kebutuhan energi dalam sel → kebutuhan sel akan oksigen menurun → produksi CO2, berkurang → penurunan kebutuhan O2 dan CO2 menyebabkan respirasi menjadi lambat dan dalam. Expansi dada terbatas karena adanya distensi abdomen akibat akumulasi feses, gas dan cairan atau karena penggunaan alat yang membatasi gerak seperti body cast, brace, tight bindes.<br />5. Sistem Gastro intestinal<br />Immobilisasi yang lama dapat menyebabkan balance nitrogen yang negatif yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas katabolisme → penurunan kontribusi energi → ingesti nutrisi menurun → nafsu makan menurun. Penurunan aktivitas → efek gravitational pada pergerakan feses → fases menjadi keras → sulit untuk dikeluarkan → konstipasi.<br />6. Sistem Renal<br />Struktur dalam sistem perkemihan dirancang untuk posisi tegak lurus sehingga bila terjadi perubahan posisi kontraksi peristaltik ureter akan memberikan tahanan terhadap kandung kemih → urine menjadi statis → merangsang pembentukan batu → batu dalam saluran kemih.<br />Batu dalm saluran kemih → urine statis → media untuk pertumbuhan mikro organisme → infeksi saluran kemih.<br />7. Sistem Integument<br />Akibat immobilisasi dapat menyebabkan aliran darah menurun terutama pada daerah yang tertekan (sacrum, occiput, trokanter dan ankle) → distribusi O2 dan nutrisi menurun → ischemia jaringan → nekritic jaringan → ulcer (decubitus)<br />8. Sistem Neurosensory<br />Menurut hasil penelitian efek immobilisasi terhadap sistem neurosensory tidak begitu terlihat. Dua hal yang dapat terjadi : loss of innervation dan sensory and perceptual deprivation.<br /><br />b. Efek psikologis<br />1 Tingkat kecemasan lebih tinggi<br />a. Resietness<br />b. Sulit melaksanakan problem solving<br />c. Depresi<br />d. Regresi<br />e. egosentris<br />2. Monotomy dapat mengakibatkan<br />a. Sluggist intellectual response<br />b. Sluggist psychomotor response<br />c. Penurunan kemampuan komunikasi<br />d. Fantastis meningkat<br />e Halusinasi<br />f. Disorentasi<br />g. Ketergantungan<br />h. Perilaku yang tidak biasa<br /><br />c. Efek terhadap keluarga<br />1. Penurunan status finansial (sumber keuangan keluarga berkurang)<br />2. Fokus keluarga terhadap anak sakit, sehingga sibling merasa disia-siakan<br />3. Koping individu dan keluarga tidak efektif sehingga tidak dapat menanggulangi krisis keluarga yang terjadi<br />4. Orang tua selalu merasa bersalah atas sakit anaknya.<br /><br />b. Konsep Keperawatan<br />1. Pengkajian<br />a. Mengkaji skelet tubuh<br />Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.<br />b. Mengkaji tulang belakang<br />- Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)<br />- Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)<br />- Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)<br />c. Mengkaji sistem persendian<br />- Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,<br />- Deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya<br />- Kekakuan sendi<br />d. Mengkaji sistem otot<br />Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.<br />e. Mengkaji cara berjalan<br />Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).<br />f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer<br />Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.<br /><br />2. Diagnosa keperawatan<br />a. Perubahan mobilitas fisik b/d restriksi mekanik, physical ability<br />b. Devisit aktivitas b/d Imobilitas<br />c. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d fraktur<br />d. Resiko terjadinya gangguan kulit b/d Imobilitas<br /><br />3. Intervensi Keperawatan<br />1. Pindahkan anak dengan menggunakan kursi roda atau brankar<br />2. Ubah posisi tempat tidur dalam ruangan<br />3. Ubah posisi anak ditempat tidur jika memungkinkan<br />4. Berikan alat mobilisasi pada anak Kruk atau kursi roda<br />5. Kaji skala nyeri<br />6. Berikan posisi yang nyaman<br />7. Berikan analgetik seperlunya<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />A. Kesimpulan<br />CDH adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran, Kondisi ini mengacu pada malformasi sendi pinggul selama perkembangan janin. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cara kaki janin ditempatkan di dalam rahim. Hal ini lebih cenderung terjadi pada orang dengan riwayat keluarga dari kekacauan.<br />Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).<br />Penyebab umum dari skoliosis meliputi kongenital, neuromuskuler dan idiopatik, Skoliosis di bagi menjadi dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural. Gejala dari skoliosis berupa kelengkungan abnormal ke arah samping, bahu dan pinggul tidak sama tinggi, nyeri punggung, kelelahan pada tulang belakang, dan gangguan pernafasan.<br />Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental. Imobilisasi adalah terapi utama untuk cedera jaringan lunak, tulang panjang, ligament, vertebra dan sendi. Imobilisasi lama adalah untuk terapi atau karena sakit atau kelemahan, dapat menimbulkan komplikasi hebat, banyak dari komplikasi-komplikasi tersebut yang dapat dicegah.<br /><br />B.Saran<br />1. Perawat harus banyak membaca dan memperbanyak referensi sehingga meningkatkan pemahaman tentang penganan pada kasus sistem muskuloskeletal khususnya pada kasus CDH, Skoliosis, Immobilisasi.<br />2. Perawat harus teliti dan selalu memantau perkembangan kesehatan pasien<br />3. Perawat membekali pasien dan keleuarga pasien dengan pengetahuan tenttang kasus CDH, kasus CDH, Skoliosis, Immobilisasi..<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3. Jakarta : EGC<br />Cecilly L. Belz Phd. Rn dan Linda A. Sowoen Mn. Rn, 2002 ed.III. Keperawatan Pediatri; Jakarta. EGC Doengoes, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC<br />http://cahyanisukman.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html<br />Keperawatan anak, 2008 : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin<br />Nettina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC<br />Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamumpatue<br />Wong. 2004. Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta: EGCdaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-46476059765614441312011-04-24T23:30:00.000-07:002011-04-24T23:31:50.060-07:00Pendidikan Sex Untuk Anak Dalam IslamPerdebatan tentang perlu-tidaknya pendidikan seks kepada anak berawal dari keprihatinan terhadap pergaulan remaja saat ini. Para pengamat masalah remaja berpendapat, seks bebas yang marak dewasa ini,salah satunya disebabkan karena keingintahuan remaja tentang seks.<br /><br />Ada banyak pengertian tentang apa itu pendidikan seks, tergantung pada sudut pandang mana. Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti hal yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan. Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui mana yang diharamkan dan dihalalkan; bahkan mampu menerapkan perilaku islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara yang tidak islami.<br /><br />Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian dari pendidikan akidah, akhlak, dan ibadah. Terlepas pendidikan seks dengan ketiga unsur itu akan menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri, bahkan mungkin akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal manusia melakukan kegiatan seksual dalam rangka pengabdian kepada Allah. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari tuntutan syariat Islam.<br /><br />Siapa yang Bertanggung Jawab?<br /><br />Orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap anak dalam masalah pendidikan, termasuk pendidikan seks.Sehingga sebenarnya tidak diperlukan adanya kurikulum khusus tentang pendidikan seks di sekolah-sekolah.<br /><br />Pokok-Pokok Pendidikan Seks Perspektif Islam<br /><br />Di antara pokok-pokok pendidikan seks yang bersifat praktis, yang perlu diterapkan dan diajarkan kepada anak adalah:<br /><br />1. Menanamkan rasa malu pada anak.<br /><br />Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar kamar mandi, ganti pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak perempuan sejak kecil berbusana Muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu sekaligus mengajari anak tentang auratnya.<br /><br />2. Menanamkan jiwa kelelakian pada anak lelaki dan jiwa keperempuan pada anak perempuan.<br /><br />Secara fisik maupun psikologi, lelaki dan perempuan mempunyai perbedaan yang diciptakan oleh Allah. Adanya perbedaan ini bukan untuk saling merendahkan, namun semata-mata kerana fungsi yang berbeda yang kelak akan diperankannya. Islam menghendaki agar lelaki memiliki kepribadian maskulin, dan perempuan memiliki kepribadian feminin. Islam tidak menghendaki wanita menyerupai lelaki, begitu juga sebaliknya. Untuk itu, harus dibiasakan dari kecil anak-anak berpakaian sesuai dengan kodratinya.Ibnu Abbas ra. berkata:<br />Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki. (HR Al-Bukhari).<br /><br />3. Memisahkan tempat tidur mereka.<br /><br />Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berfikir tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. Pemisahan tempat tidur merupakan cara untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang kewujudan dirinya sebagai pribadi yang berlainan juga melatihnya mandiri. Pemisahan tempat tidur juga dilakukan terhadap anak dengan kakak atau adik perempuannya, supaya dia menyadari tentang perbedaan jenis kelamin.<br /><br />4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu).<br /><br />Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum sholat subuh, tengah hari, dan setelah sholat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka.Jika pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur.<br /><br />5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.<br /><br />Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training). Dengan cara ini akan terbentuk pada diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat.<br /><br />6. Mengenalkan mahramnya.<br /><br />Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati. Didik anak agar menjaga pergaulan sehariannya dengan selain wanita yang bukan mahramnya. Inilah salah satu bahagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian dapat diketahui dengan tegas bahwa Islam mengharamkan sumbang mahram(menjima’muhrim). Allah Swt telah menjelaskan tentang siapa mahram dalam surat an-Nisa’ (4) ayat 22-23.<br /><br />7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.<br /><br />Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan melihat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur pornografi. Karena itu, jauhkan anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.<br /><br />8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât.<br /><br />Ikhtilât adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang dibolehkan oleh Syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa sekarang sudah dianggap biasa. Mereka bebas berpandangan, saling berdekatan dan bersentuhan; seolah tidak ada lagi batas yang ditentukan syariah yang mengatur interaksi di antara mereka. Ikhtilât dilarang karena interaksi semacam ini boleh menjadi penyebab pada perbuatan zina yang diharamkan Islam. Karena itu, jangan biasakan anak diajak ke tempat-tempat yang di dalamnya terjadi percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.<br /><br />9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat.<br /><br />Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahram-nya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi, yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Sebagaimana ikhtilât, khalwat pun merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan zina. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. jika bermain, bermainlah dengan sesama jenis. Jika dengan yang berlainan jenis, harus diingatkan untuk tidak berkhalwat.<br /><br />10. Mendidik etika berhias.<br /><br />Berhias, jika tidak diatur secara islami, akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan dosa. Berhias bererti memperindah atau mempercantik diri agar berpenampilan menawan. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat.<br /><br />11. Ihtilâm dan haid.<br /><br />Ihtilâm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia baligh. Adapun haid dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilâm dan haid tidak hanya sekedar untuk dapat memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata. Jika terjadi ihtilâm dan haid, Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain kewajiban untuk melakukan mandi. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat.daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-13051057354583657552011-04-24T23:29:00.000-07:002011-04-24T23:30:14.340-07:00Cakupan Pendidikan SexApa saja pendidikan seks yang perlu diajarkan kepada anak-anak? Jangan bingung! mulai dari hal-hal yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:<br /><br />1. Menanamkan Rasa Malu Pada Anak<br />Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau masih kecil, bertelanjang didepan orang lain, misalnya ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebaginya. Biasakan anak perempuan berbusana rapi dan rapat menutup aurat.<br /><br />2. Menanamkan Jiwa Maskulin dan Feminin<br />Secara fisik maupun psikis, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan mendasar. Untuk itu, harus dibiasakan dari kecil anak-anak berpakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Mereka juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis kelaminnya.<br /><br />3. Mamisahkan Tempat Tidur Mereka<br />Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak mulai melakukan eksploitasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berfikir tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada diluar dirinya. Pemisahan tempat tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya.<br /><br />4. Mengenalkan Waktu Berkunjung<br />Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dahulu adalah sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka.<br /><br />5. Mendidik Menjaga Kebersihan Kelamin<br />Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training).<br /><br />6. Mengenalkan Mahram-nya<br />Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh ajaran agama. Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati. Dengan memahami kedudukan perempuan yang menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya dengan selain wanita yang bukan mahram-nya. Inilah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian dapat diketahui dengan tegas bahwa ajaran agama mengharamkan incest, yaitu pernikahan yang dilakukan antar saudara kandung atau mahram-nya.<br /><br />7. Mendidik Anak Agar menjaga Pandangan Mata<br />Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justu hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan melihat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur pornografi.daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-84045728033757500892011-04-24T23:04:00.000-07:002011-04-24T23:28:52.191-07:00Sex Education & Toilet TrainingASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEX EDUCATION<br />SEX EDUCATION BAGI ANAK<br /><br />1. Pengertian<br />a. Menurut Islam<br />Menurut Dr. A. Nastih Ulwa dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam pendiikan sex adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak sejak ia mengerti masalah yang berkenan dengan sex naluri dan perkawinan.<br />b. Menurut Sarlito<br />Dalam bukunya Psikologi Remaja (1994). Secara umum sex educatin adalah suatu informasi mengenai personal seksualitas manusia yang jelas dan benar. Yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran tingkah laku seksual, hubungan seksual dan aspek-aspek kejiwaan dan kemasyarakatan.<br />c. Menurut Nikmatul Faiqoh<br />Sex Education/pendidikan sex berarti pendidikan seksualitas yaitu suatu pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas. Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks yaitu aspek biologis, orientasi, nilai sosiokultural dan moral.serta perilaku.<br />2. Pokok-Pokok Pendidikan Seksual<br />Secara praktis yang perlu diterapkan dan diajarkan pada anak<br />1. Menanamkan Rasa Malu Pada Anak<br />Rasa malu harus ditanamkan sedari dini, walau masih kcil jangan biasakan bertelanjang di depan orang lain.<br />Misalnya: saat keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian.<br />2. Memperjelas Identitasnya.<br />Secara fisik dan psikis ada beda antara laki-laki dan wanita. Perbedaan ini diciptakan oleh Allah bukan untuk saling merendahkan. Namun semata-mata karena berbedanya fungsi yang kelak akan diperankan. Agar masing-masing fitrah terjaga. Islam memberikan tuntunan agar laki-laki tidak menyerupai wanita atau sebaliknya. Oleh karena itu harus dibiasakan sejak kecil. Anak-anak berpakaian sesuai jenis kelamin.<br />3. Memisahkan Tempat Tidurnya<br />Abu Dawud meriwayatkan dengan Sanad Hasan bahwa Rasullullah SAW. Bersabda: ”Suruhlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia 7 tahun dan pukulah mereka jika enggan melakukannya ketika sudah berumur 10 tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.<br />4. Mengajarkan Adab Masuk Rumah.<br />Dengan membiasakan mengucap salam saat akan masuk rumah, meminta ijin ketika akan masuk rumah orang lain, tidak mengintip rumah orang lain.<br />5. Mendidik Menjaga Kebersihan Alat Kelamin.<br />Selain agar bersih dan sehat, sekaligus juga mengajari anak perihal najis, anak harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet traning) ini akan membentuk pada diri anak sikap hati-hati, mandiri. Mampu menguasai diri dan santun dalam memenuhi hajatnya.<br /><br /><br /><br />6. Mengenal Mahramnya.<br />Mahram adalah orang yang haram dinikahi. Dengan memahami kedudukan mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulannya sehari-hari dengan selain mahramnya. Sekaligus paham akan haramnnya incest (perkawinan se-mahram).<br />7. Mendidik Anak Agar Selalu Menjaga Pandangan Mata<br />Jika anak dibiasakan mendudukan pandangan dari aurat, gambar, dan film porno disertai dengan adanya rasa selalu diawasi oleh Allah SWT. Maka hal itu akan melahirkan kemanisan iman yang bisa dirasakan oleh anak.<br />8. Mendidik Anak Agar Tidak Ikhtilat Dan Khalwat<br />Ikhtilat adalah bercampur bawurnya laki-laki dan wanita yang bukan mahram tanpa adanya keperluan yang diperbolehkan oleh syarat islam. Sedang berkhalwat adalah seorang laki-laki yang berduaan dengan wanita yang bukan mahram. Keduanya adalah aktivitas yang mengantarkan pada perbuatan zina.<br />9. Mendidik Etika Berhias.<br />Tujuan pendidikan sex terkait dengan etika berhias adalah agar berhias yang dilakukan tidak untuk maksiat.<br />10. Mempersiapkan Anak Hadapi Ihklam (Mimpi Pada Anak Laki-Laki) dan Haid.<br />Mengenal ihklam dan haid tidak hanya sekedar untuk bisa memahami fisiologi dan psikologinya. Namun juga harus dipahamkan ketentuan islam terkait dengan masalah tersebut seperti kewajiban mandi. Dan yang terpenting harus ditekankan bahwa mereka telah menjadi muslim dan muslimin dewasa yang wajib terkait dengan hukum syara’ (mukallaf).<br />3. Pendidikan Sex Bagi Anak Berdasarkan Usia<br />1) Pada usia 1 sampai 4 tahun<br />Paparnya, orang tua disarankan mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital. Perlu juga ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang unik. Dan berbeda satu sama lain. Kenalkan, ini mata, ini kaki, ini vagina. Itu tidak apa-apa, terangkan bahwa anak laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan berbeda. Masing-masing dengan keunikan sendiri ujarnya.<br />2) Pada usia 5-7 tahun<br />Rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Maka aku menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar karena itu orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif. Menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak. Kalau anak laki-laki mengintip temanya perempuan yang sedang buang air. Itu mungkin karena ia ingin tahu, jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa dijelaskan terangkan bedanya banya anak laki-laki dan perempuan.<br />3) Pada usia 8-10 tahun<br />Anak sudah mampu mmbedakan dan mengenali hubungan sebab akibat pada fase ini. Orang tua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi. Misalnya tentang sel telur dan sperma bila bertemu akan membentuk bayi.<br />4) Pada usia 11-13 tahun<br />Sudah memasuki pubertas, ini mulai mengalami perubahan fisik dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat mengekplorasi diri. Misal: anak perempuan akan mencoba alat make up ibunya. Anak perempuan memiliki hubungan lebih dekat dengan ibu dan sebaliknya. Hal itu mempermudah anak membentuk identitas dirinya sendiri sebagai individu dewasa. Kalau anak perempuan kurang akrab dengan ibunya, ia bisa saja mencari sosok ayah jika ia mencari pasangan hidup kelak.<br />4. Pendidikan Seksual<br />Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan, sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan, dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.<br />Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak. (dalam Psikologi Praktis, Anak, Remaja dan Keluarga.1991). dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orang tua di rumah, mengingat orang tua yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orang tua tidak mau terbuka terhadap anak didalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupn tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.<br />5. Tujuan Pendidikan Seksual<br />Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psiskologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus dimasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nila-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.<br />Menurut Kartono Mohammad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab (dalam diskusi panel islam dan pendidikan seks bagi remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusialaan (Tirto Husodo, Seksulitet Dalam Mengenal Dunia Remaja, 1987).<br /><br /><br />Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :<br /> Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual remaja.<br /> Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab).<br /> Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi.<br /> Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.<br /> Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.<br /> Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.<br />Sex education/pendidikan seksual sebenarnya berarti pendidikan seksualitas yaitu suatu pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas. Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek biologi, orientasi, nilai sosiokultur dan moral, serta perilaku.<br />Masa Remaja Merupakan Masa Peralihan Dari Masa Anak-Anak Ke Masa Remaja.<br />Bagaimana bentuk sex education yang seharusnya diinformasikan kepada remaja? Remaja harus mempelajari pola-pola perilaku seksual yang diakui oleh lingkungan serta nilai-nilai sosial sebagai pegangan dalam memilih teman hidup. Remaja juga harus belajar mengekspresikan cinta pada lawan jenisnya, dan belajar memainkan peran sesuai jenis kelamin, sebagaimana yang diakui oleh lingkungan. Di bawah ini diterangkan satu persatu tugas-tugas tersebut :<br />1. Memperoleh pengetahuan mengenai seks dan juga peran sebagai pria atau wanita dewasa yang diakui oleh lingkungan masyarakat sekitarnya. Pengetahuan ini penting sekali artinya, sebelum remaja mampu menyesuaiakan diri sebaik mungkin dalam berinteraksi secara dewasa dengan lawan jenisnya. Dengan pengetahuan ini, ia akan mampu memahami kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipikulnya sama baiknya dengan kesenangan dan kepuasan yang ia dapatkan. Dengan pengetahuan itu pula, ia akan lebih mampu memainkan peran sesuai jenis kelamin yang diakui oleh lingkungan masyarakat.<br />2. Mengembangkan sikap terhadap sex. Tugas perkembangan yang kedua dalam masa transisi seksual ini adalah mengembangkan sikap yang positif terhadap seksualitas.<br />3. Sikap-sikap yang positif terhadap masalah seksualitas ini menyangkut perasan remaja terhadap anggota kelompok lawan jenis, perasaan remaja terhadap peran perempuan atau laki-laki sesuai jenis kelamin dan perasaan terhadp masalah-masalah seks itu sendiri. Semua perasaan ini menyangkut norma-norma yang diakui oleh lingkungan sosial dimana remaja itu menetap. Sikap positif terhadap masalah seksual akan mengarahkan remaja pada penyesuaian dalam heteroseksual yang lebih mudah dan lebih baik. Sekali lagi suatu sikap terbentuk, sikap positif atau negatif maka sikap itu cenderung menetap seumur hidupnya.<br />4. Belajar bertingkah laku dalam hubungan heteroseksual menurut cara yang diakui oleh lingkungan masyarakat.<br />5. Belajar bertingkah laku sesuai apa yang diakui oleh lingkungan sosial dalam hal relasi heteroseksual merupakan tugas perkembangan ketiga dalam masa transisi menuju seksualitas dewasa. Pengalaman bergaul dengan lawan jenis akan banyak membantu remaja dalam usahanya menguasai tugas perkembangan ini.<br />6. Menetapkan nilai-nilai dalam memilih pasangan hidup<br />7. Tugas keempat yang harus dikuasai remaja dalam menjalani masa transisi menuju kehidupan seksualitas dewasa adalah menetapkan nilai-nilai yang akan menjamin suatu pengambilan keputusan yang bijaksana dalam memilih pasangan hidupnya.<br />8. Belajar untuk mengekspresikan cinta penting kelima adalah belajar menyatakan perasaan dan emosi yang terbangkit oleh orang yang dicintainya, sesuai dengan norma-norma yang berlaku.<br />9. Pada masa transisi menuju kedewasaan, pada umumnya remaja harus belajar untuk menjadi lebih outer bound sebagai ganti dari sifat self bond yang merupakan ciri kekanak-kanakan. Remaja harus belajar menunjukkan afeksinya dan memperlihatkan rasa sayangnya serta menerima hal itu dari orang lain. Khususunya lawan jenisnya. Dengan dimilikinya dorongan-dorongan seksual pada remaja, membuat remaja tertarik pada lawan jenis, kelamin dan mulai mencoba mengekspresikan dorongan-dorongan tersebut. Di sini remaja mulai mengenal arti cinta dan berusaha untuk mengekspresikan cinta tersebut. Dalam mengekspresikan cinta ini terdapat berbagai macam cara yang dilakukan remaja, baik yang bersifat nonfisikal maupun fisikal.<br />10. Belajar untuk memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin merupakan tugas keenam dalam mencapai heteroseksual yang matang.<br />Tugas ini merupakan tugas yang paling sulit dan penuh tantangan, terutama bagi remaja putri.<br />Seks edukasi yang komprehensive dapat mengurangi kehamilan pada remaja tanpa meningkatkan jumlah hubungan seksual ataupun penyakit menular seksual.<br />Bagaimana orang tua tetap berbicara tentang seks sampai anak dewasa? Orang tua pada tahap ini harus ingat bahwa anak-anak benar-benar membutuhkan dan menginginkan anda.” Remaja bukan anak dewasa yang berbadan kecil. Mereka masih butuh orang dewasa sebagai sumber dan pembimbing.”<br />Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lengkap sebagai berikut:<br /> Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.<br /> Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggung jawab)<br /> Membentuk sikap dan memberikan terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi.<br /> Memberikan pengertian hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.<br /> Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.<br /> Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat menganggu kesehatan fisik dan mentalnya.<br /> Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks ynag berlebihan.<br /> Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat. Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak.daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-25501637995576788902011-03-10T19:35:00.000-08:002011-03-10T20:25:59.592-08:00Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan JiwaKonsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa<br /> Ns. Dafid Prawito, S. Kep<br /><br />Sejarah Psikiatri Di Dunia<br />1773 : Custodial Care (tidak oleh tenaga kesehatan)<br />1882 : Primary Consistend of Custodial Care<br />1920-1945 : Care Fokus pada disease (model Curative Care)<br />1950-1960 :<br /> 1.Pelayanan mulai berfokus pada klien<br /> 2.Psychotropic – menggantikan – Restrains – and Seclusion<br /> 3.Deinstitutionalization dimulai<br /> 4.Mulai penekanan pada therapethic relationship<br /> 5.Mayor fokus pada primary preventive<br />1970-1980 :<br /> - Fokus pada community based care / service<br /> - Riset & Tecnologi<br />1990-2000 :<br />Focus pada preventif, community based service, primary preventive using various approaches, such as mental health center, particai, hospital service, day care center, home health and hospice care<br /><br />Sejarah Psikiatri Di Indonesia<br />1. Dulu Kala<br /> G. jiwa dianggap kemasukan<br /> Terapi : mengeluarkan roh jahat<br />2. Zaman Kolonial<br />Sebelum ada RSJ, pasien ditampung di RSU – yang ditampung, hanya yg mengalami gangguan Jiwa berat<br />3. 1 Juli :<br /> - 1882 : RSJ pertama di Indonesia<br /> - 1902 : RSJ Lawang<br /> - 1923 : RSJ Magelang<br /> - 1927 : RSJ Sabang di RS ini jauh dari perkotaan<br />Perawat pasien bersifat isolasi & penjagaan (custodial care)<br /> - Stigma& Keluarga menjauhkan diri dari pasien<br /><br />4.Dewasa Ini hanya satu jenis RSJ yaitu RSJ punya pemerintah<br />5.Sejak tahun 1910 – mulai dicoba hindari costodial care ( penjagaan ketat) & restraints (pengikatan )<br />6.Mulai tahun 1930 – dimulai terapi kerja seperti menggarap lahan pertanian<br />7.Selama Perang Dunia II & pendudukan jepang – upaya kesehatan jiwa tak berkembang<br />8.Proklamasi – perkembangan baru<br /> - Oktober 1947 pemerintah membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa (belum bekerja dengan baik)<br />- Tahun 1950 pemerintah memperingatkan Jawatan Urusan Penyakit Jiwa – meningkatkan penyelenggaraan pelayanan<br /><br />9.Tahun 1966<br />- PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa<br />- UU Kesehatan Jiwa No.3 thn 1966 ditetapkan oleh pemerintah<br />- Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa ( BKR-PPJ) Dgn instansi diluar bidang kesehatan<br /><br />10.Tahun 1973 – PPDGJ I yg diterbitkan tahun 1975 ada integrasi dgn puskesmas<br /><br />11.Sejak tahun 1970 an : pihak swastapun mulai memikirkan masalah kes. Jiwa<br /><br />12.Ilmu kedokteran Jiwa berkembang<br />- Adanya sub spesialisasi seperti kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri Klinik, kedokteran Jiwa Usila dan Kedokteran Jiwa Kehakiman<br />- Setiap sub Direktorat dipimpin oleh 4 kepala seksi<br />Program Kes. Jiwa Nasional dibagi dalma 3 sub Program yang diputuskan pd masyarakat dengan prioritas pd Heath Promotion<br /><br />Sub Prgoram Perbaikan Pelayanan :<br />- Fokus Psychiatic – medical – Care<br />- Penekanan pada curative service ( treatment) dan rehabilitasi<br />Sub Program untuk pengembangan sistem<br />- Fokus pada peningkatan IPTEK, Continuing education, research administrasi dan manajemen, mental health information<br />Sub Program untuk establishment community mental health :<br />- Diseminasi Ilmu<br />- Fasilitasi RSJ swasta – perijinan<br />- Stimulasi konstruksi RSJ swasta<br />- Kerja sama dgn luarg negeri : ASEAN, ASOD, COD, WHO dan AUSAID etc<br /><br />Pengertian Kesehatan Jiwa<br />* Kes Jiwa bukan hanya tdk ada gangguan jiwa melainkan mengandung berbagai karakteristik yg positif, menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan, yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO)<br /><br />* Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dr seseorg n perkembangan ini berjalan selaras dgn org lain (UU Kes. Jiwa no 13 thn 1996).<br /><br />* A mind that grows and adjust, is in control, and is free of serious stress. Kondisi jiwa seseorg yg terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dr stress yg serius (Rosdahl, Texbook of Basic Nursing, 1999:58)<br /><br />Kriteria Sehat Jiwa Menurut “Yahoda”<br /> 1. Sikap positif terhadap diri sendiri<br /> 2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri<br /> 3. Integrasi (keseimbangan/kebutuhan)<br /> 4. Otonomi<br /> 5. Persepsi realitas<br /> 6. Environmental mastery (kecakapan dlm adaptasi dgn lingk).<br /><br />Rentang Sehat jiwa<br /> 1. Dinamis bukan titik statis<br /> 2. Rentang dimulai dr sehat optimal – Mati<br /> 3. Ada tahap-tahap<br /> 4. Adanya variasi tiap individu<br /> 5. Menggambarkan kemampuan adaptasi<br /> 6. Berfungsi secara efektif: sehat<br /><br />8 Kriteria sehat jiwa (WHO)<br /> 1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan<br /> 2. Mendapat kepuasaan dari usahanya<br /> 3. Lebih puas memberi dari pada menerima<br /> 4. Bebas (relatif) dari cemas<br /> 5. Berhubungan dengan oranglain secara tolong menolong & memuaskan<br /> 6. Dapat menerima kekecewaan sebagai pelajaran dikemudian hari<br /> 7. Mengarahkan rasa bermusuhan pd penyesuaian yg kreatif & konstruktif<br /> 8. Daya kasih sayang yg besar.<br /><br />Pengertian Keperw. Kes. Jiwa<br />* Proses dimana perawat membantu indiv atau kelompok dlm mengembangkan konsep diri yg positif, meningkatkan pola hub. Antar pribadi yg lebih harmonis serta agar berperan lebih produktif di masy. (Dorothy, cecelia)<br /> › Contohnya Gay/ Bancià self identity (identitas diri)<br />* Area khusus dlm praktek keprw. Yg menggunakan ilmu tingkah laku manusia sbg dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dlm meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kes. Mental klien dan kes mental masy. Dimana klien berada (ANA)<br />* Proses interpersonal yg berupaya u/ meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang akan mendukung integrasi. Pasien dapat berupa indiv, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas.(Kapplan Sadock)<br /><br />Prinsip Keperw. Kes. Jiwa<br />1.Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress adaptasi dlm kep. Jiwa)<br />2.Biological Contex of psyciatric nursing care (keadaan2 biologis dlm keperw. Jiwa)<br />3.Psychological contex of psyciatric nursing care (keadaan2 psikologis dlm Keprw jiwa)<br />4.Sosiocultural contex of psyciatric nursing care (keadaan2 soaial budaya dlm Keprw jiwa)<br />5.Enviromental contex of psyciatric nursing care (keadaan2 lingk. dlm Keprw jiwa)<br />6.Legal ethical contex of psyciatric nursing care (keadaan2 legal etika dlm Keprw jiwa)<br />7.Implementing the nursing proces: Standards of care (penatalaksanaan proses keperw: dgn standar-2 perawatan<br />8.Actualizing the psyciatric Nursing Role: Profesional Performance standards (aktualisasi peran keperw. Jiwa: melalui penampilan standar-2 profesional)<br /><br />PERAN PERAWAT KES. JIWA<br />Menurut Weis (1974) dalam Stuart Sunden(1995) à Attitude Therapy Yakni:<br />1. Mengobservasi perubahan yg tjd pd klien<br />2. Mendemonstrasikan penerimaan<br />3. Respek<br />4. Memahami klien<br />5. Mempromosikan ketertarikan & berpartisipasi dlm interaksi.<br /><br />KONSEPTUAL MODEL KEPW. KES. JIWA<br />1. PSYCHOANALITTYCAL (Freud, Erickson)<br />Gg jiwa dpt tjd pd seseorang bila Ego (akal) tdk berfungsi dlm mengontrol id (kehendak nafsu atau insting) ketidakmampuan seseorang dlm menggunakan akalnya (ego) u/ mematuhi tatatertib, peraturan, orma, agama (super ego/ das uber ich) akan mendorong tjdnya penyimpangan prilaku (deviation of Behavior)<br /><br />2. INTERPERSONAL (Sulivan, Peplau)<br />Kelainan Jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tsb menimbulkan kecemasan (Anxiety), ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dgn orang lain (interpersonal)<br /><br />3. SOCIAL (Caplan, Szasz)<br />Seseorang akan mengalami Gg, jiwa / penyimpangan prilaku bila banyaknya faktor lingk. Yg akan memicu munculnya stres pd seseorang. (Social & environ mental factor creat stress, wich cause anxiety & symptom)<br /><br />4. Existensial (Ellis, Roger)<br />Gg. Prilaku/ Gg, Jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body image-nya<br /><br />5. SUPPORTIVE TEORY (Wermon, Rockland)<br />Gg, jiwa disebabkan faktor biopsikososial dan respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya mjd masalah (sering Sakit mag), Psikologisnya mengalami banyak keluhan (ragu2 dll), Aspek sosialnya memiliki masalah (susah bergaul, dll) semua terakumulasi menjadi gangguan jiwa.<br /><br />6. Medical ( Meyer, Kreaplin)<br />Gg jiwa akibat multifactor yg komplek meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga fokus penatalaksanaannya harus lengkap melalui diagnostik, terapi somatik, farmakologik dan teknik interpersonal.<br /><br />Peplau<br /> 1. Pendidik<br /> 2. Pemimpin<br /> 3. Surrogate parent<br /> 4. Konselor<br />dan tambahan dari peran adalah:<br /> 5. Bekerjasama dgn lembaga kes mental<br /> 6. Konsultasi dgn yayasan kesejahteraan.<br /> 7. Memberikan yan. Kepd klien diluar klinik<br /> 8. Aktif melakukan penelitian<br /> 9. Membantu pendidikan masyarakat.<br /><br />ETIK KEPERAWATAN<br />1.Sudut pandang pd apa yg baik dan benar untuk kesehatan dan kehidupan manusia.<br />2.Mengarahkan bagaimana seorang perawat harus bertindak dan berinteraksi dengan orang lain<br /><br />UU No.29/2004 tentang Praktek Kedokteran<br />Pasal 52<br />Pasien dalam menerima pelayanan pada praktek kedokteran, mempunyai hak :<br />- Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis<br />- Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain<br />- Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis<br />- Menolak tindakan dan<br />- Mendapatkan isi rekaman medis<br /><br />Hak pasien Jiwa secara umum (Stuart & Laraia, 2001)<br />1.Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain di luar RS dengan berkorespondensi, telepon dan mendapatkan kunjungan<br />2.Hak untuk berpakaian<br />3.Hak untuk beribadah<br />4.Hak untuk dipekerjakan apabila memungkinkan<br />5.Hak untuk menyimpan dan membuang barang<br />6.Hak untuk melaksanakan keinginannya<br />7.Hak untuk memiliki hubungan kontraktual<br />8.Hak untuk membeli barang<br />9.Hak untuk pendidikan<br />10.Hak untuk habeas corpus<br />11.Hak untuk pemeriksaan jiwa atas inisiatif pasien<br />12.Hak pelayanan sipil<br />13.Hak mempertahankan lisensi hukum; supir, lisensi profesi<br />14.Hak untuk memuntut dan dituntut<br />15.Hak untuk menikah dan bercerai<br />16.Hak untuk tidak mendapatkan restrain mekanik yang tidak perlu<br />17.Hak untuk review status secara periodik<br />18.Hak untuk perwalian hukum<br />19.Hak untuk privasi<br />20.Hak untuk informend consent<br />21.Hak untuk menolak perawatan<br /><br />Alasan masuk RS Jiwa<br /> * Berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain<br /> * Membutuhkan perawatan<br /> * Tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri<br /><br />Istilah<br />* Restrains adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada seseorang, tanpa atau dengan izin, untuk membatasi kebebasan bergerak.<br />* Seclusion (pengasingan) adalah pengurungan seseorang bukan keinginan sendiri dalam konstruksi khusus, ruangan terkunci dengan sebuah jendela keamanan atau kamera untuk monitoring visual langsung (JCAHO,2000).<br /><br /><br />HIRARKI DALAM MEMBATASI PASIEN JIWA<br />(Stuart & Laraian, 2001, p. 174)<br />Pembatasan bisa dalam makna dibatasi secara fisik atau dibatasi pilihannya. Hirarki dari yang paling restriktif ke yang kurang restriktif.<br />1. Ekstrimitas tubuh<br />2. Batasan ruang gerak ( kamar isolasi)<br />3. Batasan dalam aktivitas sehari-hari, misal acara TV, waktu merokok, komunikasi<br />4. Aktivitas yang bermakna, misal akses untuk ikut rekreasi<br />5. Pilihan perawatan<br />6. Kontrol sumber keuangan<br />7. Ekspresi verbal dan emosional<br /><br />PRINSIP MORAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN<br />1. Autonomi<br />Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih rencana kehidupan dan cara mengatur dirinya<br />Menghargai harkat dan martabat manusia sbg individu yg dapat memutuskan yg terbaik untuk dirinya.<br />Setiap tindakan keperawatan harus melibatkan pasien dan berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dg asuhan keperawatan<br /><br />2. Beneficience<br />Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain.<br />Tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain,<br />Perawat scr moral berkewajiban membantu orang lain melakukan sesuatu yg menguntungkan dan mencegah timbulnya bahaya<br /><br />3. Non Maleficience dan Kemaslahatan<br />Prinsip Non Maleficience dan Kemaslahatan dapat dilihat kontinum rentang dari bahaya yg tidak berarti (non maleficience) sampai menguntungkan orang lain dg melakukan yg baik (kemaslht).<br />Menuntut perawat menghindari yg membahayakan pasien selama pemberian asuhan keperawatan<br />Bekerja dg konsep dalin di RS.<br /><br />4. Keadilan<br />Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil terhadap semua pasien sesuai dengan kebutuhan .<br />Setiap individu mendapat tindakan yg sama berarti mempunyai kontribusi yg relatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang<br /><br />5. Kejujuran, Kerahasiaan dan Kesetiaan<br />Kejujuran adalah kewajiban untuk mengungkapkan yg sebenarnya atau tdk membohongi pasien didasarkan pd hub saling percaya.<br />Kerahasiaan adalah kewajiban untuk melindungi informasi rahasia.<br />Kesetiaan adalah kewajiban untuk menepati janji<br /><br />METODE DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS<br />1. Menunjukan maksud baik.<br />2. Mengidentifikasi semua orang penting.<br />3. Mengumpulkan informasi yg relevan.<br />4. Mengidentifikasi prinsip etis yang penting<br />5. Mengusulkan tindakan alternatif.<br />6. Melakukan tindakan.<br /><br />MASALAH LEGAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN<br />* Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga keperawatan yg memadai tidak tersedia standar praktek dan tidak ada kontrak kerja.<br />* Perawat profesional perlu memahami aspek legal untuk melindungi diri dan melindungi hak-hak pasien danmemahami batasan legal yg mempengaruhi praktek keprwt.<br />* Pedoman legal Undang-undang praktek, peraturan Kep Men Kes No 1239 dan Hukum adat.<br /><br />LIABILITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA<br />1. Pasien bunuh diri<br />2. Gagal mendiagnosa<br />3. Masalah terkait dengan ECT<br />4. Penyalahgunaan obat-obat Psikoaktif<br />5. Melanggar kerahasiaan<br />6. Gagal merujuk pasien<br />7. Gagal untuk melaporkan penganiyaan<br />8. Tidak adanya informed consent<br /><br />Pertanggungjawaban Pidana terkait dengan kondisi jiwa seseorang<br />* Tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang diduga memiliki kelainan jiwa perlu mendapatkan penyelididkan dari seorang ahli kesehatan jiwa ( Visum et repertum psikiatrikum; VER)<br />* Argumen yang menyebutkan bahwa seseorang yang didakwa melakukan tindakan kriminal dianggap tidak bersalah karena orang tersebut tidak bisa mengontrol perbuatannya atau tidak mengerti perbedaan antara benar dan salah yang dikenal sebagai Peraturan M’Naghten.<br />* Saat orang tersebut memenuhi kriteria, dia dapat dinyatakan tidak bersalah karena mengalami gangguan jiwa.<br /><br />MINIMALKAN LIABILITAS<br />1. Ikuti Standar.<br />2. Berikan Pel. Kep yg kompeten<br />3. Hubungan empaty, hormat dan bela rasa<br />4. Dokumentasi lengkap dan objektif dan tepat waktu dan tepat waktu.<br />5. Perawat menolong di tempat umum<br /><br />STANDAR KEPERAWATAN<br />* Pedoman praktek kep yang aman dan tepat.<br />* Menekankan tanggung gugat<br />* Tanggung jawab :<br />* Mengacu pd pelaksanaan tugas yg dikaitkan dg peran perawat.<br />* Tanggung gugat: Dapat memberikan alasan atas tindakan kep yg diberikan atas diri, pasien, profesi, atasan dan masyarakatdaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-88470208869533008082010-11-01T19:07:00.001-07:002010-11-01T19:07:28.720-07:00Aspek seksualitas dalam_keperawatanCheck out this SlideShare Presentation: <div style="width:425px" id="__ss_5189219"><strong style="display:block;margin:12px 0 4px"><a href="http://www.slideshare.net/UJANGKETUL/aspek-seksualitas-dalamkeperawatan" title="Aspek seksualitas dalam_keperawatan">Aspek seksualitas dalam_keperawatan</a></strong><object id="__sse5189219" width="425" height="355"><param name="movie" value="http://static.slidesharecdn.com/swf/ssplayer2.swf?doc=aspekseksualitasdalamkeperawatan-100913051056-phpapp02&stripped_title=aspek-seksualitas-dalamkeperawatan&userName=UJANGKETUL" /><param name="allowFullScreen" value="true"/><param name="allowScriptAccess" value="always"/><embed name="__sse5189219" src="http://static.slidesharecdn.com/swf/ssplayer2.swf?doc=aspekseksualitasdalamkeperawatan-100913051056-phpapp02&stripped_title=aspek-seksualitas-dalamkeperawatan&userName=UJANGKETUL" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" width="425" height="355"></embed></object><div style="padding:5px 0 12px">View more <a href="http://www.slideshare.net/">presentations</a> from <a href="http://www.slideshare.net/UJANGKETUL">akademi kebidanan merangin</a>.</div></div>daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-6979353577004206242010-08-18T00:12:00.000-07:002010-08-20T23:26:34.344-07:00Trauma AbdomenAsuhan Keperawatan Gawat Darurat<br />Trauma Abdomen<br />By<br />Ns. Dafid Prawito, S. Kep<br /><br />I. Pengertian<br />Kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006)<br /><br />II. Etiologi<br /><br /> * Blunt or Penetrating<br /> * Difficult to estimate severity<br /> * Suspect abdominal injury when there is chest trauma<br /><br />III. Cause<br /><br /> * Most common causes of blunt abdominal trauma are from motor vehicle accidents and auto mobil-pedestrians accident<br /> * Disaster<br /> * Other common etiologies include falls and industrial or recreational accident<br /><br />IV. Jenis Trauma<br /><br /> 1. Trauma Tumpul<br /> 2. Trauma Tembus<br /><br />1. Trauma Tumpul<br /><br /> * Mortalitas 10 - 30 %<br /> * Disertai cidera pada sistem lain<br /> * Perdarahan interna mungkin sangat berat<br /> * Cidera mungkin tidak terdeteksi saat pengkajian<br /> * Gejala yang nampak dini menandakan cidera yang berat<br /> * Waspada kemungkinan terjadinya shock<br /><br />2. Trauma Tembus<br /><br /> * Luka Tembak<br /> * Luka Tusuk<br /> * Memiliki resiko mortalitas lebih tinggi karena kerusakan organ dalam rongga abdomen lebih berat<br /> * Harus dievaluasi di Rumah Sakit<br /><br />V. Mekanisme Cidera<br /><br /> * Memberikan informasi tentang : Jenis cidera; Ekstensi luka; Besarnya gaya yang terlibat<br /> * Faktor-faktor penting : Obyek; jarak; Gaya penyebab<br /><br />VI. Evaluasi Trauma Abdomen (1)<br />Primary Survey (BTLS) :<br /><br /> * A : Airway<br /> * B : Breathing<br /> * C : Circulation<br /> * Pemeriksaan singkat : Abdomen; Pelvis; Ekstremitas<br /><br />VII. Evaluasi Trauma Abdomen (2)<br />Lihat :<br /><br /> * Luka<br /> * Memar<br /> * Distensi<br /><br />Raba :<br /><br /> * Guarding<br /> * Rigiditas<br /> * Nyeri tekan<br /><br />VIII. Cidera Hati<br />Tanda dan Gejala :<br /><br /> * Rasa nyeri abdomen quadran kanan atas<br /> * Kekakuan, spasme "Involuntery Guarding"<br /> * Rebound tenderness (nyeri lepas)<br /> * Bunyi usus berkurang/hilang<br /> * Syok hipovolemik<br /><br />IX. Cidera Limpa<br />Tanda dan Gejala :<br /><br /> * Rasa sakit dibahu kiri<br /> * Nyeri perut quadran kiri atas<br /> * Kekakuan, spasme, "Involuntary Guarding"<br /> * Syok Hipovolemik<br /><br />X. Cidera Ginjal<br />Tanda dan Gejala<br /><br /> * Echimosis didaerah flank<br /> * Nyeri didaerah flank<br /> * Gross/Mikroskopik hematuri<br /><br />XI. Cidera Kandung Kemih & Uretra<br />Tanda & Gejala<br /><br /> * Rasa nyeri di daerah supra pubik<br /> * Ingin BAK tapi tidak keluar<br /> * Hematuri<br /> * Terdapat darah di ujung uretra<br /> * Terdapat darah di daerah scrotum<br /> * Rigiditas, spasme, Involuntary Guarding<br /> * Kelenjar prostat berpindah tempat<br /><br />XII. Cidera Organ berongga<br />Tanda & Gejala<br /><br /> * Iritasi peritonium; kekakuan, spasme, involuntary guarding, rebound tenderness, sensasi nyeri<br /> * DPL (Peritoneal Lavage Diagnostik); dapat terlihat empedu, feses dan serat-serat makanan<br /><br />XIII. Pengkajian<br />merupakan aspek penting dalam trauma abdomen, karena membutuhkan tindakan segera, meliputi :<br /><br /> 1. Kumpulkan riwayat tentang kejadian trauma<br /> 2. Kaji tanda-tanda distensi abdomen lanjut. Nyeri tekan, gerakan usus tidak teratur, kaku otot, bunyi usus hilang, hipotensi dan syok<br /> 3. Auskultasi bunyi usus, tidak adanya bunyi usus merupakan tanda adanya cidera intraabdomen<br /> 4. Catat keadaan fisik pasien<br /> 5. amati adanya penyerta cidera dada<br /><br />XIV. AVPU<br /><br /> * Alert : Oriented to person, place and day (big three)<br /> * Verbal : Cannot answer the "big three" correctly<br /> * Pain : either appopriate, in appopriate, or posturing (decortiate/decerebrate)<br /> * Unresponsive<br /><br />XV. SAMPLE History<br /><br /> * S : Subjective<br /> * A : Any alergies to medications<br /> * M : What change there been to the patiens medication schedule recently<br /> * P : Any history of a condition thats could cause a neurologic condition<br /> * L : What was the last oral intake<br /> * E : What may have precipitated the incident (i.e medication non-complaince)<br /><br />XVI. Tes Laboratorium<br /><br /> * Secara rutin diperiksa hematokrit, hitung jenis leukosit<br /><br /> * Bila diperlukan : nilai-nilai amilase urine dan serum, dapat membantu menentukan adanya perlukaan pankreas dan perforasi usus<br /><br />XV. Radiologi<br /><br /> * Foto polos abdomen, menunjukkan adanya udara bebas di intra abdominal<br /> * Melihat adanya fraktur iga dengan foto thorax<br /> * Penderita trauma tumpul sering kali membutuhkan foto rontgren ; tengkorak, thorax, pelvis<br /> * Foto kontras saluran kemih bila didapatkan hematuri<br /> * CT Scan bila diperlukan<br /><br />XVI. Diagnosa Keperawatan<br /><br /> 1. Masalah medis yang muncul seringkali memerlukan penanganan segera untuk mencegah jatuh dalam keadaan syok, potensial infeksi atau tetanus<br /> 2. Diagnosa Keperawatan muncul dikarenakan prosedur pembedahan dan mengikuti prosedur penatalaksanaan<br /><br />XVII. Rencana tindakan<br />Tujuan dari perencanaan adalah mengurangi penyulit yang ada, seperti : perdarahan, komplikasi cidera dan nyeri<br /><br />XVIII. Management Abdominal Injury<br /><br /> * Position the patient properly<br /> * Ensure oxygenation and ventilation<br /> * Control external bleeding<br /> * Be prepared for aggressive fluid resuscitation<br /> * Apply PASG if not contraindication<br /><br />XIX. Penatalaksanaan<br /><br /> * Penghentian perdarahan dengan tindakan operasi<br /> * Pemberian antibiotik IV<br /> * Laparotomi bila terjadi robekan atau trauma organ abdomendaffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-13964447285599927182010-05-23T20:19:00.000-07:002010-05-23T21:33:12.665-07:00Asuhan Keperawatan Sistemik Lupus Eritematosus<div style="text-align: center;">Asuhan Keperawatan
<br />Sistemik Lupus Erytematosus
<br />(SLE)
<br />
<br />by
<br />Ns. Dafid Prawito, S. Kep
<br />
<br /><div style="text-align: left;">PENDAHULUAN
<br /><ul><li><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="PowerPoint.Slide"><meta name="Generator" content="Microsoft PowerPoint 12">Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, SLE menjadi salah satu penyakit reumatik utama di dunia</li><li>Dapat ditemukan pada semua usia, kejadian terbanyak pada umur 15-40 tahun (usia produktif)</li><li>Frekuensi kejadian SLE pada wanita dibandingkan pria (5-9 : 1)</li><li>Faktor ekonomi dan geografi tidak mempengaruhi distribusi penyakit SLE</li></ul>
<br />DEFINISI
<br /><ul><li><span style="font-style: italic;">Systemic Lupus Erythematosus</span> (SLE), merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi yang luas.</li><li>SLE adalah penyakit autoimun yang kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh</li></ul>
<br />ETIOLOGI
<br /><ul><li>Belum diketahui dengan jelas , namun terdapat banyak bukti bahwa SLE bersifat multifaktor, mencakup :
<br /></li></ul><ol><li>Genetik</li><li>Infeksi</li><li>Faktor Resiko : hormon; imunitas; obat</li></ol>
<br />MANIFESTASI KLINIS
<br /><ul><li>Sangat beragam dan seringkali pada keadaan awal tidak dikenali sebagai SLE</li><li>Gambaran klinis keterlibatan sendi atau muskuloskeletal dijumpai pada 90% kasus SLE</li></ul>
<br />MANIFESTASI MUSKULOSKELETAL
<br /><ul><li>Merupakan manifestasi klinis yang paling sering dijumpai pada kasus SLE</li><li>Keluhan dapat berupa : Nyeri otot (mialgia), nyeri sendi (atralgia), arthritis</li><li>pada umumnya SLE tidak menyebabkan deformitas, kaku sendi, yang berlangsung beberapa menit</li></ul>MANIFESTASI KULIT
<br /><ul><li>Ruam pada kulit merupakan manifestasi klinis SLE pada kulit yang paling lama dikenal</li><li>Manifestasi lain yang bisa muncul pada kulit, antara lain : Herphes Esthimones; reaksi fotosensitifitas, vakulitis dan atau bercak eritema pada palatum (mole dan durum)</li></ul>MANIFESTASI PARU
<br /><ul><li>Manifestasi klinis pada paru dapat berupa : radang interstitiel parenkim paru (pneumonitis); emboli paru; perdarahan paru (hematemesis)</li></ul>MANIFESTASI KARDIOLOGI
<br /><ul><li>Perikardium, endokardium, miokardium dan pembuluh darah koroner dapat terlibat/infeksi oleh SLE</li><li>Perikarditis, dapat dijumpai adanya nyeri <span style="font-style: italic;">substernal</span>, <span style="font-style: italic;">friction rub</span>, aritmia, kardiomegali, bahkan <span style="font-style: italic;">tacychardi</span> yang tidak jelas penyebabnya</li><li>Penyakit jantung koroner, dapat menimbulkan <span style="font-style: italic;">angina pectoris</span>, IMA dan gagal jantung kongestif </li></ul>MANIFESTASI RENAL
<br /><ul><li>Tanda dan gejala pada renal biasanya tidak muncul sebelum adanya <span style="font-style: italic;">Renal Failure</span> atau sindrome nefrotik</li><li>Kelainan pada renal dijumpai 40-70% pada setelah 5 tahun menderita SLE</li></ul>MANIFESTASI GASTROINTESTINAL
<br /><ul><li>Manifestasi gastrointestinal tidak spesifik pada pasien SLE</li><li>Secara klinis dapat ditemukan keadaan : disfagia; dispepsia; nyeri abdomnal; vaskulitis mesenterik; pankreatitis; hepatomegali</li></ul>MANIFESTASI NEUROPSIKIATRIK
<br /><ul><li>Pembuktian adanya keterlibatan saraf pusat antara lain : epilepsi; hemiparese; lesi syaraf kranial; meningitis aseptik; kelainan psikiatrik dapat berupa gangguan organik dan non-organik</li></ul>MANIFESTASI HEMIK-LIMFATIK
<br /><ul><li>Splenomegali dapat dijumpai pada pasien dengan diagnosis SLE</li><li>Kelenjar getah bening yang sering dijumpai adalah axilla dan servikal dengan karakteristik : tidak nyeri tekan; bersifat lunak; ukuran bervariasi (3-4 cm)</li><li>Anemia diklasifikasikan penyakit kronis, defisiensi zat besi, <span style="font-style: italic;">sickle cell</span>, dll
<br /></li></ul>MANIFESTASI KONSTITUSIONAL
<br /><ul><li>Kelelahan, merupakan keluhan utama yang paling sering dijumpai pada pasien SLE</li><li>Penurunan BB, terjadi beberapa bulan sebelum diagnosa ditegakkan</li><li>Demam, suhu tubuh dapat mencapai 40 derajat C, tanpa ada infeksi lain, biasanya tanpa disertai menggigil</li><li>Lain-lain, dapat terjadi seiring atau sebelum aktivitas penyakit, seperti : rambut rontok (allopesia); hilangnya nafsu makan; pembesaran kelenjar getah bening; sakit kepala; mual & muntah</li></ul>
<br />PRINSIP UMUM PENATALAKSANAAN
<br /><ul><li>Penyuluhan dan intervensi sosial</li><li>Diusahakan pasien tidak terlalu banyak terpapar dengan sinar matahari</li><li>Pertimbangkan penggunaan profilaksis antibiotik</li><li>Pengaturan kehamilan dan pengawasan aktivitas penyakit lebih ketat pada fase kehamilan</li><li>Putuskan pasien untuk memerlukan perawatan konsevatif atau pemberian imunosupresif yang agresif</li></ul>ASUHAN KEPERAWATAN
<br />a. Biodata, riwayat penyakit
<br />b. Pemeriksaan Fisik
<br /> 1) Sistem Muskuloskeletal
<br /><ul><li>Terjadi pembengkakan, keterbatasan gerak, kemerahan dan nyeri tekan pada sendi</li></ul> 2) Sistem Integumen
<br /><ul><li>Ulserasi membran mukosa, ekimosis, ptekye, purpura, infadenopati difus</li></ul> 3) Sistem Pencernaan
<br /><ul><li>Nyeri tekan abdomen, hepatosplenomegali, peristaltic usus meningkat, kelenjar parotis membesar</li></ul> 4) Sistem Pernafasan
<br /><ul><li>Takipneu, perkusi suara redup, efusi pleura dan ronchi</li></ul> 5) Sistem Kardiovaskuler
<br /><ul><li>Takikardi, aritmia</li></ul> 6) Sistem Persyarafan
<br /><ul><li>Konvulsi, neuropati perifer, paraplegi, hemiplegi, afasia, halusinasi, delusi, disorientasi</li></ul> 7) Sistem Penglihatan
<br /><ul><li>Konjungtivitis, edema periorbital, uveitis, perdarahan subkonjungtiva</li></ul>
<br />DIAGNOSA KEPERAWATAN
<br /><ol><li>Nyeri akut/kronis b/d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distensi sendi</li><li>Intoleransi aktivitas b/d penurunan kekuatan otot dan nyeri sendi</li><li>Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan atau perubahan pada kemampuan untuk mencerna; mual, muntah</li><li>Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang prognosis penyakit</li><li>Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi, infeksi virus, proses penyakit</li><li>Resiko terhadap kekurangan volume cairan Out put yang berlebihan ; diare berat, demam</li><li>Resiko gangguan pertukaran gas b/d muskuler (efusi pleura, melemahnya otot pernafasan, penrurunan energi, penurunan expansi paru)</li></ol>
<br /> </div>
<br /></div>daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-13553598227340358502010-05-20T19:39:00.000-07:002010-05-21T22:29:06.998-07:00PERAWATAN PEMULIHAN KETERGANTUNGAN NAPZA<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="PowerPoint.Slide"><meta name="Generator" content="Microsoft PowerPoint 12"><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(252, 248, 162); font-weight: bold;font-family:Arial;font-size:48pt;" ></span>PERAWATAN PEMULIHAN KETERGANTUNGAN NAPZA
<br />Ns. Dafid Prawito, S. Kep
<br />
<br /><div style="text-align: left;">PENDAHULUAN
<br /><ul><li>NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropik dan Zat adiktif lain)</li><li>Dunia kesehatan dan narkoba atau napza sangat berhubungan sangat erat</li><li>Napza sama dengan obat bila digunakan dalam dosis yang ditentukan (tepat)
<br /></li><li>Penyalahgunaan Napza berarti digunakan tanpa indikasi tepat dan untuk yang tidak berkaitan dengan kesehatan</li></ul>PENGERTIAN
<br /><ul><li>Penyalahgunaan Napza merupakan penyimpangan perilaku seseorang berkaitan dengan penggunaan zat psikoaktif</li><li>Penyalahgunaan Napza merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik, paling sedikit 1 bulan sedemikian rupa sehingga menimbulkan gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan</li><li>Narkotika, zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan</li><li>Psikotropika, zat atau obat alamiah maupun sintetis yang bukan narkotika, berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan sistem saraf pusat yang mengakibatkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku</li><li>Zat psikoaktif, mempunyai sifat <span style="font-style: italic;">adiksi</span> dan <span style="font-style: italic;">depedensi</span> (kecanduan dan ketergantungan pada orang yang menggunakannya)
<br /></li></ul>PENGGOLONGAN NAPZA
<br />A. NARKOTIKA
<br /> 1. Narkotika Alam
<br /> - Opium, getah buah tanaman Papaver Somniferum/candu (mentah, masak dan morphine)
<br /> - Kokain, olahan dari daun Koka
<br /> - Canabis Sativa/mariyuana/ganja/hashish
<br />2. Narkotika Semisintetis dari Opium, seperti Heroin
<br />3. Narkotika Sintetis, seperti pethidin dan Methadon
<br />
<br />B. PSIKOTROPIKA
<br />1. Depresant (penenang), seperti BK, Rohipnol, megadon, valium dan madrax
<br />2. Stimulan (peransang), Ecstasy dan shabu-shabu
<br />3. Halusinogen (pemicu hayalan), LSD
<br />
<br />C. ALKOHOL
<br /> - Golongan I (1% - 5%) : Bir, Greensand
<br /> - Golongan II (5% - 20%) : Anggur, Martini
<br /> - Golongan III (20% - 50%) : Wisky, Brandy
<br />
<br />D. ZAT ADIKTIF LAINNYA
<br /> - Volatile Solvent : Aceton, bansin, Aibon (Lem)
<br /> - Nicotine : Rokok
<br /> - Coffein : Kopi
<br />
<br />MANFAAT NAPZA UNTUK MEDIS
<br /><ul><li>Analgetik (Morphine, Pethidine)</li><li>Atispasmodik (Papaverin)</li><li>Antitusive (Codein)</li><li>Antiemetika (Apomorphine)</li><li>Stimulasi (Amphetamine)</li><li>Antipsikotik (CPZ, Halloperidol)</li><li>Anti Ansietas (Diazepam, Lorazepam)</li><li>Zat Pelarut, Desinfeksi (Ethanol)</li></ul>KRITERIA PENYALAHGUNAAN NAPZA
<br /><ul><li>Digunakan tanpa indikasi medis</li><li>Dipergunakan secara kontinue/episodik minimal 1 bulan</li><li>Ketergantungan psikologik</li><li>Komplikasi sosial</li></ul>CIRI REMAJA YANG BERESIKO MENYALAHGUNAKAN NAPZA
<br /><ul><li>Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktive</li><li>Perasaan rendah diri</li><li>Tidak bisa menunggu atau sabar yang berlebihan
<br /></li><li>Suka mencari, melakukan hal-hal yang mengadung bahaya berlabihan</li><li>Cepat bosan dan tertekan, murung, merasa tidak sanggup untuk berfungsi</li><li>Kurang motivasi</li></ul>GEJALA DINI PENGGUNAAN NAPZA
<br />1. TANDA FISIK
<br /><ul><li>Kesehatan fisik menurun</li><li>Penampilan diri turun</li><li>Badan kurus. lemas dan malas</li><li>Suhu badan tidak beraturan</li><li>Pernafasan lambat dan dangkal</li><li>Pupil mata mengecil
<br /></li><li>Warna muka membiru</li><li>Tekanan darah menurun</li><li>Kejang otot</li><li>Kesadaran makin lama makin menurun</li><li>Selera makan berkurang/menurun</li></ul>2. TANDA DIRUMAH
<br /><ul><li>Membangkang</li><li>Semakin jarang ikut kegiatan dirumah</li><li>Berubah teman, jarang mau mengenalkan teman
<br /></li><li>Lupa tanggung jawab rutin</li><li>Sering pulang lewat jam malam</li><li>Sering pergi ke discotik, mall dan pesta</li><li>Pola tidur berubah</li><li>Sikap defensif, penuh kebencian</li><li>Menghabiskan uang tabungan, kehabisan uang</li><li>Sering mencuri uang dan bahan berharga dirumah</li><li>Sering merongrong keluarga dirumah</li><li>Malas mengurus diri</li><li>Sering tersinggung, mudah marah</li><li>Menarik diri, sering dikamar dan mengunci diri</li><li>Sering berbohong</li><li>Bersikap lebih kasar dari sebelumnya</li><li>Sekali-kali dijumpai mabuk, bicara pelo dan jalan sempoyongan</li><li>ada obat-obatan dan atau jarum suntik, kertas timah dan bau-bauan yang tidak semestinya</li><li>Prestasi belajar cenderung rendah</li><li>Kurang partisipasi dalam kegiatan ekstrakuliler</li><li>Cenderung memiliki gangguan jiwa : cemas; obsesi; apatis; menarik diri; depresi; menarik diri; kurang mampu menghadapi stres; hiperaktif</li><li>Cenderung mengabaikan peraturan</li><li>Perilaku menyimpang : Free sex; putus sekolah; perilaku anti sosial</li><li>Berkawan peminum berat dan pemakai obat berlebihan</li><li>Mulai merokok pada usia dini</li></ul>
<br />BAHAYA NAPZA
<br />1. Intoksikasi Akut
<br /><ul><li>Suatu zat yang timbul akibat menggunakan zat psikoaktif sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek, perilaku atau fungsi dan respon fisiologis lainnya</li></ul>2. Penggunaan Yang Merugikan
<br /><ul><li>Suatu kondisi pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak keseahtan dalam bentuk fisik maupun mental</li></ul>3. Sindrom Ketergantungan
<br /><ul><li>Suatu kondisi fenomena fisiologis, perilaku dan kognitif akibat penggunaan zat psikoaktif yang menyebabkan keinginan kuat untuk menggunakan zat psikoaktif, kesulitan mengendalikan perilaku, timbulnya toleransi</li></ul>4. Keadaan Putus Zat
<br /><ul><li>Sekelompok kondisi dengan berbagai bentuk gejala dan keparahan yang terjadi pada saat penghentian pemberian zat psikoaktif atau lebih dikenal dengan istilah SAKAU</li></ul>TANDA & GEJALA UMUM AKIBAT NAPZA
<br /><ul><li>Perubahan Kesadaran : Apatis, somnolen sampai koma</li><li>Perubahan Perilaku : Agresif, impulsif, hiperaktif/serba lambat, gangguan koordinasi motorik : jalan sempoyongan; cadel/pelo, gemetar</li><li>Perubahan Perasaan : emosi labil, mudah tersinggung, mudah marah, mudah gembira</li><li>Perubahan Proses & Isi Pikir : Proses pikir lambat, halusinasi, waham</li></ul>LANGKAH-LANGKAH TERAPI
<br /><ul><li>Penerimaan Awal : wawancara khusus, pemeriksaan klinik, pemeriksaan lab & penunjang lain</li><li>Detoksifikasi & Pengobatan komplikasi penyakit</li><li>Stabilisasi & Pemantapan</li></ul>
<br />ALKOHOL
<br />1. Tanda Intoksikasi :
<br /><ul><li>Euphoria, cadel, kantuk, atagsia, nistagmus, hipotermia, kejang</li></ul>2. Withdrawal
<br /><ul><li>Halusinasi, kejang 12-48 jam, delirium, tremor, mual & muntah, insomnia dan hipertensi</li></ul>3. Detoksifikasi
<br /><ul><li>Diazepam Intravena, dosis tergantung kondisi pasien; Diazepam Oral tiap 8 - 12 jam bila keadaan sedasi; lama detoksifikasi : 1 minggu sampai 1 bulan</li></ul>OPIAT/OPIOID
<br />1. Tanda Intoksikasi
<br /><ul><li>Mual & muntah, kejang; Analgesia; Penekanan respirasi; Penekanan SSP</li></ul>2. Withdrawal
<br /><ul><li>Piloereksi, mual & muntah, suhu badan meninggi, insomnia, ansietas, gelisah, mudah tersinggung, kejang-kejang, lemas</li></ul>3. Detoksifikasi
<br /><ul><li>Obat simtomatis sesuai dengan keluhan pasien</li><li>Lama detoks 3 - 7 hari</li></ul>CANABIS/GANJA
<br />1. Tanda Intoksikasi
<br /><ul><li>Mulut kering, mata merah, gelisah, nistagmus, gangguan daya ingat jangka pendek, paranoid, mual, diare, nafsu makan meningkat</li></ul>2. Withdrawal
<br /><ul><li>insomnia, demam, depresi, tremor, diare, berkeringat</li></ul>3.Detoksifikasi
<br /><ul><li>Tidak ada penatalaksanaan khusus, kalau muncul depresi beri anti depresan</li><li>Lama detoks : 7 hari</li></ul>SEDATIF/HIPNOTIKA
<br />1. Intoksikasi
<br /><ul><li>Bicara cadel, jalan sempoyongan, nistagmus, gangguan dalam memusatkan perhatian, gangguan daya ingat</li></ul>2. Withdrawal
<br /><ul><li>Mual & muntah, tekanan darah meningkat, depresi, delirium, tremor</li></ul>3. Deetoksifikasi
<br /><ul><li>Bila jumlah sedativa-hipnotika belum diketahui, dapat digunakan dosis percobaan</li><li>Lama detoks : 7 hari</li></ul>KOKAIN
<br />1. Intoksikasi
<br /><ul><li>Tremor, mual & muntah, halusinasi visual/taktil, nyeri dada, mulut kering, waham paranoid, aritmia, berkeringat, panas dingin</li></ul>2. Withdrawal
<br /><ul><li>Keletihan, insomnia/parasomnia, agitasi psikomotor, ide bunuh diri/paranoid, mudah tersinggung, perasaan depresi</li></ul>3. Detoksifikasi
<br /><ul><li>Derivat benzodiazepin ringan, estaazolam, okzazepam/lorazepam oral</li><li>Tujuan Utama ; Abstensia</li><li>Lama Detoks : 1 -2 minggu</li></ul>AMPHETAMINE
<br />1. Intoksikasi
<br /><ul><li>Mual, diare, kram abdominal, rasa metalik dalam mulut, gejala renal : diuresis, gejala endokrin, libido berubah, impotensi</li></ul>2. Withdrawal
<br /><ul><li>Fase Awal : Depresi, agitasi, ansietas, energia & Drug craving
<br /></li><li> Fase Menengah : Energi mental turun, minat terhadap lingkungan menurun, anhedonia, drugs craving semakin berat</li><li>Fase Akhir : Menurunnya drugs craving & semakin relaps</li><li>Gangguan psikotik, gangg mood, ansietas, disfungsi sexual & gangguan tidur</li></ul>3. Detoksifikasi
<br /><ul><li>Ansietas atau agitasi : benzodizepin oral</li><li>Depresi : anti depresan</li><li>Gejala Psikotik : antipsikotik (Halloperidol)</li><li>Lama detoks : 2 - 4 minggu</li></ul>HAMBATAN PROSES PENYEMBUHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
<br /><ul><li>Ketrampilan petugas</li><li>Keterlibatan lingkungan sosial : keluarga, sikap kepedulian masyarakat, faktor pendekatan hukum moral</li><li>Berubahnya struktur dan fungsi SSP pemakai obat</li><li>Keadaan lingkungan yang peka terhadap kejadian kambuh</li></ul>
<br />
<br />
<br /></div><span style="color: rgb(252, 248, 162); font-weight: bold;font-family:Arial;font-size:48pt;" ></span></div>daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7594780265612661974.post-81660229790377730322010-05-18T00:01:00.000-07:002010-05-18T01:36:18.262-07:00ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANJUT USIA<div style="text-align: center;">Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Lansia
<br /></div><div style="text-align: center;">Ns. Dafid Prawito, S. Kep
<br />
<br />
<br /><div style="text-align: left; color: rgb(0, 0, 0);"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">A. PENDAHULUAN</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">Keberhasilan pembangunan Indonesia dalam bidang kesehatan secara langsung akan meningkatkan usia harapan hidup bagi lansia. Dengan peningkatan jumlah lansia pada populasi manusia akan berimbas pada aspek kehidupan. Aspek kesehatan pada lansia merupakan aspek yang cukup kritis pada usia lansia, sehinga diperlukan pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif dan berlansung secara holistik.</span>
<br />
<br />
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">B. PROSES MENUA</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">Secara biologis adalah perubahan secara terus menerus ke arah kemunduran fungsi secara alamiah</span>
<br />
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">C. AZAS - DEPKES RI</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">Meningkatkan mutu kehidupan lansia, meningkatkan kesehatan dan memperpanjang usia</span>
<br />
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LANSIA</span>
<br /><ol style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Hereditas</li><li>Nutrisi</li><li>Status Kesehatan</li><li>Lingkungan</li><li>Stress</li></ol><span style="color: rgb(255, 255, 255);">E. MITOS USIA LANJUT</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Kedamaian dan ketenangan</li><li>Kemunduran
<br /></li><li>Berpenyakitan</li><li>Senilitas</li><li>Aseksualitas</li><li>Tidak produktif</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">F. THEORIES OF AGING</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Proses individual</li><li>Teori biologi</li><li>Teori kesehatan jiwa</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">G. PERUBAHAN YANG TERJADI</span>
<br /><ol style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Perubahan fisik</li><li>Perubahan mental</li><li>Perubahan Psikososial</li><li>perubahan spiritual</li></ol><span style="color: rgb(255, 255, 255);">H. PENGKAJIAN</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">1. Wawancara</span>
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><span style="color: rgb(255, 255, 255);"> Ketrampilan komunikasi terapeutik yang nyaman :</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Bina hubungan saling percaya
<br /></li><li>Berikan dukungan, tunjukkan perhatian dengan mengucapkan salam dan menyebut nama klien
<br /></li><li>Beri waktu yang cukup untuk menjawab bagi lansia</li><li>Jika klien sulit untuk berfikir yang abstrak dan memahami konsep, gunakan pertanyaan pendek dan langsung pada sasaran</li><li>Gunakan komunikasi verbal dan non-verbal</li><li>Perhatikan kondisi fisik pada saat wawancara dan faktor lain yang mempengaruhi, mis ; obat-obatan, nutrisi dan tingkat kecemasan</li><li>Ciptakan lingkungan yang tenang</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">2. Pengkajian Fungsi Kognitif</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);"> The Mental Status and Examination In Neurologi</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Emosi
<br /></li><li>Kemauan
<br /></li><li>Memori
<br /></li><li>Persepsi
<br /></li><li>Proses pikir</li><li>Orientasi</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">3. Pengkajian Fungsi Afektif</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Skala depresi geriatrik</li><li>Mental Status Examination</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">4. Pengkajian Respon Perilaku</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Deskripsi perilaku</li><li>Pengkajian perubahan perilaku</li><li style="text-align: left;">Observasi masalah-masalah perilaku</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">5. Pengkajian Kemampuan Fungsional</span>
<br /><ol style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Mobilitas</li><li>ADL (<span style="font-style: italic;">Activity Daily Of Living</span>) ; mandi; berpakaian; makan; toileting; pemeliharaan
<br /></li><li>Resiko jatuh </li></ol><span style="color: rgb(255, 255, 255);">6. Pengkajian Fungsi Biologis</span>
<br /><ol style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Pengkajian kesehatan fisik secara umum
<br /></li><li>Nutrisi</li><li>Obat-obatan yang digunakan</li><li>Paparan zat berbahaya</li></ol><span style="color: rgb(255, 255, 255);">I. PENGGOLONGAN USIS LANJUT (Depkes RI, 1999)</span>
<br /><ol style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Kelompok Yang Masih Aktif, keadaan fisik masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain serta kebutuhan sehari-hari dapat dilaksanakan sendiri
<br /></li><li>Kelompok Yang pasif, keadaan fisik memerlukan pertolongan orang lain (mis ; lumpuh atau sakit) dan kemunduran kondisi fisik karena proses menua sehingga dapat mempengaruhi pertahanan tubuh.</li></ol><span style="color: rgb(255, 255, 255);">J. PERAWATAN DASAR LANSIA YANG MASIH AKTIF</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">Perlu bimbingan dan pengawasan untuk :</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Perawatan diri</li><li>Kebutuhan nutrisi</li><li>Pencegahan potensi kecelakaan
<br /></li><li>Pemenuhan kebutuhan istirahat</li><li>Pencegahan menarik diri dari lingkungan</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">PERAWATAN DASAR</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">1. Perawatan Diri :</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);"> a. Personal Hygiene</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Kebersihan mulut dan gigi</li><li>Kebersihan kepala, rambut dan kuku</li><li>Kebersihan badan dan pakaian</li><li>Kebersihan mata</li><li>Kebersihan telinga</li><li>Kebersihan hidung</li><li>Kebersihan alat kelamin</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);"> b. Hygiene Sanitasi</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Kebersihan tempat tidur</li><li>Kebersihan lantai</li><li>Ventilasi dan penerangan</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">2. Kebutuhan Nutrisi</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Cukup, memenuhi kebutuhan gizi</li><li>Sajian makanan pada waktunya (porsi sedikit tapi sering)</li><li>Jangan bosan untuk melayani, tunjukkan wajah gambira dan senyum
<br /></li><li>Pemberian makan bertahap dan bervariasi</li><li>Perhatikan makanan agar sesuai selera</li><li>Makanan disesuaikan dengan diit penyakit yang diderita</li><li>Jenis makanan lunak</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">3. Pencegahan Potensi Kecelakaan</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Gunakan/anjurkan menggunakan alat bantu untuk aktivitas</li><li>Latih pindah dari tempat tidur ke kursi roda atau sebaliknya</li><li>Biasakan menggunakan pengamanan tempat tidur</li><li>Latih klien jika mengalami gangguan aktivitas</li><li>Usahakan ada yang menemani jika bepergian</li><li>Bantu/dampingi klien saat aktivitas</li><li>Hindari tindakan pengikatan karena cenderung meningkatkan resiko fraktur</li><li>Awasi aktivitas klien</li><li>MOdifikasi lingkungan klien agar aman
<br /></li><li>Jaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas hambatan untuk aktivitas lansia</li><li>Jangan meletakkan benda-benda berbahaya ditempat yang mudah terjangkau</li><li>Kunci halaman depan, pintu, almari dan tampat menuju pagar</li><li>Cermati efek obat yang dikonsumsi klien, laporkan bila ada efek yang samping yang tidak diharapkan</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">4. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Sediakan waktu dan tempat tidur yang nyaman</li><li>Atur lingkungan supaya cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan</li><li>Latihan fisik ringan atau kegiatan sesuai hobi</li><li>Minuman hangat sebelum tidur mis; susu hangat</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">5. Pencegahan Menarik Diri Dari Lingkungan</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Komunikasi dengan mempertahankan kontak mata</li><li>Ajak lansia malakukan kegiatan sesuai kemampuan</li><li>Sediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia</li><li>Beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya</li><li>Hargai pendapat lansia</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">PERAWATAN DASAR BAGI LANSIA YANG PASIF</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">Perlu banyak pertolongan orang lain :</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Perawatan Diri : kebersihan diri dan kebersihan lingkungan</li><li>Pencegahan Decubitus : ubah posisi tidur tiap 2 jam sekali, massage bagian yang tertekan, berikan kamper spiritus dan bedak</li><li>Perawatan Sal. Pernafasan</li><li>Lakukan Latihan yang diperlukan : ROM dan penggunaan alat bantu</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">K. RUANG PERAWATAN</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Perlu ruangan khusus, dekat ruangan perawat bagi klien yang perlu perawatan khusus</li><li>Letakkan bel dibawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya</li><li>Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi dan meja didekat tempat tidur klien</li><li>Jaga agar lingkungan tetap bersih dan nyaman</li><li>Lengkapi sarana penunjang sesuai kebutuhan klien</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">L. PERAWATAN PADA STADIUM TERMINAL</span>
<br /><ul style="color: rgb(255, 255, 255);"><li>Dalam menghadapi maut reaksi lansia berbeda-beda tergantung kepribadian dan cara manghadapi hidup</li><li>Cermati kelemahan dan kekuatan lansia</li><li>Tahapan Fase terminal (Kubler Ross,1969)</li></ul><span style="color: rgb(255, 255, 255);">M. PENUTUP</span>
<br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapakan bisa berlangsung secara komprehansif dan holictik untuk proses penatalaksanaan klien dengan lanjut usia. Sehingga lansia dapat menjalani proses menua dengan kualitas hidup seoptimal mungkin. </span>
<br />
<br />
<br />
<br /></div></div>daffmoxehttp://www.blogger.com/profile/04274181072625563241noreply@blogger.com0