Welcome to my blog :)

rss

24 Apr 2010

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura

PENDAHULUAN
Pleura ?
- Berbatasan dengan paru dan bag. terluar dari organ paru.
- Dibagi 2 : parietalis dan viseralis
- Berfungsi dalam melindungi paru saat inspirasi dan ekspirasi
- Disebut sebagai ruang potensial

DEFINISI
- Penumpukan cairan dalam pleura
- Jenis transudat dan eksudat
- Ketidakseimbangan antara produksi dan absorsi
- Proses absorbsi berada di kapiler dan pleura viseralis

ETIOLOGI
1.TRANSUDAT
-Kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri)
-Sindrom nefrotik
-Asites (sirosis hepatis)
-Sindrom vena kava superior
-Tumor/ Ca

2.EKSUDAT
-Infeksi
-Tuberkulosis paru
-Tumor
-Infark paru
-Radiasi
-Penyakit kolagen

3.EFUSI HAEMORRAGIA
-Tumor
-Trauma
-Infark paru
-Tuberkulosis

LOKASI EFUSI PLEURA
1.EFUSI UNILATERAL
Tidak mempunyai kaitan spesifik dengan penyakit penyebab

2.EFUSI BILATERAL
-Mengikuti penyakit penyerta :
-Gagal jantung kongestiv
-Sindrom nefrotik
-Asites
-Infark paru
-Lupus eritematosus sistemis
-Tumor
-Tuberkulosis

PATOFISIOLOGI
-Normal cairan Pleura 10-20ml
-Jumlah meningkat dikarenakan tekanan osmotik koloid menurun dan bertambahnya permeabilitas kapiler, peningkatan tekanan hidrostatis dan tekanan negatif intrapleural
-Hambatan drainage limfatik
-Gagal jantung
-Proses infeksi

PENATALAKSANAAN
Thorakosentesis
Indikasi :
Menghilangkan sesak nafas
Terapi spesifik tidak efektif/gagal
Terjadi reakumulsi cairan
Kerugian :
Hilangnya protein dalam pleura
Dapat timbul infeksi
Bisa menimbulkan pneumothoraks

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.Keluhan Utama
Keluhan sesak dan dada terasa berat, nyeri bersifat tajam dan terlokalisir, batuk non produktif

2.Riwayat Penyakit
PQRST
Tindakan yang sudah dilakukan untuk menghilangkan keluhan tersebut
Faktor predisposisi

3.Psiko-sosio-spiritual
Apa yang dirasakan klien
Bagaimana cara mengatasi klien
Bagaimana perilaku lkien terhadap tindakan yang dilakukan padanya

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum dan tanda vital serta status kesadaran
B1 (Breathing)
Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan yang disertai otot bantu pernafasan
Pendorongan mediastinum kearah kontralateral dengan posisi trakhea dan ictus kordis
Vocal Fremitus & Taktil fremitus menurun
Bunyi nafas menurun sampai hilang pada organ yang mengalami gangguan (2 posisi berbeda)

B2 (Blood)
Pergeseran ictus cordis
Hearth rate
Thriil, getaran ictus cordis
BJ I dan II

B3 (Brain)
Status kesadaran, sianosis perifer, posisi tubuh menggambarkan kompensasi terhadap gangguan, fungsi-fungsi dari sensorik

B4 (Bladder)
kaji intake & output

B5 (Bowel)
Ascites,Mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan BB serta benjolan atau masa

B6 (Bone)
Edema peritibial, Capillary Reffil Time, kekuatan otot ka & ki

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik
Thoraks x-ray, penumpukan kostofrenikus

Pemeriksaan Lab
Biopsi pleural, spirometri, hemorragic pleural effusion, yellow pleural effusion, clear transudate pleural effusion

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Ketidakefektifan pola pernafasan
2.Ketidakbersihan jalan nafas
3.Kerusakan pertukaran gas
4.Gangguan pertukaran gas
5.Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
6.Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
7.Kurang pengetahuan tentang kondisi
8.Resiko transmisi infeksi

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Kaji fungsi pernafasan
2.Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi
3.Berikan posisi yang nyaman
4.Pertahankan intake yang adequat
5.Auskultasi bunyi nafas
6.Kolab : WSD, AGD, Pem. Rongent, sputum rutin dan terapi
7.Berikan informasi tentang proses penyakit, penatalaksanaan dan program lanjutan

23 Apr 2010

ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

PENDAHULUAN
Mrpk kelenjar yg terletak di bawah vesika urinaria yang melekat pada dinding bawah vesika urinaria di sekitar uretra bagian atas
Kira2 sebesar buah kenari, tdd kelenjar majemuk, saluran2 dan otot polos
Mengeluarkan sekret cairan yang bercampur sekret dari testis difungsikan menambah cairan alkalis pada cairan seminalis untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang terdapat pada uretra dan vagina

DEFINISI
Pembesaran atau hipertrofi prostate (kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer & Bare, 2002)
Pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih dari usia 50 th) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral & pembatasan aliran urinarius (Doengoes, 1999)

ETIOLOGI
Belum diketahui secara pasti
Diduga berkaitan dengan peningkatan kadar Dehidrotestoteron (DHT) dan proses aging

PATOFISIOLOGI
Pembesaran prostat secara perlahan akan memberikan efek perubahan juga perlahan
Tahap awal dari pembesaran prostat dapat terjadi peningkatan resistensi leher vesika & prostat sehingga detrusor menebal terbentuk tonjolan ke dalam kandung kemih dan trabekulasi (kandung kemih terlihat sepertti balok) serta mukosa menonjol menerobos keluar diantara serat detrusor (divertikulum), dapat disebut sebagai fase kompensasi otot dinding.
Bila keadaan berlanjut menjadikan detrusor menjadi lelah dan tak mampu lagi berkontraksi sehingga terjadi retensi urine, biasa disebut dengan Fase dekompensasi
Muncul gejala dan tanda obstruksi dan iritasi
Gejala & tanda obstruksi dapat dikarenakan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama kemudian kontraksi menjadi terputus
Gejala & tanda iritasi
- Krn hipersensitivitas oto detrusor
- Krn pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi
- Menyebabkan vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh

1.Obtruksi:
- Hesitancy : penderita menunggu pada permulaan miksi
- Intermittency : Miksi terputus
- Straining : harus mengedan
- Menetes pada akhir miksi
- Pancaran miksi menjadi lemah
- Rasa belum puas sehabis miksi
- Waktu miksi memanjang, retensio urine, over flow, inkontinensia

2.Iritasi:
- Frekuenci : sering miksi
- Nokturia : terbangun malam hari untuk miksi
- Urgency : Miksi sulit ditahan / rasa ingin miksi sangat mendesak
- Disuria : nyeri saat miksi

MANIFESTASI KLINIS
- Tanda & gejala klinis : obstruksi & iritasi
- Pemeriksaan colok dubur
- Jumlah sisa urin
- Uroflowmetri
- Radiologi

Tanda & gejala WHO PSS (Prostate Syndrome Score) atau IPSS (International PSS)
PSS:
Menjawab beberapa pertanyaan tertutup
Masing2 terdapat skor untuk tiap2 jawaban  1 sd 5 atau 1 sd 7
Skor dijumlahkan
Terbagi menjadi 3
Ringan : jumlah skor 0 – 7
Sedang : jimlah skor 8 – 19
Berat : jumlah skor 20 – 34

Pertanyaan 1 – 6
0 = tidak pernah sama sekali
1 = kurang dari sekali dari 5 kejadian (<20%)
2 = kurang dari separuh kejadian (<50%)
3 = ± separuh dari kejadian (50%)
4 = > dari separuh kejadian (>50%)
5 = hampir selalu
Pertanyaan 7
0 = tidak; 1 = 1X; 2 = 2X; 3 = 3X; 4 = 4X; 5 = 5X

Pertanyaan 8
1 = sangat senang
2 = senang
3 = puas
4 = campuran antara puas & tidak puas
5 = sangat tidak puas
6 = tidak bahagia
7 = buruk sekali

Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa seringkah anda:
1.Merasa masih terdapat sisa urine sehabis berkemih?
2.Harus berkemih lagi padahal belum ada 2 jam yang lalu anda baru saja berkemih?
3.Harus berhenti pada saat berkemih dan segera mulai berkemih lagi dan ini dilakukan berkali2?
4.Tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih?
5.Merasa pancaran urine yang lemah?
6.Harus mengejan dalam memulai berkemih?
7.Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa kali anda terbangun dari tidur padfa malam hari untuk berkemih?
8.Dengan keluhan seperti ini, bagaimanakah anda menikmati hidup ini?

Grade BPH berdasarkan colok dubur dan sisa urin
Derajat I
Colok Dubur : Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba
Sisa volume urine : < 50ml

Derajat II
Colok Dubur : Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai
Sisa volume urine : 50 – 100 ml

Derajat III
Colok Dubur : Batas atas prostat tidak dapat diraba
Sisa volume urine : > 100 ml

Derajat IV
Colok dubur :
Sisa volume urine : Retensi urine total

PEMERIKSAAN COLOK DUBUR
Diperhatikan konsistensi prostat : pada BPH konsistensi kenyal
Pada karsinoma prostat : teraba keras atau benjolan yang teraba lebih keras dari jaringan sekitarnya atau prostat asimetris dengan bagian yg keras

PEMERIKSAAN SISA URINE
Sisa urin setelah miksi spontan
Dgn cara:
- Mengukur urine yg msh dpt keluar dgn kateterisasi
- USG kandung kemih setelah miksi

UROFLOWMETRI
Mengukur pancaran urin pada waktu miksi
Normal = 10 – 12ml/detik; maksimal 20ml/detik
Obstruksi ringan : 6 – 8ml/detik; maksimal 15ml/detik

RADIOLOGI
IVP
- Pembesaran prostat lesi pada dasar kandung kemih
- Menunjukkan perlambatan pengosongan kandung kemih
- Membedakan derajat obstruksi
- Penebalan otot kandung kemih
Foto polos
- Penyakit ikutan: batu sal kencing
- Hidronefrosis
- Sisa urine
- Divertikulum
USG
- Pembesaran prostat
- Volume buli2
- Sisa urine
- Keadaan patologi lain
Pemeriksaan lain: Sistografi, Sistokopi

PENATALAKSANAAN
Observasi
Pada klien dengan keluhan ringan
Nasehat :
- Mengurangi minum sebelum tidur
- Menghindari dekongestan (parasimpatolitik)
- Mengurangi kopi dan menghindari alkohol  mengurangi frekuensi
- Kontrol tiap 3 bulan, untuk :
Keluhan??
Sisa kencing??
Colok dubur

Medikamentosa
Mengurangi resistensi leher buli2 : Golongan Alfa Blocker
Mengurangi volume prostat : menurunkan kadar testosteron/ dehidrotestosteron (DHT)

Pembedahan
Indikasi absolut pembedahan:
- Retensi urine berulang
- Hematuria
- Tanda penurunan fungsi ginjal
- ISK berulang
- Tanda obstruksi berat : hidroureter, hidronefrosis
- Batu saluran kemih
Macam:
- TUR-P : Transurethral Resection of the Prostate)
- Pengangkatan dgn bedah terbuka terdapat 3 tipe
- TUIP : Transurethral Incision of the Prostate)
- Therapy invasif minimal

Pilihan prosedur bergantung pada:
1.Ukuran kelenjar
2.Keparahan obstruksi
3.Usia pasien
4.Kondisi pasien
5.Adanya penyakit yang berkaitan

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.Eliminasi :
- Penurunan kekuatan aliran urine, tetesan
- Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
- Frekuensi
- Nokturia, disuria, hematuria
- ISK berulang, riwayat batu
- Konstipasi
- Masa padat abdomen bawah (distensi KK)
- Nyeri tekan KK
- Hernia inguinalis, hemoroid
2. Diet
- Anoreksia, mual, muntah
3. Nyeri/kenyamanan
- Nyeri suprapubis, panggul atau punggung
- Demam
4.Seksualitas
- Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
- Takut inkontinensia/menetes selama berhubungan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1.Retensi urine b.d obstruksi mekanik, dekompensasi otot detrusor, ketidakmampuan KK berkontraksi dgn adekuat
2.Nyeri b.d iritasi mukosa, distensi KK, infeksi
3.Risiko kekurangan volume cairan b.d diuresis paska obstruksi kronis
4.Ansietas b.d perubahan status kesehatan, masalah ketidakmampuan seksual, kemungkinan prosedur bedah
5.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan, slah informasi
6.Risiko infeksi b.d penggunaan kateter, retensi urine

Post operasi
1.Perubahan eliminasi urine b.d obstruksi mekanikal: bekuan darah, edema
2.Risiko kekurangan volume cairan b.d kesulitan mengontrol perdarahan
3.Risiko infeksi b.d prosedur invasif, insisi bedah
4.Nyeri b.d diskontinuitas jaringan, iritasi mukosa
5.Risiko disfungsi seksual b.d situasi krisis, keterlibatan area genital
6.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan, salah informasi

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Tujuan
1.Pra operasi
- Penurunan ansietas
- Pengajaran tentang masalah prostat & pengalaman peri operatif
2.Post operasi
- Koreksi gangguan volume cairan
- Peredaan nyeri & ketidaknyamanan
- Pencegahan infeksi
- Kemampuan melakukan aktivitas mandiri
- Tidak adanya komplikasi

INTERVENSI
1.Menghilangkan Nyeri
- Tirah baring 24 jam pertama
- Tindakan mengurangi nyeri
- Preparat analgesik
- Tindakan menurunkan ansietas
- Memantau pola berkemih, distensi kandung kemih, kateterisasi

2.Penyuluhan Pasien & Pemeliharaan Kesehatan
- Mobilisasi bertahap
- Latihan otot berkemih
- Tegangkan otot perineal dgn menekan bokong bersamaan; tahan; rileks. Dilakukan 10 – 20X tiap jam
- Memutuskan aliran urine setelah mulai berkemih, tunggu beberapa detik dan lanjutkan berkemih
- Minum cukup
- Tanda2 komplikasi untuk segera lapor

3.Memantau & Mengatasi Resiko Komplikasi
a. Hemoragi
- Prostat hiperplasi terdapat banyak pembuluh darah kalau pecah risiko perdarahan & syok
- Drainase diawali dgn urine kemerahan, merah muda dan jernih sedikit merah muda dlm 24 jam setelah pembedahan

b. Infeksi
- Penggantian balutan dgn aseptik
- Observasi TTV
- Mandi rendam
- Antibiotik
c. Kateter terobstruksi
- Obstruksi menyebabkan distensi kapsula prostat dan beresiko hemoragi
- Pastikan kateter lancar
- Pantau abdomen bagian bawah
- Kantung drainase, balutan dan letak insisi diperiksa thd perdarahan
- Observasi TTV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STRICTURE URETHRA

LATAR BELAKANG
Sticture Uretra sudah sejak dahulu. Ditemukan tulisan jaman Yunani kuno ttg drainase kand kencing dgn berbagai kateter.
Stricture Uretra adl penyempitan lumen uretra ok berkurangnya diameter/ elastisitas uretra krn timbulnya jaringan ikat yg kemudian mengerut.
Disebabkab berbagai hal yi trauma, infeksi dll. Lebih sering tjd pd urethra pars bulbaris

DEFINISI
Sticture uretra adalah penyempitan diameter, berkurangnya elastisitas urethta oleh jaringan ikat yang mengkerut dan menyebabkan lumen urethra mengecil. ( Mansjoer,2003 ).

ANATOMI URETHRA
Uretra mrp sal fibriomuskular sbg sal urine dari vesika urinaria.
Uretra wanita mrp sal pendek pjg 4 cm, terletak di bagian anterior vagina. Muaranya disebut ostium urethra external, berada dlm vestibulum vagina di ventralis ostium vagina diantara kedua ujung anterior labia minora. Berjalan melalui dafragma pelvic dan diafragma urogenital.
Uretra pria termasuk kelj. Prostat, diafragma urogenital, korpus kavernosum uretra smp bag akhir glant penis. Pjg 20 cm, terbagi atas uretra anterior dan posterior

URETHRA ANTERIOR
- Pars bulbaris
- Pars cavernosa/spongiosa
- Pars glandis

URETHRA POSTERIOR
- Pars Prostatica
- Pars Membranosa
- Pars kavernosa

3 Lokasi Stricture Urethra :
- Pars membranosa
- Pars bulbosa
- Meatus urethra

ETIOLOGI
KONGENITAL
- Bisa timbul terpisah atau bersamaan dgn anomali sal kemih yg lain.
- Biasanya pd perempuanBBL.
DIDAPAT
- Trauma
- Infeksi
- Tumor
- Kegagalan pembedahan sblmnya

MANIFESTASI KLINIS
- BAK memancar kecil, lemah & turbulen
- Frekwensi BAK sering lbh 7x/hr, kdg tjd nocturia & incontinence urine.
- Dysuria & haematuria.
- Nyeri pinggang & perut bawah.
- Infeksi sal kemih.
- k/u jelek bila tjd gangg. Faal ginjal

DIAGNOSIS
Anamnese :
Berdasarkan riwayat dan gejala
Pemeriksaan fisik :
Benjolan diatas simfisis, tdp fistula jk ada komplikasi.
Radiologi :
Urethrocystography,Micturating cystourethrography,Urethrography retrograde, IVP.
Laboratorium :
Hb, Faal ginjal

KOMPLIKASI
Infeksi Traktus Urinarius
Fistula Urethrocutan
Stricture Urethra Recurent

PENCEGAHAN
Penanganan Infeksi
Hindari Pemasangan Kateter Terlalu Lama
Hati-hati saat pemasangan kateter

PENATALAKSANAAN
KONSERVATIF
Punksi, Cystostomy,
Bouginasi ( logam/plastik )

OPERATIF
Tertutup
Terbuka

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN
UMUR : Wanita > 40 th ; Pria semua umur
JK : Lbh banyak pd laki2 drpd wanita
KELUHAN UTAMA
Kesulitan bak, pancaran urine bercabang & lemah, bak t’ tuntas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat obstruktif sal urine, nocturia, UTI, peny. Kelamin, pembedahan sblmnya yg melibatkan uretra.
Riwayat Penyakit Sekarang
Dysuria shg klien takut bak shg urin tertahan pd sal kemih

PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI :
Penyempitan meatus exsternus, pembengkakan serta fistula daerah penis, sacrotum, perineum, dan supra pubik, kemerahan/bengkak pd pelvis.
PALPASI :
Teraba jaringan scar sepanjang uretra anterior pd bag ventral penis. Muara fistula bl dipijat mengeluarkan getah atau nanah
PERKUSI :
Nyeri ketuk pd supra pubik

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Pre operatif :
a.Retensi urine berhubungan dengan hambatan pada saluran urinarius sekunder terhadap striktur.
b.Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih
c.Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

2.Post operatif :
a.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan rusaknya integritas pertahanan primer (luka operasi).
b.Nyeri berhubungan dengan luka insisi post operasi.
c.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, trauma jaringan , insisi bedah.
d.Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan situasi krisis (pembedahan , keterlibatan area genetalia)

INTERVENSI
DX. 1
Kriteria Hasil :
1) Tak teraba distensi kandung kemih.
2) Residu urine < 50 ml, dgn tanda tak adanya tetesan aliran.
Intervensi :
- Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine.
- Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
- Selidiki keluhan kandung kemih penuh, palpasi untuk distensi supra pubik, perhatikan penurunan keluaran urine.
- Observasi perubahan perilaku atau tingkat kesadaran dan status mental
- Dorong masukan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung bila diindikasikan.
- Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
- Instruksikan metode pengosongan kandung kemih
Manuver valsava
Manuver creed
- Kolaborasi :
Pemasangan kateter

Dx. 2
Kriteria hasil :
1. Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
2. Tampak rileks
3. Mampu untuk istirahat/tidur dgn tepat
Intervensi :
- Kaji faktor penyebab dan penunjang
- Instuksikan tehnik pengosongan kandung kemih
- Berikan tindakan kenyamanan, membantu pasien melakukan posisi yang nyaman, mendorong penggunaan relaksasi atau latihan nafas dalam.
- Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik

DX. 3
Kriteria Hasil :
- Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis
- Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala proses penyakit
- Berpartisipasi dlm program pengobatan
Intervensi :
- Kaji ulang proses penyakit, pengalaman pasien.
- Berikan informasi tentang anatomi dasar, kondisi, prognosis, dan terapi. Dorong pertanyaan dan tingkatkan dialog tentang masalah.
- Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh penurunan haluaran urine, ketidakmampuan untuk berkemih, adanya demam / menggigil.

DX. 4
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan penyembuhan luka sesuai waktu tanpa komplikasi
- Menunjukkan perilaku utk meningkatkan kesembuhan
Intervensi :
- Berikan keamanan selama ambulasi
- Beri penguatan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan tekhnik aseptic yang ketat.
- Secara hati-hati lepasakan perekat(sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut pada waktu mengganti
- Periksa tegangan balutan.Beri perekat pada luka insisi menuju ke tepi luar dari balutan luka.
- Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit
- Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka
- Ingatkan klien untuk tidak menyentuh area luka
luka, Bantu dengan melakukan debridemen sesuia kebutuhan
- Kolaborasi antibiotik

DX. 5
Kriteria Hasil :
- Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
- Tampak rileks,
- Mampu istirahat / tidur dengan tepat
Intervensi :
- Catatlah lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10) dan penyebaran, perhatikan tanda non verbal
- Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melapor ke perawat terhadap perubahan kejadian atau karakteristik nyeri
- Berikan tindakan kenyamanan, ajarkan tehnik relaksasi destraksi
- Berkolaborasi dalam pemberian obat

DX. 6
Kriteria Hasil:
- Mencapai waktu penyembuhan
- Tidak mengalami tanda2 infeksi
Intervensi :
- Pertahankan sistim steril pada luka operasi, berikan salep antibiotik disekitar luka
- Ambulasi dengan kantung drainase
- Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernafasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.
- Rawat luka
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

DX. 7
Kriteria Hasil :
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampaitingkat dapat diatasi
- Menyatakan pemahaman situasi individual
- Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
Intervensi :
- Berikan keterbukaan pada pasien / orang terdekat untuk membicarakan tentang masalah dan fungsi seksual
- Berikan informasi yang akurat tentang harapan kembalinya fungsi seksual
- Instruksikan latihan perineal dan interupsi / kontinue aliran urine
- Kolaborasi rujuk ke penasihat seksual sesuai indikasi

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

KLASIFIKASI
Jenis infeksi saluran kemih :
1.Kandung kemih (Sistitis)
2.Uretra (Uretritis)
3.Prostat (Prostatitis)
4.Ginjal (Pielonefritis)

ISK yang biasa terjadi pada Usila :
1.ISK Uncomplete
Infeksi mengenai superficial kandung kemih
2.ISK Complete
Adanya resistensi kuman, bakterimia, sepsis dan shock

ETIOLOGI
Jenis Mikroorganisme yang menyebabkan UTI :
a.Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b.Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c.Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Prevalensi ISK pada lansia :
1.Sisa urine dalam kandung kemih
2.Mobilitas menurun
3.Nutrisi yang kurang baik
4.Sistem imunitas menurun (seluler maupun humoral)
5.Adanya hambatan jalan urine
6.Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

PATOFISIOLOGI
A.Uretritis
Peradangan pada uretra
1.Uretritis Gonoreal (Neisseria Gonorrh0eae)
Kontak seksual, inflamasi pada orifisium meatal dan rasa terbakar ketika urinasi.
Gejala bisa simptomatik dan asimtomatik
Rabas uretral purulen muncul pada hari ke 3 – 14 post kontak
Sterilitas dapat terjadi akibat obstruksi vasoepididimal

2. Uretritis Non-Gonoreal
Klamidia trakomatik dan ureaplasma urelytikum.
Disuria tingkat sedang atau parah
Rabas uretral dengan jumlah sedikit sampai sedang
Antimikrobial yang digunakan tetrasiklin atau doksisiklin (eritromicin)

B.Sistitis
Peradangan pada vesika urinaria
1.Sistitis Akut
Peningkatan frekwensi miksi (deural & Nocturnal)
Disuria karena epitel yang meradang, nyeri suprapubik dan perianal
Hematuri
Sensasi miksi meningkat

2.Sistitis Kronis
Berlangsung lama dan sering tidak menimbulkan sensasi khusus
Pengobatan :
a.Banyak minum untuk melarutkan patogen
b.Pemberian antibiotik
c.Kumbah kandung kemih dengan antibiotik

C.Pyelonefritis
Inflamasi pada pelvis ginjal (pyelum) dan parenkim ginjal dikarenakan infeksi
1.Pyelonefritis Akut
- Patogen masuk dari aliran urine
- Dimulai dari papila dan menyebar kedaerah korteks
- Pembengkakan pada ginjal dan disertai tanda-tanda infeksi
- Urine didapatkan disuria, keruh atau hematuri dan berbau tajam
- Pemeriksaan Lab didapatkan sel darah putih

2.Pyelonefritis Kronis
- Karena infeksi berulang
- Gejala pyelonefritis akut berulang biasanya tidak spesifik
- Keletihan
- Poliuria, anemia, acidosis, proteinuria dan kepekatan urin menurun
- Status kesehatan menurun sampai terjadi gagal ginjal.
- Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun, hipertensi bisa ditemukan pada fase ini.

D.Prostatitis
- Peradangan pada organ prostat
- Nyeri pada perineum atau obtruksi
- Palpasi didapatkan pembengkakan dan lunak
- Laboratorium : piuria dan bakteriuria
- Kultur : uropathogen yang khas

MANIFESTASI KLINIS
- Gejala yang lazim ditemukan adalah
- Disuria,terdesak kencing, nyeri pada daerah suprapubik
- Rasa terbakar di uretra luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing
- Enuresis, nokturnal sekunder, kolik ureter / ginjal yang gejalanya khas dan nyeri prostat dapat menyertai gejala ISK (Waspadji, S, 1998 : 265-266)

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
- Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
- Obstruksi pada saluran kemih
- Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
- Pemasangan kateter foley
- Imobilisasi dalam waktu yang lama
- Inkontinensia

Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.
1. Dorongan, frekuensi, disuria, bau urine yang menyengat
2. Nyeri biasanya pada daerah suprapubik pada ISK bawah dan sakit pada panggul pada ISK atas (perkusi daerah kostovertebra untuk mengkaji nyeri tekan panggul)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.
2.Kultur (biakan) urine mengidentifikasi organisme penyebab
3.Tes bakteri bersalut-antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada pielonefritis.
4.Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata
5.Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekunder terhadap striktur
- Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan
- Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah
- Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Obs output urine (warna, bau dan pola)
2.Berikan analgetik dan antibiotik
3.Motivasi untuk minum banyak (± 4200 ml/hr)
4.Jamin akses ke kamar mandi, pispot dekat tempat tidur.
5.Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan.
6.Berikan perawatan perineal
7.Lakukan perawatan kateter 2 kali per hari
8.Jalankan prosedur proteksi diri
9.Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan
10.Motivasi untuk minum banyak (± 4200 ml/hr)
11.Kolaborasi untuk pemberian analgetik dan antibiotik

21 Apr 2010

Asuhan Postnatal di Komunitas

PENDAHULUAN
Masa nifas adalah masa pemulihan alat reproduksi setelah proses persalinan (2 jam setelah kala IV sampai 6-8 minggu kemudian)
Kunjungan rumah diberikan 2 minggu postpartum dan silanjutkan minggu ke-4 sampai ke-6

DEFINISI
Suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat.
Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat disekitaranya

JADWAL KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan dilakukan paling sedikit 4 kali selama ibu dalam masa nifas
Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pencegahan, pendeteksian, dan penanganan masalah yang terjadi pada masa nifas

Kunjungan ke I
1.Dilakukan pada 6-8 jam setelah ibu melahirkan
2.Cegah dan deteksi adanya perdarahan
3.Lakukan konseling untuk mencegah perdarahan
4.Lakukan hubungan antara ibu dan bayi, motivasi Inisiasi Dini serta jaga bayi dari keadaan hipotermi

Kunjungan ke II
1.Kunjungan ke dua pada ibu nifas dilakukan enam hari setelah persalinan
2.Bertujuan untuk memastikan involusi berjalan normal, tanda-tanda infeksi dan perdarahan
3.Nutrisi dan istirahat adequat
4.ASI optimal dan konseling mengenai suhan bayi

Kunjungan ke III
1.Dilakukan dua minggu setelah ibu melahirkan
2.Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
3.Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan
4.Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan

Kunjungan ke IV
1.Kunjungan akhir pada ibu nifas, dilakukan pada minggu ke enam setelah ibu melahirkan
2.Melakukan evaluasi normalitas puerperium
3.Identifikasi kebutuhan ibu terutama mengenai kontrasepsi

MANAJEMEN ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS
Pengkajian
1.Data yang harus di eksplorasi adalah riwayat kesehatan lengkap serta pemeriksaan 2.fisik dan panggul
3.Pemenuhan kebutuhan seksual
4.Fungsi bowel dan fungsi perkemihan
5.Metode KB yang diinginkan
6.dll

Perencanaan
1.Perencanaan digunakan sebagai acuan untuk melakukan implementasi dan evaluasi
2.Dibuat berdasarkan masalah yang aktual, dapat diukur dan sesuai dengan kebutuhan

Pelaksanaan
Tindakan/perlakuan yang dilakukan pada ibu nifas sesuai dengan yang direncanakan berdasarkan pada hasil pengkajian

Evaluasi
Langkah akhir untuk melihat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan dan untuk menilai status kesejahteraan ibu nifas dan bayi.
Hal yang perlu diperhatikan adalah memberikan asuhan yang bersifat komprehensif dengan memadukan antara kebutuhan ibu, keluarga, masyarakat dan program pemerintah

KELOMPOK POSTPARTUM
Salah satu bentuk kelompok atau organisasi kecil dari ibu nifas.
Bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul masa nifas.

Program Ibu Nifas
Kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, ASI eksklusif, tablet tambah darah dan vitamin A

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada ibu nifas dan neonatus
Data yang dibutuhkan antara lain : jumlah ibu nifas; kebiasaan atau tradisi setempat; permasalahan pada masa nifas; sumber daya masyarakat; dan penentu kebijakan

Mengatur Strategi
Pendekatan dengan keluarga ibu, tomas, togam, kepala desa dan kader sebagai pengambil keputusan dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu nifas

Perencanaan
Buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok
Perencanaan meliputi kegiatan yang kan dilakukan, tempat dan waktu, anggaran, serta peserta

Pelaksanaan
Jadikan contoh (Role Model) orang sebagai penentu kebijakan dan lakukan diskusi untuk membentuk susunan organisasi.
Bidan bisa sebagai narasumber, kemudian buat rencana tindak lanjut

Evaluasi
Dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4
Pastikan bahwa tujuan akhir dari pembentukan kelompok benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal

Asuhan Intranatal Di Komunitas

PENDAHULUAN
Dengan memberikan asuhan intranatal yang tepat dan sesuai dengan standar, diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Pendekatan yang membutuhkan kemampuan analisis yang berhubungan dengan aspek sosial, nilai-nilai dan budaya setempat

TUJUAN
1.Memastikan persalinan yang telah direncanakan
2.Memastikan persiapan persalinan bersih, aman, dan dalam suasana yang menyenangkan
3.Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan

SYARAT PERSALINAN DI RUMAH
1.Adanya bidan terlatih untuk menolong persalinan
2.Bidan menjelaskan seluruh proses persalinan dan kemungkinan komplikasi
3.Bidan dipanggil bila ibu mulai kontraksi atau air ketuban pecah
3.Tersedianya ruangan hangat, bersih dan sehat
4.Ibu mempunyai KMS ibu hamil dan kartu KIA
5.Tersedianya sistem rujukan untuk penanganan kegawatdaruratan obs
6.Adanya kesepakatan antara bidan dan ibu/keluarga
7.Tersedianya alat transportasi
8.Tersedianya peralatan yang lengkap dan berfungsi

PERSIAPAN RUMAH DAN LINGKUNGAN
a.Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu :
a)Rumah cukup aman dan hangat
b)Tersedia ruangan untuk proses persalinan
c)Tersedia air mengalir
d)Terjamin kebersihannya
e)Tersedia sarana media komunikasi

b.Rumah
Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu dan syarat rumah diantaranya :
a)Ruangan sebaiknya cukup luas
b)Adanya penerangan yang cukup
c)Tempat nyaman
d)Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan

PERSIAPAN PERALATAN
Perlengkapan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan persalinan di rumah :
1.Persiapan untuk pertolongan persalinan
- Waskom
- Sabun cuci
- Handuk kering dan bersih
- Selimut
- Pakaian ganti
- Pembalut
- Kain pel
- Lampu
2. Persiapan Untuk Bayi
- Handuk Bayi
- Tempat Tidur Bayi
- Botol air panas untuk menghangatkan alas
- Pakaian bayi
- Selimut bayi

PERSIAPAN KELUARGA
Keluarga telah mengambil keputusan bahwa persalinan dilakukan dirumah dan bersedia/mampu memberikan dukungan yang diperlukan
Kegiatan rumah tangga secara rinci untuk membentuk jaringan kerja

MANAJEMEN ASUHAN INTRANATAL
Asuhan intranatal yang diberikan harus baik dan benar sesuai dengan standar, sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian atau kesakitan ibu dan bayi

INTRANATAL DI RUMAH
1.Asuhan Persalinan Kala I
Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam pertolongan persalinan yang bersih dan aman
Bidan perlu mengingat konsep tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis waspada atau ada kejadian penting lainnya

2.Asuhan Persalinan Kala II
Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi
Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan rujukan

3.Asuhan Persalinan Kala III
Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan manajemen aktif kala III
Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah mencegah kejadian perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada ibu.

4.Asuhan Persalinan Kala IV
Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV.

KEGAWATDARURATAN PERSALINAN
a.Jangan menunda untuk melakukan rujukan
b.Mengenali maslah dan memberikan instruksi yang tepat
c.Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan pendampingan secara terus menerus
d.Lakukan observasi Vital Sing secara ketat
e.Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress
f.Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat kasus dengan singkat

19 Apr 2010

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL DI KOMUNITAS

PENDAHULUAN
Pemberian asuhan kehamilan tidak hanya dilakukan di klinik saja, tetapi dapat dimulai dari sub sistem masyarakat (keluarga)
Semua ibu hamil berpotensi mempunyai resiko terjadinya bahaya/komplikasi dalam persalinan
Dampak komplikasi persalinan antara lain : Death; Disease; Disability; Discomfort; Dissatisfaction

DEFINISI
Pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala
Tiap hasil pemeriksaan diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan
Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

TUJUAN
1.Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi
2.Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin
3.Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan
4.Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi
5.Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI eksklusif

STANDAR MINIMAL ANTENATAL
Timbang BB;ukur Tek darah; TFU
Pemantauan selama masa kehamilan untuk melihat indikator kesejahteraan ibu dan janin
Dilakukan setiap kali kunjungan
Kunjungan dilakukan :
- Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
- 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
- Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali

Imunisasi TT
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh tetanus
TT 1 diberikan saat ANC pertama, dilanjutkan TT 2 setelah empat minggu dari TT 1
Diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus Neonatorum (3 Tahun)

Tablet Zat Besi
Tindakan pencegahan terhadap anemia dalam kehamilan
Kandungan dari obat FeSO4 320 (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 Ug
Dosis pemberian : 1 tablet pada saat ibu tidak mual
Efek samping : mual & konstipasi
Optimalisasi penyerapan : tidak diminum bersama teh atau kopi

Tes terhadap PMS
Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu salura perkemihan dan reproduksi
Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas adalah melakukan diagnosis pendekatan gejala; memberikan terapi; konseling untuk rujukan

Temu Wicara (Persiapan Rujukan)
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan
Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara, antara lain :
a.Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang tepat.
b.Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan
c.Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan
d. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
e. Memberikan asuhan Antenatal
f. Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
g. Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana proses kelahiran
h. Persiapan dan biaya persalinan

STANDAR ALAT ANTENATAL
Peralatan Tidak Steril
1.Timbangan BB dan pengukur TB
2.Tensi meter dan stetoscope
3.Funandoskop
4.Termometer dan alat pengukur
5.Senter
6.Reflek hammer
7.Pita pengukur LILA
8.Metline
9.Pengukur Hb
10.Bengkok
11.Handuk kering
12.Tabung urine
13.Lampu spiritus
14.Reagen untuk pemeriksaan urine
15.Tempat sampah

Peralatan Steril
1.Bak instrumen
2.Spatel lidah
3.Sarung tangan (Handscoen)
4.Spuit dan jarum

Bahan-bahan Habis Pakai
1.Kassa bersih
2.Kapas
3.Alkohol 70%
4.Larutan Klorin

Formulir yang Di Sediakan
1.Buku KIA
2.Kartu status
3.Formulir rujukan
4.Buku register
5.ATK
6.Kartu penapisan dini
7.Kohort ibu/bayi

Obat-obatan
1.Golongan roborantia (Vit B6 dan B kompleks)
2.Vaksin TT
3.Kapsul yodium
4.Obat KB

MANAJEMEN ASUHAN ANTENATAL
Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama ANC :
1.Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke-14
2.Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara minggu ke-14 sampai minggu ke 28
3.Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-23 sampai dan setelah minggu ke-36

Kunjungan ideal selama kehamilan :
1.Sedini mungkin, ketika ibu mengatakan terlambat haid
2.Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan
3.Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan
4.Satu kali setiap minggu sampai usia kehamilan 9 bulan
5.Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan-keluhan

Standar Pelayanan ANC di Komunitas
Standar pelayanan meliputi :
1.Identifikasi ibu hamil
2.Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
3.Palpasi abdomen
4.Pengelolaan anemia pada kehamilan
5.Pengelolaan dini pada kasus hipertensi dalam kehamilan
6.Persiapan persalinan

ANC Di Rumah
Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :
1.Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya
2.Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur
3.Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa kehamilannya
4.Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil
5.Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses persalinan

Pemilihan Tempat Persalinan
a.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih tempat persalinan, antara lain :
Pengambilan keputusan dilakukan oleh ibu sendiri atas dasar konsultasi dengan bidan atau dokter untuk memilih tempat persalinan
b.Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman dan percaya terhadap orang yang menolong
C.Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari rujukan yang estafet.
D.Proses skrining menggunakan prinsip 4T : temu muka; temu wicara; temu faktor resiko; dan temu keluarga

Skrining Antenatal
A. Kehamilan Resiko Rendah (KRR)
Kehamilan normal tanpa masalah atau faktor resiko, kemungkinan besar persalinan normal, tetapi waspada akan adanya komplikasi persalinan
B. Kehamilan Resiko Tinggi (KRT)
kehamilan dengan faktor resiko, baik dari sisi ibu maupun sisi janin, diperlukan rujukan ke rumah sakit
C. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST)
Kehamilan dengan resiko ganda atau lebih dari dua faktor resiko baik dari ibu ataupun janin, dibutuhakan perawatan khusus dan adequat

LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN ANTENATAL CARE
a.Ciptakan adanya rasa percaya dan membuat perasaan nyaman
b.Kaji riwayat kehamilan dan terapkan prinsip mendengarkan efektif
c.Anamnese secara lengkap
d.Melakukan pemeriksaan seperlunya
e.Pemeriksaan Laboratorium
f.Membantu persiapan persalinan dan kemugkinan darurat
g.Konseling sesuai kebutuhan
h.Persiapan persalinan yang aman dan bersih
i.Memberi nasehat pada ibu untuk mencari pertolongan apabila :
1.Perdarahan pervaginam
2.Sakit kepala lebih dari biasanya
3.Gangguan penglihatan
4.Pembengkakan pada wajah dan tangan
5.Nyeri abdomen
6.Janin bergerak tidak seperti biasanya
j.Pemberian tablet Fe 90 butir
k.Berikan suntikan TT dengan dosis 0,5cc
l.Jadwalkan kunjungan rumah berikutnya
m.Mendokumentasikan hasil kunjungan

Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan Di Komunitas

PENDAHULUAN
Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan diupayakan agar kualitas dapat memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif.

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
1. Standar Pelayanan Umum
- Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
- Pencatatan dan pelaporan

2. Standar Pelayanan Antenatal
- Identifikasi ibu hamil
- Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
- Palpasi abdominal
- Pengelolaan anemia pada kehamilan
- Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
- Persiapan persalinan

3. Standar Pertolongan Persalinan
- Asuhan Persalinan Kala I
- Persalinan kala II yang Aman
- Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
- Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi

4. Standar Pelayanan Nifas
- Perawatan bayi baru lahir
- Penanganan 2 jam pertama persalinan
- Pelayanan ibu dan bayi pada masa nifas

5. Standar Penanganan Kedaruratan Obstetri dan Neonatus
- Penanganan perdarahan kehamilan pada trimester ke III
- Penanganan kegawatan eklamsia
- Penanganan kegawatan pada partus lama/macet
- Persalinan dengan menggunakan vakum ekstraktor
- Penanganan retensio plasenta
- Penanganan perdarahan postpartum primer
- Penanganan perdarahan postpartum skunder
- Penanganan sepsis purperalis
- Penanganan asfiksia neonatorum

KODE ETK KEBIDANAN
Ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal dari suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi kebidanan.
Memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian kepada profesinya baik yang berhubungan dengan klien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri.
Secara umum tujuan suatu kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, serta meningkatkan mutu profesi.

7 Bab Kode Etik Kebidanan
1. Kewajiban Terhadap Klien Dan Masyarakat
a.Menjunjung tinggi dan menghayati serta mengamalkansumpah jabatan
b.Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan menjaga citra bidan
c.Mendahulukan kepentingan klien dan hak klien dan nilai yang dianutnya
d.Menciptakan suasana yang serasi dalam melaksanakan tugas dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya

2. Kewajiban Terhadap Tugasnya
a.Memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat
b.Memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan serta mengambil keputusan dalam konsultasi/merujuk
c.Menjamin kerahasiaan keterangan yang didapatkan/dipercayakan, kecuali diminta keterangan oleh pengadilan

3. Kewajiban Terhadap Rekan sejawat dan Tenaga Kesehatan Lain
a.Menjalin hubungan dengan teman sejawat untuk menciptakan suasana kerja yang serasi
b.Saling menghormati baik dengan teman sejawat maupun dengan tenaga keesahtan lainnya

4. Kewajiban Terhadap Profesinya
a.Menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi, kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan bermutu
b.Wajib mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK
c.Berperan dalam kegiatan penelitian guna meningkatkan mutu dan pelayanan

5. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
a.Memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
b.Wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan IPTEK
c.Wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri

6. Kewajiban Terhadap Pemerintah, Nusa dan Bangsa
a.Senantiasa melakukan ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, pelayanan b.kesehatan reproduksi, KB dan kesehatan keluarga
c.Menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan

7. Penutup
a.Kode etik merupakan pedoman dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan profesional.

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
Standar asuhan kebidanan sangat penting di dalam menentukan apakah seorang bidan telah melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugas profesinya.

Standar Praktik Kebidanan
Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan melalui pengumpulan data dan analisa data, penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi

Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang didapat dicatat dan dianalisa.

Standar III : Diagnosis Kebidanan
Diagnosis Kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan.

Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan.

Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dibuat berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien. Tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.

Standar VI : Partisipasi Klien
Tindakan Kebidanan dilaksanakan bersama (partisipatori) klien dan keluarga dalam upaya peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.

Standar VII : Pengawasan
Pemantauan atau pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan mengetahui perkembangan klien.

Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan secara terus menerus seiring tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.

Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan.

REGISTRASI PRKATEK BIDAN
Seorang bidan harus memiliki kualifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktek
Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, baik bentuk fisik maupun kelengkapan administrasi
Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar tampilan minimal yang ditetapkan.

Kelengkapan Registrasi
1 Fotokopi ijazah bidan
2 Fotokopi transkrip nilai akademik
3 Surat keterangan sehat dari dokter
4 Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar

Surat Ijin Praktik Bidan
1 Fotokopi SIB yang masih berlaku.
2 Fotokopi ijazah bidan.
3 Surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai pegawai negeri atau pegawai pada sarana kesehatan.
4 Surat keterangan sehat dari dokter.
5 Rekomendasi dari organisasi profesi.
6 Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.

Kewenangan Bidan Di Komunitas
Bidan dalam menjalankan praktiknya di komunitas berwenang untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat

KOMPETENSI BIDAN DI KOMUNITAS
Pengetahuan Dasar
1.Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.
2.Masalah kebidanan komunitas
3.Pendekatan AsKeb pada keluarga, kelompok dan masyarakat
4.Strategi pelayanan kebidanan komunitas
5.Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan masyarakat
6.Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
7.Sistem kesehatan ibu dan anak

Pengetahuan Tambahan
1.Kepemimpinan untuk semua
2.Pemasaran sosial
3.Peran serta masyarakat
4.Audit maternal perinatal
5.Perilaku kesehatan masyarakat
6.Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Safe Mother Hood dan Gerakan Sayang Ibu).
7.Paradigma sehat tahun 2010.

Keterampilan Dasar
1.Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita dan KB di 2.masyarakat.
3.Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
4.Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.
5.Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.
6.Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
7.Melakukan pencatatan dan pelaporan

Keterampilan Tambahan
1.Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
2.Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
3.Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan kewenangannya.
4.Menggunakan tehnologi tepat guna.

2 Apr 2010

Asuhan Kebidanan Antenatal Di Komunitas

Asuhan Antenatal Di Komunitas
Ns. Dafid Prawito, S. Kep

Pendahuluan
Pemberian asuhan kehamilan tidak hanya dilakukan di klinik saja, tetapi dapat dimulai dari sub sistem masyarakat (keluarga)
Semua ibu hamil berpotensi mempunyai resiko terjadinya bahaya/komplikasi dalam persalinan.
Dampak komplikasi persalinan antara lain : Death; Disease; Disability; Discomfort; Dissatisfaction

Pengertian
Pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala.
Tiap hasil pemeriksaan diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan.
Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Tujuan
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi
Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin
Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan
Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi
Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI eksklusif

Standar Minimal Antenatal
Timbang BB;ukur Tek darah; TFU
Pemantauan selama masa kehamilan untuk melihat indikator kesejahteraan ibu dan janin
Dilakukan setiap kali kunjungan
Kunjungan dilakukan :
- Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
- 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
- Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
Imunisasi TT
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh tetanus
TT 1 diberikan saat ANC pertama, dilanjutkan TT 2 setelah empat minggu dari TT 1
Diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus Neonatorum (3 Tahun)
Tablet Zat Besi
Tindakan pencegahan terhadap anemia dalam kehamilan
Kandungan dari obat FeSO4 320 (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 Ug
Dosis pemberian : 1 tablet pada saat ibu tidak mual
Efek samping : mual & konstipasi
Optimalisasi penyerapan : tidak diminum bersama teh atau kopi
Tes terhadap PMS
Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu salura perkemihan dan reproduksi
Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas adalah melakukan diagnosis pendekatan gejala; memberikan terapi; konseling untuk rujukan
Temu Wicara (Persiapan Rujukan)
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan
Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara, antara lain :
1.Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang tepat.
2.Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan
3.Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan
4.Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
5.Memberikan asuhan Antenatal
6.Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
7.Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana proses kelahiran
8.Persiapan dan biaya persalinan

Manajemen Asuhan Antenatal
Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama ANC :
1.Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke-14
2.Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara minggu ke-14 sampai minggu ke 28
3.Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-23 sampai dan setelah minggu ke-36
Kunjungan ideal selama kehamilan :
1.Sedini mungkin, ketika ibu mengatakan terlambat haid
2.Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan
3.Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan
4.Satu kali setiap minggu sampai usia kehamilan 9 bulan
5.Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan-keluhan

Standar Pelayanan ANC di Komunitas
Standar pelayanan meliputi :
1.Identifikasi ibu hamil
2.Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
3.Palpasi abdomen
4.Pengelolaan anemia pada kehamilan
5.Pengelolaan dini pada kasus hipertensi dalam kehamilan
6.Persiapan persalinan

ANC Di Rumah
Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :
a.Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya
b.Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur
c.Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa kehamilannya
d.Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil
e.Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses persalinan

Pemilihan Tempat Persalinan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih tempat persalinan, antara lain :
Pengambilan keputusan dilakukan oleh ibu sendiri atas dasar konsultasi dengan bidan atau dokter untuk memilih tempat persalinan
Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman dan percaya terhadap orang yang menolong
Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari rujukan yang estafet.

Skrining Antenatal
Proses skrining menggunakan prinsip 4T : temu muka; temu wicara; temu faktor resiko; dan temu keluarga
1.Kehamilan Resiko Rendah (KRR)
Kehamilan normal tanpa masalah atau faktor resiko, kemungkinan besar persalinan normal, tetapi waspada akan adanya komplikasi persalinan
2.Kehamilan Resiko Tinggi (KRT)
Kehamilan dengan faktor resiko, baik dari sisi ibu maupun sisi janin, diperlukan rujukan ke rumah sakit
3.Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST)
Kehamilan dengan resiko ganda atau lebih dari dua faktor resiko baik dari ibu ataupun janin, dibutuhakan perawatan khusus dan adequat

Lankah-langkah Manajemen ANC
1.Ciptakan adanya rasa percaya dan membuat perasaan nyaman
2.Kaji riwayat kehamilan dan terapkan prinsip mendengarkan efektif
3.Anamnese secara lengkap
4.Melakukan pemeriksaan seperlunya
5.Pemeriksaan Laboratorium
6.Membantu persiapan persalinan dan kemugkinan darurat
7.Konseling sesuai kebutuhan
8.Persiapan persalinan yang aman dan bersih
9.Memberi nasehat pada ibu untuk mencari pertolongan apabila :
a.Perdarahan pervaginam
b.Sakit kepala lebih dari biasanya
c.Gangguan penglihatan
d.Pembengkakan pada wajah dan tangan
e.Nyeri abdomen
f.Janin bergerak tidak seperti biasanya
10.Pemberian tablet Fe 90 butir
11.Berikan suntikan TT dengan dosis 0,5cc
12.Jadwalkan kunjungan rumah berikutnya
13.Mendokumentasikan hasil kunjungan